37
Gambar 2.11. Kerusakan Pada Komposit Akibat Beban Tarik Transversal Hadi, 2000:41
2.1.7.3 Kerusakan Internal Mikroskopik
Definisi  kerusakan  suatu  bahan disesuaikan dengan kebutuhan. Beberapa struktur dapat dianggap rusak apabila terjadi kerusakan total. Namun untuk struktur
tertentu, deformasi yang sangat kecil sudah dapat dianggap sebagai kerusakan. Hal ini sangat dapat terjadi pada komposit. Pada bahan ini, kerusakan internal
mikroskopik  dapat  jauh  terjadi  sebelum  kerusakan  yang  sebenarnya  terjadi. Kerusakan mikroskopik yang terjadi pada komposit dapat berupa:
a.  Patah pada serat fiber breaking b.  Retak mikro pada matrik matrix micro crack
c.  Terkelupasnya serat dari matrik debonding d.  Terlepasnya lamina satu dengan yang lainnya delamination
Untuk melihat kerusakan ini maka harus menggunakan mikroskop, dan foto mikro  akan  menunjukkan  jenis-jenis  kerusakannya.  Karena  kerusakan  ini  tidak
dapat  dilihat  oleh  mata  secara  langsung,  maka  akan  sulit  menentukan  kapan  dan dimana  suatu  komposit  akan  rusak.  Oleh  karena  itu,  suatu  komposit  dikatakan
mengalami  kerusakan  apabila  kurva  tegangan-regangan  didapat  dari  pengujian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
tarik tidak lagi linear, atau ketika bahan tersebut telah rusak total. Hal ini berlaku baik pada komposit satu lapis lamina maupun laminat.
2.1.8 Bahan-bahan Tambahan
Selain  bahan-bahan  di  atas,  masih  terdapat  beberapa  bahan  tambahan  yang lain.  Penambahan  bahan-bahan  ini  bertujuan  untuk  meningkatkan  kualitas
komposit yang akan dihasilkan. Release agent atau zat pelapis yang berfungsi untuk mencegah  lengketnya  produk  pada  cetakan  saat  proses  pembuatan.  Pelapisan
dilakukan  sebelum  proses  pembuatan  dilakukan.  Release  agent  yang  biasa digunakan antara lain: waxes semir, mirror glass, polyvynil alcohol, film forming,
dan  oli.  Selain  bahan-bahan  tesebut  diatas,  masih  ada  bahan  tambahan  lain  yang dapat memberi tampilan lebih pada produk plastik berpenguat serat.
2.1.9 Tumbuhan Pinang
Pinang  merupakan  tumbuhan  monokotil  dan  termasuk  pada  spesies  palem. Pinang termasuk ke dalam famili Arecaceae arecoideae atau Palmaceae palem-
paleman dan memiliki nama ilmiah Areca Catechu Linnaeus. Pinang adalah pohon tumbuhan hijau dengan tampilan  yang menarik dan memiliki beberapa sifat  obat
seperti inti buah kelapa dengan batang kurang lebih 15 cm. Pinang tumbuh  dengan tinggi  30  m  dan  dengan  jumlah  10  hingga  20  daun  pada  puncaknya  Binoj  dkk,
2016. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 2.4 Kandungan dan sifat serat pinang binoj dkk, 2016 Chemical Properties
Cellulose Hemi cellulose
Lignin Wax
wt wt
wt wt
57.35 –58.21
13 –15.42
23.17 –24.16
0.12 Physical Properties
Moisture Diameter
Density Length
wt µm
gcm
3
mm 7.32
396 –476
0.7 –0.8
10 –60
Mechanical properties Tensile Strength
Young’s modulus Elongation
MPa GPa
147 –322
1.124 –3.155
10.23 –13.15
Kandungan  kimia,  sifat  fisik  dan  sifat  mekanis  dari  serat  pinang  dapat dilihat  pada  Tabel  2.4.  Dalam  penelitian  ini  serat  pinang  direndam  untuk
memisahkan lignin dari serat pinang yang diharapkan dapat memaksimalkan fungsi pengikat  terhadap  serat.  Serat  pinang  itu  juga  dapat  diolah  secara  kimia  untuk
menngubah sifat mekanik menggunakan NaOH. Di antara semua serat alam, pinang tampaknya  merupakan  bahan  yang  menjanjikan  karena  murah,  ketersediaan
melimpah  dan  tanaman  yang  berpotensial  tinggi.  Volume  serat  pinang  mencapai 30 - 45 dari total volume buah.