dengan  otak  yang  menghasilkan  makna  dengan  menghubungkan  muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa.
Peneliti  dapat  menyimpulkan  dari  ketiga  pendapat  di  atas  bahwa pembelajaran  kontekstual  adalah  konsep  suatu  sistem  pembelajaran  yang
cocok  dengan  otak  karena  membantu  siswa  untuk  menghasilkan  makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan
sehari-hari.  Selain  itu  juga  untuk  membantu  guru  dalam  menghubungkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. 2.1.3.2
Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Menurut  Rusman  2013:  193-198  pembelajaran  kontekstual
memiliki tujuh prinsip yang harus di kembangkan oleh guru, yaitu: a.
Konstruktivisme Constructivisme
Konstruktivisme  merupakan  landasan  berpikir  filosofi  dalam kontekstual,  yaitu bahwa pengetahuan dibangun  oleh manusia sedikit
demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
b. Menemukan Inquairy
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari kontekstual, melalui upaya menemukan  akan  memberikan  penegasan  bahwa  pengetahuan  dan
keterampilan  serta  kemampuan-kemampuan  lain  yang  diperlukan bukan  merupakan  hasil  mengingat  perangkat  fakta-fakta,  tetapi  hasil
menemukan sendiri.
c. Bertanya Questioning
Bertanya  merupakan  strategi  utama  dalam  kontekstual.  Penerapan unsur  bertanya  dalam  kontekstual  harus  difasilitasi  oleh  guru,
kebiasaan  bertanya  akan  mendorong  pada  peningkatan  kualitas  dan produktifitas pembelajaran, dengan kata lain bertanya dapat membuat
pembelajaran  lebih  hidup,  akan  mendorong  proses  dan  hasil  yang lebih  luas  dan  mendalam,  dan  akan  banyak  ditemukan  unsur-unsur
terkait sebelumnya yang tidak terpikirkan oleh guru maupun siswa.
d. Masyarakat Belajar Learning Community
Maksud  dari  masyarakat  belajar  adalah  membiasakan  siswa  untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-
teman  belajarnya.  Kebiasaan  penerapan  dan  mengembangkan masyarakat  belajar  dalam  kontekstual  sangat  dimungkinkan  dan
dibuka  dengan  luas  untuk  memanfaatkan  masyarakat  belajar  lain  di luar  kelas.  Ketika  siswa  dibiasakan  untuk  memberikan  pengalaman
yang  luas  kepada  orang  lain,  maka  saat  itu  pula  siswa  akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari komunikasinya.
e. Pemodelan Modelling
Pemodelan  merupakan  tahap  pembuatan  model  jika  guru  mengalami keterbatasan dalam  mengajarkan suatu  pembelajaran, maka solusinya
adalah  pembuatan  model  untuk  mengembangkan  pembelajaran  agar siswa  siswa  bisa  memenuhi  harapan  siswa  secara  menyeluruh  dan
membantu mengatasi keterbatasan guru.
f. Refleksi Reflection
Refleksi  adalah  cara  berpikir  tentang  apa  yang  baru  terjadi  atau baru  saja  dipelajari,  dengan  kata  lain  refleksi  adalah  berpikir  ke
belakang  tentang  apa-apa  yang  sudah  dilakukan  di  masa  lalu.  Pada
saat  refleksi,  siswa  diberikan  kesempatan  untuk  mencerna, menimbang,  membandingkan,  menghayati,  dan  melakukan  diskusi
dengan  dirinya  sendiri  learning  to  be  tentang  segala  proses  yang telah mereka lalui.
g. Penilaian Sebenarnya Authentic Assessment