Tahap Pengawasan Proses Pemberdayaan Penyandang Tunanetra di Pembelajaran

ini pihak instruktur berperan dalam efektifan waktu serta didukung pula oleh warga belajar yang ini siatif. Berdasarkan pernyataan wawancara bahwa waktu pelaksanaan pembelajaran Al- Qur‟an Digital sudah di buatkan jadwal dari pihak yayasan. Dalam hal ini berarti, waktu sudah berjalan sesuai dengan kesepakatan pembuatan yang telah direncanakan. Karena pengkordinasi dari pihak yayasan pad instruktur sudah baik dalam pemberitahuannya.

4.3.2.3 Tahap Pengawasan

Pada hakekatnya tujuan pengawasan atau bisa disebut juga monitoring adalah untuk mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang sedang berjalan, dengan mengetahui kebutuhan ini pelaksana program akan segera mempersiapkan kebutuhan tersebut. Kebutuhan bisa berupa biaya waktu personil dan alat. Pada tahap ini kegiatan instruktur adalah melakukan pengawasan atas proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pengawasan adalah alat untuk memperbaiki kegiatan yang menyimpang dari rencana, mengoreksi penyalahgunaan aturan dan sumber-sumber, serta untuk mengupayakan agar tujuan dicapai seefektif dan seefisien mungkin. Berdasarkan hasil wawancara menjelaskan tentang bagaimana rencana pengawasan yang akan dilaksanakan berlangsung. Dimana warga belajar telah melakukan apa yang ditugaskan instruktur dengan bertanggung jawab. Pengawasan dilakukan dengan cara bertanya secara personal. Hasil pengawasan menunjukan bahwa sebagian besar warga belajar dapat menerima materi apa yang dipelajari dan sangat senang dalam mempelajari Al- Qur‟an Digital. Dari hasil pengawasan ini akan dilaporkan kepada ketua yayasan pada saat evaluasi berlangsung yang diadakan sebulan sekali. Menurut Daman 2012:21, adapun bentuk pendekatan atau teknis pengawasan atau monitoring yang dilakukan instruktur kepada warga belajar dengan dilakukan melaui kegiatan observasi langsung atas proses, wawancara kepada narasumber dan kegitan diskusi terbatas melalui forum group discussion untuk memperoleh klarifikasi pelaksanaan program. 1. Pendekatan, melalui cara pelaporan sistem sosial, eksperimentasi sosial, pemeriksaan sosial dan pengumpulan bahan untuk penelitian sosial. Pendekatan ini masing-masing mempunyai dua aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan jenis informasi yang diperlukan Dunn, 1981. 2. Teknik, observasi ialah kunjungan ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau objek yang ada serta kondisi penunjang yang ada mendapatperhatian secara langsung. Wawancara adalah cara yang dilakukan bila pengawasan atau monitoring ditunjukan kepada seseorang. Wawancara itu ada dua macam yaitu wawancara langsung dan tidak langsung. Berdasarkan apa yang di lakukan, dalam proses pengawasan oleh pihak penyelenggara, Pengawasan yang dimaksud adalah perencanaan memfasilitasi instruktur program pembelajaran Pijat Refleksi, perekrutan instruktur dengan mempertimbangkan bahwa mereka dipandang menguasai materi pembelajaran, maksimal sudah pernah ikut program yang sama diselenggarakan seperti yayasan yang memperdayakan kaum tunanetra. Perencanaan berikutnya yaitu perencanaan lokasi, lokasi berada di Asrama Putra. Perencanaan sarana prasarana yang dibutuhkan serta perencanaan media dan waktu pembelajaran Pijat Refleksi, perencanaan konsumsi untuk warga belajar, serta yang terakhir pengelola membuatkan setifikat ketuntasan pembelajaran Pijat Refleksi yang ditandai oleh pihak penyelenggara yaitu pihak Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur ‟an. Hasil wawancara tersebut menjelaskan tentang bagaimana rencana pengawasan yang akan dilaksanakan berlangsung. Untuk mengetahui tujuan dari suatu program pembelajaran, dimana pengawasan dilakukan dengan cara bertanya secara personal. Hasil pengawasan menunjukan bahwa sebagian besar warga belajar dapat menerima materi apa yang dipelajari dan sangat senang dalam mempelajari Al-Qur ‟an Digital serta warga belajar telah melakukan apa yang ditugaskan oleh instruktur. Dari hasil pengawasan ini akan dilaporkan pada tahap evaluasi yang diadakan sebulan sekali. Pengawasanmonitoring dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, untuk mengikuti perkembangan suatu progaram yang dilakukan secara mantap danteratur serta terus menerus Suherman dkk, 1988. Monitoring yang dilakukan dalam pembelajaran ini, pihak yayasan memberi tugas atau wewenang kepada setiap instruktur, dalam hal ini pengawasanmonitoring hendaknya harus Daman, 2012:20: a. Monitoring harus dilakukan secara terus menerus. b. Monitoring harus menjadi umpan terhadap perbaikan kegiatan program organisasi. c. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun terhadap pengguna produk atau layanan. d. Monitoring harus dapat memotivasi staf dan sumber daya lainnya untuk berprestasi. e. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku. f. Monitoring harus obyektif. g. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program.

4.3.3 Proses Pemberdayaan Penyandang Tunanetra di Pembelajaran

Dokumen yang terkait

Pemberdayaan tunanetra melalui komputer bicara di Yayasan Mitra Netra

0 8 143

Aktivitas Komunikasi Penyandang Tunanetra di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia Majalaya (Studi Etnografi Komunikasi tentang Aktivitas Komunikasi Penyandang Tunanetra di Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia Majalaya)

1 43 93

PEMBERDAYAAN PENYANDANG TUNANETRA MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN NONFORMAL

3 31 254

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 0 17

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 1 14

SISTEM PENGAJARAN TAHFIDZ AL-QUR’AN PONDOK PESANTREN TAHFIDZ WA TA’LIMIL QUR’AN Sistem Pengajaran Tahfidz Al-Qur’an Pondok Pesantren Tahfidz Wa Ta’limil Qur’an Masjid Agung Surakarta.

0 10 14

SELF EFFICACY KARIR PADA PENYANDANG TUNANETRA :Studi Kasus pada Siswa Penyandang Tunanetra di SMLB SLB-A Negeri Kota Bandung.

0 6 28

Strategi pengasuhan orangtua penyandang tunanetra kepada anaknya yang awas (studi kasus pada sebuah keluarga penyandang tunanetra di Yogyakarta).

1 13 116

Strategi pengasuhan orangtua penyandang tunanetra kepada anaknya yang awas (studi kasus pada sebuah keluarga penyandang tunanetra di Yogyakarta)

0 0 114

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PENYANDANG TUNANETRA (Studi pada Mahasiswa Tunanetra Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta).

1 1 203