1. Teori sifat, yaitu teori yang berusaha untuk mengidentifikasikan karakteristik khas fisik, mental, kepribadian yang dikaitkan dengan
keberhasilan kepemimpinan. Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan memiliki oleh seorang pemimpin, yaitu
intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki
kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain Kartono, 2006.
2. Teori kepribadian pelaku, kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan
kualitas-kualitas pribadi
atau pola-pola
kelakuan pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu
berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan- tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi Kartono,
2006. 3. Teori kepemimpinan situasional, menurut Rivai 2007, suatu pendekatan
terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan
suatu gaya kepemimpinan tertentu. Teori kepemimpinan lainnya adalah menurut Robbins 2003 adalah
teori kepemimpinan neokharismatik. Teori ini terbagi atas tiga kelompok. Pertama, menekankan perilaku pemimpin yang simbolik dan menarik secara
emosional. Kedua, berupaya menjelaskan bagaimana para pemimpin menghasilkan komitmen bagi para bawahnnya. Ketiga, memandang
kepemimpinan sebagai subjek.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai 2007, gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran
organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh
seorang pemimpin. Pembagian gaya kepemimpinan berdasarkan Beck dan Yeager yang
dikutip dalam Moeljono 2003 adalah:
1. Telling directingstructuring, yaitu seorang pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan instruksi yang jelas dan
mengawasinya secara ketat serta memberi peniaian kepada mereka yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Selling coaching, yaitu seorang pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan keputusan. Pemimpin bersedia membagi
persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya persoalan dari bawahan selalu didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa yang
seharusnya dikerjakan. 3. Participating developingencouraging, salah satu ciri dari kepemimpinan
ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin untuk memberikan kesempatan bawahan agar dapat berkembang dan bertanggung jawab serta memberikan
dukungan yang sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan. 4. Delegating, yaitu pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada
bawahan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memutuskan persoalan.
Menurut Siagian 2005, gaya kepemimpinan dapat dikategorikan lima tipe, yaitu
1. Gaya otokratik yang dalam hal pengambilan keputusan, seorang manajer yang otokratik akan bertindak sendiri, menggunakan pendekatan formal
dalam pemeliharaan hubungan. Gaya otokratik berpendapat bahwa para bawahannya mempunyai tingkat kedewasaan lebih rendah daripada
pimpinan. 2. Gaya paternalistik yaitu kepemimpinan yang menunjukkan kecenderungan
pengambilan keputusan sendiri dan berusaha menjualnya kepada bawahan, memperlakukan bawahannya sebagai orang yang belum dewasa, dan
berorientasi terhadap penyelesaian tugas dan hubungan baik dengan bawahan.
3. Gaya kharismatik dalam pengambilan keputusan dapat bersifat otokratik dan
demokratis. Orientasi
gaya kepemimpinan
kharismatik mengedepankan hubungan dengan bawahan yang orientasi relasional
bukan kekuasaan dan berusaha agar tugas-tugas terselenggara dengan sebaik-baiknya.
4. Gaya laissez faire mempunyai karakteristik yang paling menonjol terlihat pada gayanya yang santai dalam memimpin organisasi. Dalam hal
pemeliharaan hubungan dengan para bawahannya, gaya kepemimpinan ini pada umumnya sangat mementingkan orientasi yang sifatnya relasional.
5. Gaya demokratik dianggap paling ideal. Karakteristik dari gaya kepemimpinan demokratik terlihat dari hal pemeliharaan hubungan yang
menekankan hubungan serasi dengan bawahan, memperlakukan bawahan sebagai orang yang dewasa, dan menjaga keseimbangan orientasi
penyelesaian tugas-tugas dan orientasi hubungan yang sifatnya relasional. Menurut Robbins 2003, pada teori neokharismatik terdapat tiga
macam kepemimpinan yaitu 1. Kepemimpinan kharismatik menurut Robbins 2003, kepemimpinan yang
muncul karena atribusi yang diberikan oleh pengikutnya dari kemampuan seorang pemimpin yang heroik. Pemimpin kharismatik memiliki lima ciri
yaitu memiliki visi, mau mengambil resiko dalam melaksanakan visi, peka terhadap keadaan lingkungan dan pengikutnya, dan mempunyai perilaku
yang tidak biasa. Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Anom 2008, karisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif
antara pemimpin dan pengikut. Atribut-atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara,
dan yang penting adalah atribut-atribut dan visi pemimpin relevan dengan kebutuhan pengikut.
2. Kepemimpinan transformasional menurut Robbins 2003, pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mencurahkan perhatian pada
kebutuhan pengembangan diri pengikut, mengubah paradigma pengikut terhadap masalah dengan cara-cara baru, dan mempunyai kemampuan
untuk memotivasi pengikut dalam pencapaian tujuan. Menurut Anom 2008, pemimpin transformasi merupakan pemimpin yang mengarahkan
pengikutnya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
3. Kepemimpinan visioner menurut Robbins 2003, kepemimpinan visioner merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu visi yang realistis, dapat
dipercaya, dan atraktif dengan masa depan organisasi. Keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin visioner adalah kemampuan menjelaskan visi
kepada orang lain, mampu mengungkapkan visi dalam kepemimpinannya, dan mampu memperluas visi pada konteks kepemimpinan yang berbeda.
2.2. Modal Sosial 2.2.1 Konsep Modal Sosial