mereka harus menanggung kerugian yang terjadi kepada pemberi kuasa.
4. Berakhirnya perjanjian pemberian kuasa karena pengampuannya.
5. Berakhirnya perjanjian pemberian kuasa karena pailitnya si pemberi kuasa
maupun si kuasa
2. Pengertian SKMHT
Dasar untuk lahirnya lembaga jaminan atas tanah yaitu Hak Tanggungan telah diamanatkan dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-
Pokok Agraria. Dalam rentang waktu yang demikian panjang hampir 36 tahun akhirnya lahir juga undang-undang yang dimaksud.
Kelahiran Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan ini untuk menggantikan ketentuan mengenai Creditverband dan Hipotik, hal ini
ditegaskan dalam Pasal 29, bahwa : Dengan berlakunya undang-undang ini, ketentuan mengenai Credietverband
sebagaimana tersebut dalam Staatsblad 1908-542 jo. Staatsblad 1909-586 dan Staatsblad 1909-584 sebagai yang telah diubah dengan Staatsblad 1937-190
jo. Staatsblad 1937-191 dan ketentuan mengenai Hypotheek sebagaimana tersebut dalam Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia
sepanjang mengenai pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dinyatakan tidak berlaku
lagi. Secara Substansi banyak hal yang diatur dalam undang-undang tersebut, salah
satu hal yang sangat menarik untuk dikaji yaitu dilembagakannya penggunaan Surat
Universitas Sumatera Utara
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT, sebagaimana tersebut dalam Pasal 15 UUHT, yaitu :
1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta
notaris atau akta PPAT dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain daripada membebankan Hak Tanggungan;
b. tidak memuat kuasa substitusi;
c. mencantumkan secara jelas obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan
nama serta identitas krediturnya, nama dan identitas debitur apabila debitur bukan pemberi Hak Tanggungan.
2 Kuasa Untuk Membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik kembali
atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4.
3 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah
yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1 satu bulan sesudah diberikan.
4 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah
yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 tiga bulan sesudah diberikan.
5 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dan ayat 4 tidak ber-
laku dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan diberikan untuk menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang tidak diikuti dengan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam waktu yang ditentukan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 3 atau ayat 4, atau
waktu yang ditentukan menurut ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 5 batal demi hukum.
Pada masa sebelum berlakunya UUHT, hal semacam itu ditempuh dengan jalan membuat Surat Kuasa Memasang Hipotik SKMH, dalam praktiknya, setelah
SKMH ditandatangani tidak langsung dipergunakan untuk memasang Hipotik, baru dipasang jika debitur terlihat mulai akan wanprestasi.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Judo Paripurno
91
, ada alasan Subjektif dari pihak kreditur mengapa ia meminta SKMH dari pemberi hipotik kemudian menyimpannya saja, karena
beberapa hal : 1.
Urusan pembebanan hipotik cukup lama; 2.
Biaya pembebanan hipotik cukup tinggi; 3.
Kredit yang diberikan berjangka pendek; 4.
Kredit yang diberikan kecil; 5.
Debitur sangat dipercaya bonafide. Sedangkan alasan objektif dari pihak pemberi hipotik mengapa ia membuat SKMH
berkaitan dengan objek hipotik, karena beberapa hal : 1.
Sertipikat belum diterbitkan; 2.
Balik nama keatas nama pemberi hipotik belum dilaksanakan’ 3.
Pemecahan atau penggabungannya belum selesai; 4.
Roya pencoretan beban hipotik belum dilakukan. Hal-hal seperti itu, dalam SKMHT dihilangkan dengan memberikan batasan
dan kepastian hukum yang jelas dalam penggunaannya dan pembuatannya. Sehingga para pihak yang terlibat didalamnya sama-sama dilindungi.
Sebaliknya terdapat beberapa keuntungan yang didapat kreditur dengan memiliki dan membuat SKMH tersebut, yaitu :
92
1 Kuasa membebankan hipotek dapat dibuat dalam waktu yang relatif
singkat dibandingkan dengan membuat akta hipotek; 2
Kuasa membebankan hipotek dapat dibuat di mana saja dalam wilayah Indonesia, sedangkan membuat akta hipotek hanya boleh dibuat di kantor
PPAT yang wilayah kerjanya meliputi kecamatan atau kabupaten dalam mana tanah yang akan dibebani hipotek itu berada.
3 Dengan kuasa membebankan hipotek itu, kreditur dapat saja tanpa
bantuan pemegang hak atas tanah memasang hipotek; 4
Biaya untuk membuat kuasa membebankan hipotek yang minimal
seperempat persen dari jumlah rupiah pembebanan hipotek.
91
Judo Paripurno, Makalah Seminar Nasional “Menyongsong Berlakunya Undang-Undang Hak Tanggungan Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah”, Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada, Program Pendidikan Spesialis Notariat FH-UGM, Pusat Pengkajian Hukum Tanah FH-UGM, Yogyakarta, tanggal 25 Maret 1996, hlm.3
92
Effendi Perangin-angin, Praktik Penggunaan Tanah Sebagai Jaminan Kredit, Rajawali, Jakarta, 1981, hlm.84.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana halnya Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT, Surat Kuasa Membebankan Hak Tangggungan SKMHT adalah akta yang dibuat oleh pejabat
umum, dalam hal ini Notaris atau PPAT, sehingga secara formal bahwa SKMHT mempunyai kekuatan mengikat dan sebagai alat bukti yang kuat. Mengenai bentuk
dan isi SKMHT telah diseragamkan dengan blangko akta SKMHT yang dibuatdikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN, hal sebagaimana telah
diatur dengan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1996 tentang Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak
Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat Hak Tanggungan. Secara anatomis, substansi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
SKMHT dapat dibagi menjadi 5 lima bagian, yaitu: 1. Awal Akta ;
2. Badan Akta : a. Komparisi ;
b. Isi Akta ; 3. Akhir Penutup Akta.
93
Hal ini jelas tercantum didalam Pasal 38 ayat 1 UUJN tentang Bentuk dan Sifat Akta, dimana setiap akta Notaris itu terdiri atas awal akta atau kepala akta, badan akta
dan akhir atau penutup akta. Sehingga Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT merupakan
suatu bentuk surat kuasa khusus yang isinya pemberian kuasa dari pemberi hak
93
Habib Adjie, Op. cit, hlm. 16.
Universitas Sumatera Utara
tanggungan kepada penerima hak tanggungan untuk membebankan hak tanggungan atas objek hak tanggungan.
3. Syarat Sahnya SKMHT