primair dan subsidairnya adalah pelaksanaan ditambah ganti rugi atas dasar wanprestasi.
2. Pengertian Wanprestasi
Pemenuhan prestasi yang dituntut pihak kreditur terhadap debitur dengan maksud agar kreditur tidak menderita suatu kerugian. Dengan mengatur saat-saat
seorang debitur berada dalam keadaan lalai, pembentuk undang-undang bemaksud untuk menentukan saat yang pasti bagi pihak debitur dan kreditur dalam hal debitur
tidak memenuhi kewajibannya, sehingga dengan mudah dapat ditentukan jumlah pembayaran ganti rugi, biaya dan bunga.
119
Jadi yang dimaksud dengan berada dalam keadaan lalai ialah peringatan atau pernyataan dari kreditur tentang saat selambat-lambatnya debitur wajib memenuhi
prestasi. Apabila saat itu dilampauinya, maka debitur ingkar janji wanprestasi. Dalam hal debitur dinyatakan dalam kondisi lalai ingebreken diatur dalam Pasal
1238 KUHPerdata, yang berbunyi : “Siberutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan lalai atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ia menetapkan bahwa yang berutang akan harus dianggap lalai dengan
lewatnya waktu yang ditentukan.” Jadi penyataan lalai adalah upaya hukum dimana kreditur memberitahukan,
menegur, memperingatkan debitur saat selambat-lambatnya ia wajib memenuhi prestasi dan apabila saat itu dilampaui, maka debitur dinyatakan ingkar janji
wanprestasi.
119
Mariam Darus Badrulzaman, et.al., Kompilasi Hukum Perikatan,Op. Cit., hlm. 13.
Universitas Sumatera Utara
Kelalaian atau kegagalan merupakan suatu situasi yang terjadi karena salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya atau membiarkan suatu keadaan
berlangsung sedemikian rupa, sehingga pihak lainnya dirugikan secara tidak adil karena tidak dapat menikmati haknya berdasarkan kontrak yang telah disepakati
bersama. Karena itu, biasanya cidera janji dirumuskan secara aktif dalam arti bahwa cidera janji terjadi jika pihak yang berkewajiban tidak melaksanakan kewajibannya
atau secara pasif dengan membiarkan keadaan yang seharusnya dicegah sebagaimana yang dirumuskan dalam ketentuan-ketentuan tertentu.
120
Tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan yaitu :
121
a. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban
maupun karena kelalaian. b.
Karena keadaan memaksa overmacht, force majeur, jadi diluar kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah Pasal 1244 KUHPerdata.
Menurut ketentuan Pasal 1244 KUHPerdata yang mengatur tentang keadaan memaksa yaitu bahwa :
“Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak
pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tidak terduga pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya,
kesemuanya itu pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.”
120
Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Grasindo, Jakarta, 2001, hlm. 70-71.
121
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000,, hlm. 203.
Universitas Sumatera Utara
Menurut undang-undang, ada 3 tiga unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan memaksa yaitu :
122
1 Tidak memenuhi prestasi;
2 Ada sebab yang terletak diluar kesalahan debitur;
3 Faktor
penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur.
3. Unsur-Unsur dan Akibat Wanprestasi