D. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan orang tua ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,304 lebih besar dari alpha a =0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
tingkat pendidikan orang tua ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil
pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,183 lebih besar dari alpha a =0,05.
Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 8 siswa4,32, tinggi 69 siswa37,30, cukup 88 siswa47,57, rendah
17 siswa9,19, dan sangat rendah 3 siswa1,62. Berdasarkan data tersebut berarti jiwa kewirausahaan siswa SMK di Kabupaten Bantul
terkategorikan cukup. Hal ini tampak dalam adanya sikap percaya diri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani
menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinil dan memiliki
pandangan jauh kedapan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 99,84, median = 98,00, modus = 97, dan standar deviasi = 8,841.
Hasil deskripsi data mengenai minat siwa berwirausaha dengan kreteria sangat tinggi sebanyak 1 siswa0,54, kriteria tinggi sebanyak 99
siswa53,51, kreteria cukup sebanyak 41 siswa22,16, kriteria rendah sebanyak 39 siswa21,08, dan kriteria sangat rendah sebanyak 5
siswa2,70. Berdasarkan data tersebut berarti minat siswa berwirausaha SMK di Kabupaten Bantul terkategorikan tinggi. Hal ini tampak dalam
adanya sikap perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi dan rasa ingin tahu
terhadap kegiatan berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 57,06, median = 57,00, modus = 58, dan standar deviasi = 5,154.
Sementara deskripsi data tingkat pendidikan orang tua menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan orang tua siswa rendah ayah 60,00 dan
ibu 57,00. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan, pengaruh tingkat pendidikan
orang tua pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya data penelitian tidak
mendukung diterimanya H
1
. Hal ini tidak sejalan dengan dugaan awal. Kemungkinan hal- hal yang menyebabkan karena minat seseorang untuk
berwirausaha dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik maupun faktor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekstrinsik. Minat secara intrinsik merupakan doronga n yang secara mutlak timbul dari dalam individu itu sendiri yang bermental dan berjiwa wirausaha.
Ia menjalankan kegiatan wirausaha berdasarkan bakat yang dimilikinya tanpa pengaruh dari luar. Ia mempunyai pendapat sendiri dan ide- ide yang realistik
serta ada kemampuan untuk melaksanakan usahanya. Seorang yang berjiwa wirausaha adalah seorang yang mandiri yang mampu menentukan
kesempatan, kecakapan dan kemampuan berwirausaha tanpa terpengaruh oleh tingkat pendidikan orang tua yang tinggi. Sedang minat secara ekstrinsik
merupakan minat yang berdasarkan suatu dorongan atau pengaruh dari luar individu. Dorongan untuk membentuk wirausaha dari luar bisa berasal dari
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan sahabat teman sebaya. Seorang yang berjiwa wirausaha adalah seorang yang kreatif,
yang selalu dihujani bahan-bahan informasi melalui televisi, surat kabar, majalah, percakapan dengan orang lain, pengumuman, selebaran yang mampu
semakin menunjang minatnya dalam berwirausaha tanpa mengandalkan pendidikan orang tua yang tinggi. Dilingkungan sekolah pendidikan formal,
siswa SMK mendapatkan mata pelajaran tentang kewirausahaan serta mendapatkan sarana dan prasarana yang dapat semakin mendorong jiwa dan
minatnya untuk berwirausaha. Guru kewirausahaan di sekolah juga berperan penting dalam memberikan wawasan yang lebih luas dan jelas mengenai
semangat dan karakteristik siswa dalam berwirausaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat W.S. Winkel 1983:27-28 yang menyatakan bahwa
faktor- faktor yang mempengaruhi minat adalah minat secara intrinsik dan minat secara ekstrinsik.
b. Pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pendapatan orang tua ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,188 lebih besar dari alpha a =0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara
tingkat pendapatan orang tua ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil
pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,483 lebih besar dari alpha a =0,05.
Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 8 siswa4,32, tinggi 69 siswa37,30, cukup 88 siswa47,57, rendah
17 siswa9,19, dan sangat rendah 3 siswa1,62. Berdasarkan data tersebut berarti jiwa kewirausahaan siswa SMK di Kabupaten Bantul
terkategorikan cukup. Hal ini tampak dalam adanya sikap percaya diri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani
menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinil dan memiliki
pandangan jauh kedapan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 99,84, median = 98,00, modus = 97, dan standar deviasi = 8,841.
