Jaringan Sosial Modal Sosial Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor

Peningkatan norma sosial sebagai komponen modal sosial sangat penting dilakukan. Peningkatan komponen tersebut dapat melalui pengenalan mendalam budaya KPP Pratama Bogor yang lebih disosialisasikan kepada pegawai KPP Pratama Bogor sehingga budaya tersebut dapat memiliki positioning yang kuat. Rendahnya pendapat pegawai KPP Pratama Bogor pada komponen norma sosial juga disebabkan oleh kurang tersosialisasinya aturan-aturan tidak tertulis yang telah ada. Pelaksanaan nilai-nilai yang terdapat pada KPP Pratama Bogor belumlah secara menyeluruh. Nilai-nilai yang dilaksanakan baik oleh pegawai dan organisasi hanya terlihat pada beberapa nilai saja. Salah satu nilai tersebut adalah pelayanan prima yang telah diwujudkan melalui adanya pembentukan AR dan contact center untuk wadah keluhan, kritik, dan saran bagi WP.

4.5.3 Jaringan Sosial

Jaringan sosial yang terbentuknya pada KPP Pratama Bogor dikatakan baik yang mempunyai skor rataan 3,93. Kriteria “saya mengetahui sebagian besar pegawai KPP Pratama Bogor” memiliki nilai rataan skor paling besar yaitu sebesar 4,10. Jaringan sosial terbentuk melalui pola hubungan yang dibawa dalam proses terjadinya hubungan dengan pihak atau kelompok lain Djohan, 2007. Pengenalan pegawai satu dengan yang lainnya hanyalah sebatas hubungan rekan kerja. Hal ini dilihat melalui nilai pernyataan “saya mengenal dekat sebagian besar pegaw ai KPP Pratama Bogor” dengan nilai paling kecil yaitu sebesar 3,78. Komponen jaringan sosial pada KPP Pratama Bogor biasanya sering terbentuk pada kegiatan-kegiatan yang bersifat informal. Hal ini disebabkan durasi bekerja para pegawai KPP Pratama Bogor yang cukup ketat. Selain itu, adanya bentuk gedung KPP Pratama Bogor yang terbagi atas tiga gedung. Kedua hal ini menyebabkan interaksi yang terbentuk secara formal lebih jarang terjadi. Namun interaksi informal yang dilakukan juga tidak terlalu sering yaitu hanya dilakukan setiap dua jam dalam satu minggu yaitu saat kegiatan olahraga dan makan pagi bersama. Kedekatan antar pegawai hanya dapat dirasakan pada satu seksi saja dan pada satu gedung KPP Pratama Bogor. Kedekatan informal yang sering tampak antar pegawai KPP Pratama Bogor adalah melalui kegiatan saling membantu meringankan beban kerja antar sesama pegawai dan interaksi luar kantor seperti makan siang atau beribadah bersama. Penerapan komponen modal sosial jaringan sosial pada KPP Pratama Bogor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Pegawai Mengenai Komponen Modal Sosial Jaringan Sosial Pernyataan Rataan Skor Pernyataan Jawaban Hubungan yang terjalin antara saya dengan pegawai lain dalam melakukan fungsi sebagai pegawai KPP Pratama Bogor lebih nyaman dilakukan secara informal. 3,88 Setuju Saya mengetahui sebagian besar pegawai KPP Pratama Bogor. 4,10 Setuju Saya mengenal dekat sebagian besar pegawai KPP Pratama Bogor. 3,78 Setuju Saya mengetahui aktivitas seksidivisi lain yang ada di KPP Pratama Bogor. 3,90 Setuju Hubungan rekan kerja adalah hal yang mendasari saya untuk berinteraksi di KPP pratama Bogor ini. 4,02 Setuju Saya memiliki banyak kontak pegawai KPP Pratama Bogor yang dapat dihubungi untuk pemenuhan pelaksanaan tugaspekerjaan saya. 3,88 Setuju Rataan Skor 3,93 Setuju 4.6. