BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari jasa yang diberikan oleh guru. Ibarat serdadu, guru di medan
pendidikan mengemban misi kemerdekaan generasi bangsa dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan. Mereka berada di barisan paling depan
dalam menciptakan generasi-generasi muda yang cerdas, terampil, bermoral tinggi, berwawasan luas, memiliki spiritual yang kuat, dan beretos kerja yang
handal, sehingga mampu menghadapi kerasnya tantangan peradaban terlebih dalam era globalisasi sekarang ini. Mengemban misi tersebut jelas bukan
tugas yang ringan dan tidak semua orang mampu untuk menjalankan tugas tersebut, sehingga jenis pekerjaan ini semestinya tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang pendidikan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dikatakan, bahwa guru adalah tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen pembelajaran yang
memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik, sehingga menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi
kemanusiaannya secara maksimal, pada jalur pendidikan formal dasar dan menegah, termasuk pendidikan anak usia dini formal.
1
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan terciptanya tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan kunci pokok bagi
keberhasilan anak didiknya. Selain harus memiliki bekal pengetahuan yang cukup, guru juga dituntut untuk memiliki integritas kepribadian yang tinggi
dan ketrampilan mengajar yang dapat diandalkan, sehingga mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta menyenangkan bagi
anak didiknya. Mengingat tugasnya yang begitu berat dan jasa-jasanya yang
diberikan untuk negara, maka di dalam masyarakat Jawa guru ditempatkan pada kedudukan yang tinggi. Ada semboyan tersendiri yang ditujukan untuk
para guru. “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.” Di depan memberi teladan, di tengah-tengah membangun, serta
dibelakang memberikan dorongan dan motivasi. Profesi guru begitu tinggi citranya, bermartabat, terhormat dan memiliki legitimasi sosial yang
mengagumkan. Aspirasi masyarakat terhadap profesi guru sangat kental, sehingga tidak jarang jika guru dijadikan sumber inspirasi masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah yang muncul. Masyarakat benar-benar respek terhadapnya terutama masyarakat yang berada pada kelas bawah. Tidak
sedikit guru yang kemudian sampai di puncak sebagai pimpinan masyarakat http:debrito.netisi.
Di kalangan anak-anak pedesaan yang sebagian memiliki status sosial ekonomi menengah ke bawah, status sosial dan gaji guru dinilai baik. Fakta di
pedesaan pun cukup mendukung, Dengan rata-rata biaya hidup di desa yang
masih rendah, maka gaji seorang guru cukup untuk membiayai hidupnya bersama keluarga. Secara nominal, jumlah gaji guru masih jauh lebih baik
dibandingkan dengan gaji jenis pekerjaan apa pun di pedesaan. Jadi tidak sedikit dari mereka yang menginginkan untuk berprofesi menjadi guru.
Pihak pemerintah menunjukkan adanya keseriusan dan komitmen yang tinggi dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan penghargaan
terhadap guru yang muara akhirnya pada peningkatan kualitas pendidikan. Pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan
bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, yang meliputi kompetensi
kepribadian, pedagogis, profesional, dan sosial. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran secara formal dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi, dan sertifikasi kompetensi pendidik diperoleh setelah lulus ujian sertifikasi.
Keberadaan UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tersebut memberikan manfaat positif bagi guru. Guru yang lulus ujian sertifikasi akan
memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. Selain itu ada juga tunjangan khusus untuk guru di daerah terpencil gurcil atau di
daerah khusus, yang besarnya seratus persen dari gaji pokok. Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen membuat posisi guru sebagai sebuah
profesi semakin terlindungi, serta kesejahteraan guru semakin terjamin.
Dengan demikian, secara tidak langsung kesejahteraan guru negeri juga akan semakin meningkat. Tidak heran jika semakin banyak orang untuk berprofesi
menjadi guru semakin banyak diminati oleh masyarakat. Baik tidaknya status sosial dan tinggi rendahnya gaji guru itu masih
relatif, tergantung ekspektasi dan pembandingya. Bagi anak-anak kota dari kalangan status sosial ekonomi menengah ke atas, status sosial dan
kesejahteraan guru saat ini dinilai rendah, gaji guru di perkotaan jauh dari memadai untuk membiayai hidup para guru dan keluarganya, karena itu
hanya sebagian kecil dari mereka memasuki profesi guru. Pandangan tersebut tidak berbeda dengan masyarakat yang berasal
dari etnis Cina. Tidak banyak dari mereka yang tertarik untuk mempunyai profesi sebagai guru. Seperti yang kita lihat dari fakta lapangan, di Indonesia
jarang sekali kita jumpai guru yang berasal dari etnis Cina. Kebanyakan guru berasal dari etnis Jawa. Padahal kita ketahui bahwa populasi penduduk etnis
Cina di Indonesia berada pada urutan ke tiga, setelah Jawa dan Sunda. Adanya perbedaan latar belakang ekonomi, pandangan hidup dan
kebudayaan yang menyebabkan mereka tidak begitu berminat terhadap profesi guru. Sebagian besar dari mereka lebih tertarik untuk berdagang,
bisnis atau sebagai pengusaha. Buktinya, sejak tahun 1990-an hingga kini etnis Cina justru mendominasi kegiatan ekonomi di Indonesia. Dari
perusahaan kecil sampai perusahaan besar yang dimiliki etnis Cina semakin banyak, contohnya Salim Group, Khong Guan, PT “Cap Orang Tua”,
perusahaan jamu “Jago”, perusahaan jamu “Air Mancur”, dan lain-lain.
Melihat adanya perbedaan minat dan cara pandang di atas, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Minat Mahasiswa Untuk Menjadi Guru Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi
Orang Tua dan Perbedaan Etnis ”, studi kasus pada mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
B. Batasan Masalah