Hasil deskripsi data mengenai minat siwa berwirausaha dengan kreteria sangat tinggi sebanyak 1 siswa0,54, kriteria tinggi sebanyak 99
siswa53,51, kreteria cukup sebanyak 41 siswa22,16, kriteria rendah sebanyak 39 siswa21,08, dan kriteria sangat rendah sebanyak 5
siswa2,70. Berdasarkan data tersebut berarti minat siswa berwirausaha SMK di Kabupaten Bantul terkategorikan tinggi. Hal ini tampak dalam
adanya sikap perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi dan rasa ingin tahu
terhadap kegiatan berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 57,06, median = 57,00, modus = 58, dan standar deviasi = 5,154.
Sementara deskripsi data tingkat pendapatan orang tua menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendapatan orang tua siswa rendah ayah 55,68 dan
ibu 73,51. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan, pengaruh tingkat pendapatan
orang tua pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah tidak signifikan. Artinya data penelitian tidak
mendukung diterimanya H
1
. Hal ini tidak sejalan dengan dugaan awal. Kemungkinan hal- hal yang menyebabkan karena seseorang yang mempunyai
jiwa wirausaha maka akan melakukan kegiatan berwirausaha tidak semata- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mata dimotivasi oleh faktor finansial. Kerja keras dan disiplin merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang dalam berwirausaha. Jiwa
wirausahanya justru ditantang untuk berusaha sendiri tanpa bergantung dengan orang tua dengan modal seadanya. Seorang wirausaha adalah seorang
yang kreatif dan inovatif yang mampu memanfaatkan sumber daya atau modal yang seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin. Mempunyai minat wirausaha yang tinggi tidak harus mempunyai modal yang besar. Untuk memulai suatu usaha seorang wirausahawan tidak
perlu ambisius dengan menyelenggarakan usaha dalam skala besar. Apabila ingin memulai suatu usaha, sebaiknya dimulai dari usaha yang kecil-kecilan
terlebih dahulu. Disamping memperkecil resiko kegagalannya, cara ini juga membantu mendayagunakan modal sambil memantapkan strategi usaha.
Melalui suatu usaha dari kecil-kecilan, akan membantu penyusunan strategi yang meyakinkan karena selama awal usaha itu dianggap sebagai pengalaman
dalam usaha. Dari pengalaman dalam bidang usaha, nantinya akan menemui kekuatan dan kelemahan usaha yang dapat menjadi jalan yang baik untuk
mencapai kesuksesan berwirausaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ating tedjasutisna 2004:64 yang menyatakan bahwa para
wirausaha yang mempunyai komitmen tinggi selalu berusaha mendapatkan hasil semaksimal mungkin dengan sumber daya atau modal minimal.
c. Pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara jenis pekerjaan orang tua ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan
dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,015 lebih kecil dari alpha a =0,05. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara jenis
pekerjaan orang tua ibu terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian
statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,015 lebih kecil dari alpha a =0,032. Artinya jenis pekerjaan orang tua merupakan faktor yang
sangat mempengaruhi jiwa dan minat siswa berwirausaha karena pada jenis pekerjaan orang tua berwirausaha maka akan semakin tinggi derajad
hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak
8 siswa4,32, tinggi 69 siswa37,30, cukup 88 siswa47,57, rendah 17 siswa9,19, dan sangat rendah 3 siswa1,62. Berdasarkan data
tersebut berarti jiwa kewirausahaan siswa SMK di Kabupaten Bantul terkategorikan cukup. Hal ini tampak dalam adanya sikap percaya diri, dalam
setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam
setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinil dan memiliki pandangan jauh kedapan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean
= 99,84, median = 98,00, modus = 97, dan standar deviasi = 8,841. Hasil deskripsi data mengenai minat siwa berwirausaha dengan
kreteria sangat tinggi sebanyak 1 siswa0,54, kriteria tinggi sebanyak 99 siswa53,51, kreteria cukup sebanyak 41 siswa22,16, kriteria rendah
sebanyak 39 siswa21,08, dan kriteria sangat rendah sebanyak 5 siswa2,70. Berdasarkan data tersebut berarti minat siswa berwirausaha
SMK di Kabupaten Bantul terkategorikan tinggi. Hal ini tampak dalam adanya sikap perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk
memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi dan rasa ingin tahu terhadap kegiatan berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai
mean = 57,06, median = 57,00, modus = 58, dan standar deviasi = 5,154. Sementara deskripsi data jenis pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa
sebagian besar jenis pekerjaan orang tua siswa bukan wirausaha ayah 75,14 dan ibu 79,46.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan, pengaruh jenis pekerjaan orang tua pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa
berwirausaha adalah signifikan. Artinya data penelitian mendukung diterimanya H
1
. Hal ini tampak pada siswa yang jenis pekerjaan orang tuanya wirausaha akan membuat anak belajar dari pekerjaan orang tuanya.