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Modal Sosial Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan kepada pegawai KPP Pratama Bogor terhadap 50 responden telah didapatkan informasi karakteristik pegawai berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, status menikah, usia, dan jabatan. Karakteristik jenis kelamin pegawai KPP Pratama Bogor didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebanyak 70 persen atau sebanyak 35 pegawai. Karakteristik tingkat pendidikan pegawai KPP Pratama Bogor didominasi oleh lulusan S1 sebanyak 40 persen atau 20 pegawai. Karakteristik lama bekerja pegawai KPP Pratama Bogor paling besar ditempati oleh pegawai yang telah bekerja selama lebih dari 5 tahun di KPP Pratama Bogor yaitu sebesar 76 persen atau 38 pegawai. Rata-rata pegawai KPP Pratama Bogor juga telah memiliki status menikah yaitu sebesar 86 persen atau 43 pegawai. Pegawai KPP Pratama Bogor memiliki rentang usia antara 21-30 tahun merupakan mayoritas usia pegawai. Sedangkan jabatan yang paling banyak diduduki oleh pegawai KPP Pratama Bogor adalah sebagian besar jabatan pelaksana yaitu 50 persen atau 25 pegawai KPP Pratama Bogor. Berdasarkan penjelasan Tabel 11 dapat dilihat hasil dari Goodness of Fit GOF. Hasil GOF yang telah dilakukan dapat terlihat ada dua buah instrumen GOF yang masih berada pada level marginal fit pada pengukuran absolut yaitu nilai RMSR dan RMSEA. Namun untuk keseluruhan kecocokan model absolut dapat dikatakan mampu mempresentasikan data sehingga dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis lebih lanjut dilakukan agar dapat memperoleh informasi mengenai nilai-nilai loading factor dan kontribusi seluruh indikator. Nilai-nilai tersebut digunakan untuk mengetahui informasi mengenai penerimaan hipotesis pada penelitian dan kontribusi terbesar dari setiap indikator. Hasil SEM secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 11. Goodness of Fit GOF Pengukuran Kecocokan Model Goodness of Fit Cut Off Value Hasil Keterangan Pengukuran Absolut Df Nilai Positif 10 Good Fit Chi-Square 15,99 14,32 Good Fit RMSR ≤0,05 0,15 Marginal Fit RMSEA ≤0,08 0,094 Marginal Fit GFI ≥0,90 0,96 Good Fit Pengukuran Inkremental AGFI ≥0,90 0,87 Marginal Fit NFI ≥0,90 0,81 Marginal Fit NNFI ≥0,90 0,90 Good Fit CFI ≥0,90 0,93 Good Fit IFI ≥0,90 0,94 Good Fit RFI ≥0,90 0,72 Poor Fit Pengukuran Parsimoni PNFI Nilai Positif 0,54 Good Fit PGFI Nilai Positif 0,45 Good Fit Analisis dilakukan menggunakan Structural Equation Modelling SEM. Namun karena jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini tidak memenuhi maka analisis yang SEM yang digunakan dimodifikasi menggunakan analisis SEM Latent Variables Score LVS. Metode LVS digunakan pada analisis SEM yang mengelami kurangnya data pada penglohannya. LVS mampu memberikan hasil tentang nilai variabel laten yang sedang diteliti. Pengolahan data yang dilakukan juga hampir sama dengan metode lainnya yaitu mencari rataan skor pada setiap kriteria yang diamati Wijanto, 2008. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap modal sosial. Hal ini ditunjukkan oleh hasil koefisien konstruk sebesar 0,37. Nilai loading factor dijelaskan pada gambar 7. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap modal sosial juga ditunjukkan positif dan signifikan bila dilihat melalui nilai t-value yang lebih besar dari 1,65 yaitu sebesar 3,69. Hasil ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan KPP Pratama Bogor telah mampu mendorong pelaksanaan modal sosial. Selain itu, perbedaan yang terdapat antara analisis statistik deskriptif dengan analisis menggunakan SEM juga merupakan salah satu hal yang dapat membuat perbedaan nilai rataan skor dengan nilai hasil alat analisis SEM. Perbedaan yang terjadi antara hasil statistik deskripstif dengan hasil alat analisis SEM disebabkan pula oleh perbedaan konsep alat analisis. Pada statistik deskriptif, tidak