32
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis
3.1.1 Manajemen Usaha Ternak
Saragih 1998 menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dibutuhkan untuk pembentukan jaringan tubuh, sumber protein, energi dan aktivitas sel-sel dalam tubuh. Susu
dapat dihasilkan dari ternak yang diperah. Saat ini, ternak yang dapat menghasilkan susu untuk dikonsumsi oleh manusia hampir semuanya berasal dari
ternak sapi dan kambing perah. Susu dari sapi perah harganya lebih murah dan kuantitas dipasaran lebih banyak dibandingkan susu dari ternak kambing. Industri
Pengolahan Susu IPS supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, harus memperoleh bahan baku susu segar dari industri peternakan. Industri peternakan di
Indonesia terbagi menjadi dua yaitu usaha peternakan rakyat dan usaha intensif untuk tujuan komersil. Industri peternakan dalam negeri saat ini hanya mampu
memasok 30 bahan baku susu segar untuk memenuhi permintaan IPS. Hal ini menunjukkan bahwa 70 bahan baku susu segar masih harus diimpor. Dengan
melihat kondisi ini, maka usaha ternak sapi perah harus ditingkatkan lagi populasi
dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
peternakan rakyat merupakan usaha budidaya ternak yang dikelola oleh petani peternak di pedesaan dengan skala kepemilikan ternak kecil dengan rata-rata
kepemilikan kurang dari 5 ekor. Usaha tani ternak sapi perah rakyat umumnya hanya dijadikan sambilan oleh para petani jika mereka sewaktu-waktu
membutuhkan biaya yang cukup besar.
20
33 Untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan dapat memenuhi
kebutuhan, maka harus lebih intensif dalam menjalankan usaha. Karena sebagian besar para peternak sapi perah merupakan skala usaha peternakan rakyat, maka
difokuskan pada peningkatan skala usaha dari usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani peternak di Pedesaan. Sebelum melakukan perluasan
skala usaha maka dibutuhkan suatu kajian dan analisis mengenai usaha peternakan sapi perah rakyat. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
efisiensi usaha dan pendapatan yang diperoleh petani peternak dengan jumlah
ternak yang dimilikinya.
Analisis usaha tani ternak sapi perah dapat dilakukan dengan menganalisis usaha tani. Dalam analisis usaha tani perlu dicermati biaya-biaya yang
diperhitungkan dan biaya yang tidak diperhitungkan. Contohnya sebagian besar petani tidak memperhitungkan tenaga dan pakan yang dapat diperoleh dari kebun
sendiri. Oleh karena itu, dalam analisis usaha tani diperlukan analisis pendapatan. Soekartawi 1986 menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Penerimaan diperoleh dari penjualan output hasil produksi. Output yang harus diperhitungan meliputi penjualan susu, penjualan pedet, penjualan limbah
peternakan dan penjualan sapi perah afkir. Sedangkan input dibagi menjadi input biaya tetap dan input biaya variabel. Input biaya tetap merupakan biaya yang
dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor produksi dan input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh volume faktor produksi. Selain
itu, investasi yang dikeluarkan juga harus diperhitungkan. Penyusutan investasi dimasukkan dalam biaya tetap. Investasi pada usaha tani ternak sapi perah seperti
21
34
pembangunan kandang, peralatan dan pembelian sapi. Dengan dilakukannya
analisis usaha tani ternak sapi perah rakyat maka dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perluasan skala usaha dengan melihat kemampuan dan
sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, pembangunan peternakan khususnya usaha ternak sapi perah perlu mendapat bantuan dan dukungan dari semua pihak,
baik pemerintah, swasta dan investor. 3.1.2
Pemasaran Usaha Ternak Sapi Perah
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna
tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini
diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada
konsumen akhir. Sistem pemasaran merupakan cara memasarkan hasil. Untuk peternakan,
sistem ini bertujuan untuk memasarkan hasil peternakan. Sistem pemasaran dikenal dengan sistem pemasaran tunggal, pemasaran berganda dan pemasaran
bertahap. Untuk saat ini para peternak sering menggunakan sistem pemasaran berganda. Sistem pemasaran berganda ini memakai lebih dari satu cara untuk
memasarkan produknya. Tentu hal ini merupakan kebalikan dari sistem pemasaran tunggal. Pada sistem ini bukan hanya kepada pengumpul saja suatu
produk dipasarkan, tetapi juga kepada distributor, pedagang besar, pabrik
22
35 makanan, hotel, restoran ataupun konsumen akhir. Tentu saja ini memerlukan
lembaga, karena tidak mungkin semua itu dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan produksi peternakan Rasyaf, 1996.
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen
kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah
menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga
pemasaran ini berupa margin pemasaran. Arus pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya produsen berhubungan langsung
kepada konsumen akhir atau petani produsen berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul atau pedagang besar dan membentuk pola-pola
pemasaran yang khusus. Pola-pola pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani produsen ke konsumen akhir ini disebut
dengan sistem pemasaran. Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh produsen dan lembaga pemasaran, yaitu :
1. Pembelian, yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual lagi
atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual dan kuantitas tertentu,
2. Penjualan, yaitu bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan sebagai
sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh laba,
23
36 3.
Pengambilan resiko, yaitu menghindari dan mengurangi resiko terhadap semua masalah dalam pemasaran,
4. Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa
sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama, 5.
Penyimpanan, yaitu melakukan penyesuaian waktu antara penawaran dengan permintaan terhadap barang,
6. Pengangkutan, yaitu pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan ke
tempat barang dikonsumsikan, 7.
Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang yang akan disalurkan,
8. Perbelanjaan atau pembiayaan, yaitu pengadaan dana dalam melakukan
transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos pemasaran, 9.
Informasi pasar, yaitu tingkat kepentingan pembeli atau penjual terhadap barang yang akan disalurkan.
3.1.3 Pendapatan Usaha Ternak dan Biaya Produksi