setelah Terra Tyne. Herbisida yang digunakan dalam pre emergence adalah herbisida dengan bahan aktif diuron dengan dosis 2.5 kgha dan
2.4 D. Khusus tanaman RPC apabila boom Spraying terlambat diaplikasikan sehingga lahan sudah ditimbuhi rumput maka untuk
aplikasinya ditambahnkan ametrin dengan dosis 0.75-1 lha. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan boom sprayer yang
memiliki 24 nozel dengan jarak antar nozel 50 cm sehingga lebar kerja boom sprayer adalah 12 m. tipe nozel yang digunakan adalah tipe
polijet dengan hasil semprotan berbentuk segitiga. Tekanan pompa yang digunakan sebasar 3 bar dan jarak nozel dengan tanah sekitar 50-
70 cm. Kapasitas tanki boom sprayer 600 l dengan volume semprot 400 lha. Boom spayer dijalankan dengan menggunakan small traktor
dengan kapasitas kerja 1.2-1.5 hajam dengan overlap 1 baris artinya dalam setiap boom sprayer melintasi row tebu dilakukan pengulangan
sebanyak satu baris.
Pemeliharaan secara manual Manual maintanance
Pemeliharaan tanaman tebu secara manual merupakan pemeliharaan yang sebagian besar dilakukan menggunakan tenaga manusia. Adapun kegiatan
pemeliharaan yang termasuk pemeliharaan secara manual adalah sebagai berikut :
1. Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk menggantikan bibit tebu yang tidak tumbuh, sehingga diperoleh populasi tebu yang optimal, baik pada
tanaman tebu baru maupun keprasan. Penyulaman dilakukan 30-40 hari setelah tanam HST untuk tanaman baru tanaman replanting,
sedangkan untuk tanaman keprasan penyulaman dilakukan paling lama 5 hari setelah tebang. Untuk tanaman keprasan sebelum penyulaman
dilakukan pembakaran sampah atau serasah sisa tebang dan pengeprasan tunggul. Kegiatan pembakaran sampah dilakukan paling
lambat 3 hari setelah tebang dan diikuti dengan pengeprasan tunggul. Bibit sulaman yang digunakan harus diklentek dan dipotong menjadi
2-3 mata tunas. Penyulaman dilakukan pada baris tanaman yang
gapnya lebih dari 40 cm. Bila penyulaman pertama gagal, maka sesegera mungkin dilakukan penyulaman ulang sekitar 30 hari setelah
sulam pertama, sedangkan untuk tanaman ratoon penyulaman ulang dapat dilakukan setelah penyemprotan pre emergence sekitar 1.5
bulan setelah tebang.
Gambar 13. Penyulaman Pelaksanaan penyulaman untuk tanaman baru atau RPC dilakukan oleh
kontraktor tanam, sedangkan untuk tanaman keprasan dilakukan oleh tenaga harian. Kebutuhan tenaga kerja untuk pelaksanaan sulaman
tergantung dari presentase gap barisan tanaman kosong. Kegiatan penyulaman membutuhkan tenaga kerja 6 HOKha.
2. Pengendalian gulma
Gangguan gulma merupakan salah satu kendala yang cukup serius dalam pembudidayaan tanaman tebu. Gulma selalu menjadi masalah
dalam persaingan pengambilan hara, air dan cahaya dengan tanaman tebu, sehingga dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada tanaman
tebu yaitu terhambatnya pertumbuhan tanaman dan penurunan produksi. Selain itu pertumbuhan gulma yang tak terkendali
menyebabkan lingkungan pertumbuhan tebu menjadi kotor sehingga dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit. Pengendalian gulma
di PT. Gula Putih Mataram dilakukan secara manual dan kimiawi.
Pengendalian gulma secara manual terutama dilakukan pada gulma merambat, gulma berkayu, atau gulma berumbi seperti rayutan
Micania micrantha, kedelaian, parean Momordica charantia, puyangan Curcuma sp. dan sebagainya. Untuk serangan gulma
merambat, penyiangan gulma secara manual menjadi sangat penting karena sifat gulma yang merambat dan melilit tanaman tebu
menyebabkab tanaman tebu mudah roboh serta menyulitkan kegiatan pemeliharaan seperti klentek , penyemprotan post emergence bahkan
menyulitkan penebangan tebu.
Gambar 14. Penyiangan gulma secara manual Peralatan yang digunakan dalam penyiangan gulma diantaranya golok,
sabit, cangkul, kored, dan sebagainya. Kapasitas kerja untuk penyiangan gulma terutama gulma merambat yaitu untuk serangan
ringan 3 orangha, serangan sedang 5 orangha, dan serangan berat 15 orangha.
Penyemprotan post emergence bertujuan untuk mengendalikan gulma pasca tumbuh dengan herbisida. Penyemprotan post emergence
dilakukan dalam dua tahap yaitu penyemprotan post emergence I dan penyemprotan post emergence II. Penyemprotan ost emergence I
dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 1-2 bulan dengan menggunakan
herbisida yang
bersifat sistemik,
sedangkan penyemprotan post emergence II dilakukan pada tanaman berumur 5-6
bulan dengan menggunakan herbisida yang bersifat kontak, hal ini karenakan tebu muda sangat rentan terhadap herbisida kontak, apabila
digunakan herbisida kontak dapat menyebabkan kerusakan kematian pada tebu. Jenis dan dosis pemberian herbisida disesuaikan dengan
jenis gulma dan tingkat serangan gulma, penyemprotan dilakukan sebelum gulma berbunga. Penyemprotan post emergence sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari, hal ini dilakukan untuk menghindari penguapan dan penguraian herbisida yang akan
mengurangi efektifitas kerja herbisida. Tabel 6 . Dosis herbisida post emergence
Kegiatan Jenis herbisida
Dosis literha Peneyemprotan post
emergence I 2,4 D
2.5 Ametrin
4 Perekat
0.5 Peneyemprotan post
emergence II Paraquat
1.5 Perekat
0.5 Alat yang digunakan dalan kegiatan post emergence adalah hand
knapsack sprayer dengan kapasitas 16 liter dengan nozzle tipe flat jet. Sebelum penyemprotan, dilakukan pencampuran dan pengenceran
herbisida menggunakan air bersih pada drum dengan kapasitas 200 l. kegiatan post emergence dilakukan dengan sistem borongan dan
harian.
Gambar 15. Penyemprotan gulma dengan hand knapsack sprayer
3. Pengendalian Hama