26 with the application new technques such as improvement on fertilization,
culture technique and producing sexed embryo.
3. Conclusion
Embryo production system in the laboratory is still need improvement to achieve high quality embryo and for direct application to the recipient.
4. References
[1] Yulnawati, M.A. Setiadi, A. Boediono. 2006. Penggunaan médium CR1aa untuk produksi embrio domba in vitro. J. Ilm Tern dan Vet
112: 131-136. [2] A. Boediono, Yulnawati, M. A. Setiadi. 2006. Tingkat pematangan
inti oosit domba dari ovarium dengan status reproduksi dan medium maturasi yang berbeda. J. Hayati. 134: 131-136.
[3] Hasbi, S. Gustina, M.A. Setiadi, I. Supriatna. 2012. Tingkat Pematangan inti oosit domba dan Pembentukkkan pronukleus setelah
parthenogenesis dengan penam bahan glutathione. J. Vet 134: 445- 452.
[4] Hasbi, S. Gustina, M.A. Setiadi, I. Supriatna. 2010. Efektivitas penambahan glutathion GSH pada medium maturasi terhadap tingkat
pematanan inti oosit oosit domba. Prosiding Sem. Nas. Peran Teknologi Reproduksi Hewan Dalam Rangka Swasembada Pangan
Nasional, Bogor, 6-7 Oktober 2010, Indonesia pp. 139-141.
[5] S. Gustina, Hasbi, M.A. Setiadi, I. Supriatna. 2010. Tingkat pematangan inti oosit domba dengan penambahan α-tocopherol
dalam medium maturasi in vitro. Prosiding Sem. Nas. Peran Peran Teknologi Reproduksi Hewan Dalam Rangka Swasembada Pangan
Nasiona, Bogor, 6-7 Oktober 2010, Indonesia pp. 142-144.
[6] O.A. Bintara, M.A. Setiadi, N.W.K. Karja. 2013. Tingkat Perkembangan oosit domba yang dimaturasii dalam media yang
ditambahkan dengan 2-mercaptoethanol secara in vitro. Prosiding sem Nas. Asosiasi Reproduksi Hewan Indonesia ARHI.
[7] C. Yasmin, M.A. Setiadi, T. Otoi, N.W.K. Karja. 2014. Developmental competence of sheep oocytes matured in sericin
supplemented meda in vitro. ACTA Vet. Hungarica in Press. [8] A. Febretrisiana, M.A. Setiadi, N.W.K. Karja. 2014. Tingkat
Fertilisasi oosit domba dari ovarium yang disimpan pada suhu dan waktu ovarium yang berbeda secara in vitro.J. Kedokteran Hewan In
Press.
27 [9] M.A. Setiadi, I. Supriatna. 2010. Seleksi kemampuan pematangan
oosit domba mengunakan teknik brilliant cressyl blue. J. Vet 114: 251-256.
[10] F. Pamungkas, M.A. Setiadi, N.W.K. Karja. 2012. Chaacteristic and in vitro Fertilization ability of ram spermatozoa: compparison of
epididymal and ejaculated spermatozoa. J. Med Pet 351: 38-44. [11] M.A. Setiadi, I. Supriatna, A. Boediono. 2007. Koleksi sel telur
dengan teknik laparoskopi untuk produksi embrio dan transfer embrio pada domba. J. Ilm Pert Indon. 122: 116 -122.
[12] M.A. Setiadi, I. Supriatna, A. Boediono. 2004. Follicle development after Gonadotrophin treatment in Garut sheep for laparoscopic ovum
pick up. 5th International Seminar and Workshop South East Asia –
Germany Seag Alumni, Phnom Penh, Cambodia. [13] M.A. Setiadi, N.W.K. Karja. 2013. Tingkat Perkembangan awal
embrio sapi in vitro menggunakan media tunggal berbahan dasar Tissue Culture Medium 199 TCM 199. J. Kedokteran Hewan 72:
150-154.
[14] Z. Muttaqin, N.W.K. Karja, M.A. Setiadi. 2014. Kemampuan maturasi dan fertilisasi oosit yang diseleksi menggunakan teknik
pewarnaan Brilliant cresyl Blue BCB. J. Vet In Press.