K. Komponen Penghasilan Petugas Dinas Luar Asuransi
Berikut ini adalah bentuk-bentuk penghasilan Petugas Dinas Luar Asuransi : 1.
KomisiProvisi Yaitu imbalan yang diberikan kepada Mitra KerjaPetugas Dinas Luar
AsuransiAgen yang berhasil melakukan penjualan produk asuransi yang besarnya ditentukan oleh jenis asuransi, lama kontrak asuransi dan cara bayar asuransi.
Contoh : Jenis asuransi : Mitra Sehat
Lama Asuransi : 10 tahun
Pembayaran : 1x 3 bulan sebesar Rp 1.500.000 Rumus Provisi = 3 x N x G
Keterangan : N
: Masa Pembayaran Premi G
: Premi sesuai dengan cara bayar Maka Provisi yang diterima oleh Mitra Kerja sebesar :
3 x 10 x Rp 1.500.000 = Rp 450.000.
2. Inkaso
Yaitu imbalan yang diberikan kepada Mitra Kerja penagihan yang jumlahnya 3 x Premi yang tertagih.
Universitas Sumatera Utara
Contoh : Jenis Asuransi
: Mitra Sehat Pembayaran
: 1x 3 bulan sebesar Rp 1.500.000 Maka inkaso yang diterima sebesar 3 x Rp 1.500.000 = Rp 45.000, jumlah ini
diterima setiap Mitra Kerja menagih premi pemegang polis.
3. Sumbangan Uang Jalan
Yaitu penghasilan yang diberikan kepada Mitra Kerja yang berhasil mengadakan penutupan yang jumlahnya tergantung pada cara bayar dan jenis
asuransinya. Contoh :
Jenis Asuransi : Mitra Sehat
Besar SUJ untuk Mitra Sehat : 4,1‰ Maka SUJ yang diterima sebesar 4,1 ‰ x 10 x Rp 1.500.000 = Rp Rp 61.500
4. Bonus Produksi
Yaitu bonus yang diberikan hanya kepada Agen Koordinator atas prestasi dari produksi yang dihasilkan dalam 1 bulan yang bentuknya berbeda-beda tergantung
pihak manajemen pada tahun yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
5. Tunjangan Hari Raya THR
THR diberikan kepada Petugas Dinas Luar dengan perhitungan proporsional berdasarkan hasil prestasi produksi agen yang bersangkutan dalam masa 1 tahun.
L. Surat Pemberitahuan SPT 1. Pengertian SPT
Menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, Surat Pemberitahuan adalah surat
yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Fungsi SPT
Bagi Wajib Pajak Penghasilan, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang : 1.
Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri danatau melalui pemotongan pajak atau pemungutan pajak lain dalam satu bagian
tahun pajak. 2.
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak danatau bukan Objek Pajak. 3.
Harta dan kewajiban danatau
Universitas Sumatera Utara
4. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau
pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
a. pengkreditan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran.
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan oleh Pengusaha
Kena Pajak danatau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak, SPT berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong dan dipungut
dan disetornya.
3. Prosedur Penyelesaian SPT
a. Wajib Pajak mengambil sendiri SPT di tempat yang ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tatacara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak juga dapat mengambil SPT dengan cara lain, misalnya dengan
Universitas Sumatera Utara
mengakses situs Direktorat Jenderal Pajak untuk memperoleh formulir Surat Pemberitahuan tersebut.
b. Diisi dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan ditandatangani.
c. SPT diserahkan kembali ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan. d.
Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT antara lain : 1
Untuk Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan : Laporan Keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain
yang diperlukan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak. 2
Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. 3
Untuk Wajib Pajak yang menggunakan norma perhitungan : Perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan.
4. Pembetulan SPT
Apabila dalam pengisian SPT ternyata terdapat kekeliruan, Wajib Pajak atas kemauan sendiri masih berhak untuk melakukan pembetulan, dengan syarat
Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan. Tindakan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan dimulai pada saat Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak SP3 disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga
dari Wajib Pajak yang telah dewasa. Wajib Pajak melakukan pembetulan sehingga SPT menyatakan rugi atau
lebih bayar, pembetulan SPT harus disampaikan paling lama 2 dua tahun sebelum daluwarsa penetapan, yaitu jangka waktu 5 lima tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.
Pembetulan SPT Tahunan atas kemauan sendiri berakibat penghitungan jumlah pajak yang terutang dan jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi
berubah dari jumlah semula. Kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pembetulan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2 per bulan, dihitung
mulai dari berakhirnya batas waktu penyampaian SPT sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 satu bulan.
5. Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu : a.
SPT Masa, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak. b.
SPT Tahunan, yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
Universitas Sumatera Utara
6. Batas Waktu Penyampaian SPT
Berdasarkan Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, batas waktu penyampaian SPT
adalah : a.
Untuk SPT Masa, paling lambat 20 dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak ;
b. Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling
lambat 3 tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak; c.
Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lambat 4 empat bulan setelah akhir tahun pajak.
Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang tercantum dalam Pasal 3 ayat 3 tersebut atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 4, akan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000 untuk SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai, Rp
100.000 untuk Surat Pemberitahuan lainnya, Rp 1.000.000 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan, dan Rp 100.000
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur, maka dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
M. Hak dan Kewajiban Pemotong PPh Pasal 21 Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 adalah :
a. Pemotong Pajak berhak untuk mengajukan permohonan memperpanjang
jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pasal 21 b.
Pemotong Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran PPh Pasal 21 dalam satu bulan takwim dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan
berikutnya dalam tahun takwim yang bersangkutan. c.
Pemotong Pajak berhak untuk memperhitungkan kelebihan setoran pada SPT Tahunan dengan PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan waktu dilakukan
penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, maka diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.
d. Pemotong Pajak berhak untuk membetulkan sendiri SPT atas kemauan sendiri
dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berkhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak atau tahun pajak, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
e. Pemotong pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal
Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Nihil.
Universitas Sumatera Utara
f. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis
dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas kepada badan peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
Kewajiban Pemotong Pajak adalah :
a. Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak Setempat. b.
Pemotong Pajak wajib mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan
Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak Setempat. c.
Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim.
d. Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 sekalipun nihil
dengan menggunakan surat pemberitahuan SPT masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor PenyUndang-Undanghan Pajak setempat, selambat-
lambatnya pada tanggal 20 bulan takwim berikutnya. e.
Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada
orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima THT, penerima pesangon, dan penerima dana pensiun iuran.
Universitas Sumatera Utara
f. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 tahunan
kepada pegawai tetap, termasuk penerimaan pensiun bulanan, dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam
waktu dua bulan setelah tahun takwim berakhir. Apabila pegawai tetap tersebut berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim, maka bukti
pemotongan diberikan selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.
g. Dalam waktu dua bulan setelah tahun takwim berakhir, pemotong pajak wajib
menghitung kembali jumlah PPh pasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan sesuai tarif.
h. Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong pajak terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
i. Pemotong pajak wajib melampiri SPT Tahunan PPh Pasal 21 dengan
lampiran-lampiran yang ditentukan dalam petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh Pasal 21 untuk Tahun pajak yng bersangkutan.
j. Pemotong pajak wajib menyetor kekurangan PPh Pasal 21 yang terutang
apabila jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu tahun takwim lebih besar daripada PPh Pasal 21 yang telah disetor.
Universitas Sumatera Utara
N. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak PPh Pasal 21 Hak-hak Wajib Pajak PPh Pasal 21 adalah :