menggunakan model-model pengukuran dan tidak memperhatikan konsistensi jawaban kuesioner. Sedangkan, alat analisis SEM menggunakan model struktural, pengukuran, dan kecocokan model sehingga hasil yang diperoleh dapat berbeda.Nilai loading factor dan t-value untuk semua indikator dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Loading Factor λ dan t-value untuk Semua Indikator Variabel Variabel Laten Variabel Indikator Loading Factor λ t- value Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan Kharismatik 0,44 3,58 Kepemimpinan Transformasional 0,93 4,55 Kepemimpinan Visioner 0,71 4,56 Modal Sosial Kepercayaan 0,90 5,17 Norma Sosial 0,22 1,94 Jaringan Sosial 0,85 4,46 Gambar 7. Koefisien Pengaruh Lintas Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Modal Sosial Hasil pengolahan data yang dilakukan menggunakan konsep structural equation modeling mempunyai hasil yang berbeda dengan hasil rataan skor pendapat pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor. Perbedaan hasil dapat dilihat pada variabel laten gaya kepemimpinan. Hasil rataan skor menujukkan bahwa gaya kepemimpinan visioner merupakan gaya kepemimpinan yang mendominasi dengan nilai rataan skor sebesar 3,78. Sedangkan pada hasil pengolahan data gaya kepemimpinan transformasional yang mendominasi dengan nilai loading factor λ sebesar 0,90. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan hal yang dirasakan pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor dengan kondisi yang sebenarnya. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor cenderung mempunyai persepsi bahwa kepemimpinan yang diterapkan pimpinan kantor didominasi oleh kepemimpinan visioner namun pada implikasinya adalah kepemimpinan lebih cenderung terhadap gaya kepemimpinan transformasional. Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap modal sosial dapat dilihat pada tabel 13. Keterangan : X1 = Gaya Kepemimpinan Kharismatik Y1 = Kepercayaan X2 = Gaya Kepemimpinan Transformasional Y2 = Norma Sosial X3 = Gaya Kepemimpinan Visioner Y3 = Jaringan Sosial Tabel 13. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Modal Sosial pada Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor Simbol Indikator Loading Factor λ Koefisien Konstruk γ Kontribusi X1 Gaya Kepemimpinan Kharismatik 0,44 0,37 0,16 X2 Gaya Kepemimpinan Transformasional 0,93 0,37 0,34 X3 Gaya Kepemimpinan Visioner 0,71 0,37 0,26 Y1 Kepercayaan 0,90 0,37 0,33 Y2 Norma Sosial 0,22 0,37 0,08 Y3 Jaringan Sosial 0,85 0,37 0,31 4.6.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kharismatik terhadap Modal Sosial Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor Berdasarkan hasil perkalian antara loading factor λ sebesar 0,44 dengan koefisien konstruk γ sebesar 0,37 maka didapat besaran kontribusi sebesar 0,16. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bernilai positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan kharismatik dengan modal sosial. Gaya kepemimpinan kharismatik merupakan gaya kepemimpinan yang memiliki orientasi kekuasaan sosial Yukl, 2010. Karakteristik gaya kepemimpinan kharismatik yang dekat dengan kekuasaan sosial merupakan salah satu hal yang mempengaruhinya pada modal sosial KPP Pratama Bogor. Gaya kepemimpinan kharismatik yang diterapkan pada KPP Pratama Bogor menjadikan pimpinan KPP Pratama Bogor lebih dekat, percaya, dan melibatkan para bawahannya untuk mengutarakan kemauannya dalam menjalankan aktivitas kepemimpinannya yang sesuai dengan visi KPP Pratama Bogor. Namun dalam membuat perubahan yang signifikan terhadap pencapaian target KPP Pratama