Latar Belakang Perubahan penutupan lahan di Taman Nasional Kutai provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Taman Nasional Kutai TNK merupakan kawasan hutan hujan tropis dataran rendah yang memiliki potensi sumber daya alam hayati namun memiliki potensi konflik yang cukup besar. Keutuhan kawasan terancam akibat dari belum efektifnya pengelolaan TNK serta kegiatan penduduk dan perusahaan yang beraktifitas di dalamnya. Kegiatan pemukiman, perladangan, penebangan, penambakan, perburuan sampai pada peristiwa kebakaran hebat yang melanda pada tahun 1997 dan 1998 lalu memberikan kesadaran bahwa upaya mempertahankan keberadaan TNK harus menjadi gerakan bersama semua pihak stakeholders. Taman Nasional Kutai TNK ditetapkan pada tanggal 29 Juni 1995 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 325Kpts-II1995 dengan luas 198.629 ha. Taman Nasional Kutai mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan sumberdaya alam hayati dan pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari. Sebagai taman nasional yang memiliki kawasan yang sangat luas, TNK sangat rentan terhadap gangguan sejak sebelum ditetapkan hingga setelah ditetapkan sebagai taman nasional sekalipun karena aktivitas penduduk yang ada dalam kawasan taman nasional. Fadli 2010 menyatakan sejak ditetapkan sebagai suaka margasatwa dan kemudian sebagai Taman nasional, keutuhan kawasan banyak terkikis baik itu oleh perambahan maupun pinjam pakai kawasan untuk berbagai keperluan di luar keperluan konservasi. Selain itu, perkembangan pengelolaan kawasan TNK diikuti dengan berbagai permasalahan perubahan sistem pemerintahan dalam bentuk desentralisasi atau disebut otonomi membawa dampak pada persepsi penentuan dan pemanfaatan kawasan Taman Nasional oleh masyarakat lokal dan pemerintah daerah. Meski kewenangan pengelolaan TNK masih berada di Pusat, dalam hal ini Kementerian Kehutanan, yang dilaksanakan Balai TNK, tidak serta merta bisa menyelesaikan persoalan yang muncul seperti; terbentuknya desa-desa definif oleh Pemerintah Daerah, semakin hari terjepit dengan kawasan pengusahaan hutan HPH, HTI dan perusahaan tambang, pembukaan jalan, pinjam pakai kawasan, dan penataan tata batas akibat banyaknya izin yang dikeluarkan di sekitar dan di dalam kawasan TNK. Masih berhubungan dengan permasalahan hukum, adalah keberadaan masyarakat yang ada sebelum adanya status hukum TNK ditetapkan, juga telah masuk pendatang pendatang baru yang berasal dari luar kawasan dan berusaha dalam kawasan TNK, serta kelompok masyarakat adat yang memiliki konsep gilir balik, kembali ke kawasan tersebut sebagai bagian pola gilir balik mereka. Berhubungan dengan permasalahan di atas, maka perlu diadakan kegiatan untuk mengetahui bagaimana perubahan penutupan lahan di kawasan TNK. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji beberapa aspek penyebab perubahan penutupan lahan dan bagaimana perubahan penutupan setelah ditetapkan menjadi taman nasional dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG.

1.2. Tujuan