Bogor, gaya kepemimpinan kharismatik tidaklah cukup menjadi faktor yang kuat dibandingkan gaya kepemimpinan transformasional dan visioner sehingga gaya kepemimpinan kharismatik tidaklah harus dikembangkan di Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor. Namun pada penerapannnya gaya kepemimpinan kharismatik tidaklah harus ditiadakan sama sekali. Gaya kepemimpinan kharismatik harus tetap ada sebab salah satu dampak positifnya adalah mudahnya komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada koefisien lintas modelnya pada Gambar 8. Gambar 8. Koefisien Lintas Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kharismatik terhadap Modal Sosial 4.6.2 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Modal Sosial Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor Gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin mengembangkan rasa kepercayaan yang tinggi terhadap bawahannya sebab melalui gaya kepemimpinan ini para pemimpin mempercayakan pendelegasian wewenang kepada bawahannya Yukl,2010. Karakteristik gaya kepemimpinan ini menjadikannya sebagai gaya kepemimpinan yang mendominasi lebih kuat terhadap modal sosial. Pengaruh yang kuat dapat dilihat melalui nilai kontribusi yang paling besar yaitu 0,34. Pengaruh yang ditimbulkan gaya kepemimpinan ini terhadap modal sosial sangat terlihat pada komponen kepercayaan modal sosial. Komponen kepercayaan sangat erat karena pimpinan telah mempunyai rasa percaya yang tinggi kepada pegawai KPP Pratama Bogor dalam pendelegasian wewenang. Selain itu, gaya kepemimpinan ini cenderung lebih mengutamakan nilai-nilai dalam pengerjaan tugas yang merupakan salah satu makna dari komponen norma sosial. Pengaruh juga dapat dirasakan pada komponen jaringan sosial yang kuat karena pimpinan selalu memotivasi dan berusaha menginspirasi pegawainya sehingga kedekatan selalu terjaga. Hal ini menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap modal sosial. Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap modal sosial dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Koefisien Lintas Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional terhadap Modal Sosial 0,81 0,44 0,37 Gaya Kepemimpinan Modal Sosial X1 0,14 0,93 0,37 Gaya Kepemimpinan Modal Sosial X2 4.6.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Visioner terhadap Modal Sosial Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor Gaya kepemimpinan visioner merupakan gaya kepemimpinan yang fokus pada visi-visi kepemimpinan yang dimiliki pemimpin. Pemimpin harus mampu mengkomunikasikan ide-idenya mengenai visi kepemimpinannya. Pengaruh gaya kepemimpinan visioner terhadap modal sosial bernilai positif dan signifikan yaitu sebesar 0,26. Pengaruh gaya kepemimpian visioner terhadap modal sosial dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Koefisien Lintas Model Pengaruh Gaya Kepemimpinan Visioner terhadap Modal Sosial Kepemimpinan visioner mempunyai hubungan dengan modal sosial dalam hal pembentukan jaringan sosial. Pembentukan jaringan sosial melalui komunikasi dengan tim kerja yang telah terbentuk sebagai wujud penerapan strategi dalam hal pencapaian visi. Kepemimpinan visioner yang mempunyai visi yang menarik mengharuskan pimpinan KPP Pratama Bogor harus mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Awal komunikasi yang baik harus terbangunnya rasa percaya sehingga akan timbul keeratan hubungan yang pada akhirnya akan menjadikan komunikasi efektif karena adanya sifat yang dua arah.

4.6.4 Pengaruh Kepercayaan terhadap Gaya Kepemimpinan Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Bogor