Orang tua yang berwirausaha selalu lebih mengarahkan dan mengedepankan anaknya dalam berkreasi, disamping itu anak lebih terbiasa untuk membantu
orang tuanya dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai wirausaha. Pengalaman belajar siswa tentu saja akan menumbuhkan jiwa dan minatnya
untuk berwirausaha. Orang tua yang jenis pekerjaannya wirausaha akan berusaha dan mendukung minat anak untuk berwirausaha dengan jalan
memberikan fasilitas yang dibutuhkan serta berusaha memberikan informasi yang cukup dan sesuai bagi anak. Jiwa dan minat berwirausaha akan dapat
berkembang dengan baik jika lingkungan keluarga turut mendukung pula, keluarga harus dapat memberikan kebebasan dan dukungan kepada anak
untuk mengekspresikan kreativitasnya agar terarah secara positif. Terlebih jika pekerjaan orang tuanya berwirausaha, orang tua akan lebih mampu
memberikan teladan dan pelajaran berdasarkan pengalaman yang telah ia peroleh selama berwirausaha dari pada orang tua yang jenis pekerjaannya
bukan wirausaha. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Gerungan 1988:180 yang menyatakan bahwa keluarga sebagai kelompok sosial utama
dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.
d. Pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa
kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini diduk ung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,004 lebih kecil dari alpha a=0,05. Hasil penelitian kedua menunjukkan bahwa ada
pengaruh kultur keluarga pada dimensi collectivism vs individualism terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal
ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,043 lebih kecil dari alpha a=0,05. Hasil penelitian ketiga menunjukkan bahwa ada pengaruh kultur keluarga pada dimensi masculinity
vs femininity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat
siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian statistik yang ketiga menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,037 lebih kecil dari alpha a=0,05. Hasil penelitian keempat menunj ukkan bahwa ada pengaruh kultur
keluarga pada dimensi uncertainty avoidance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil
pengujian statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,003 lebih kecil dari alpha a=0,05. Hasil penelitian kelima menunjukkan bahwa ada
pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil pengujian
statistik yang menunjukkan bahwa probabilitas
ρ
=0,001 lebih kecil dari alpha a=0,05. Artinya pada siswa dalam kultur keluarga yang kondusif
power distance kecil, individualism, masculinity, uncertainty avoidance PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lemah memperkuat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha.
Deskripsi kultur keluarga menunjukkan bahwa: pertama, kultur keluarga semakin berorientasi power distance kecil 104 siswa56,22. Hasil
penelitian ini didukung oleh perhitungan mean 19,25, median 19,00, modus 19 dan standar deviasi 2,246. Kedua, kultur keluarga semakin
berorientasi individualism 47siswa25,41. Hasil penelitian ini diduk ung oleh perhitungan mean 10,89, median 11,00, modus 11 dan standar
deviasi 2,578. Ketiga, kultur keluarga semakin berorientasi masculinity 73 siswa39,46. Hasil penelitin ini diduk ung oleh perhitungan mean 11,65,
median 12,00, modus 11 dan standar deviasi 1,914. Keempat, kultur keluarga semakin berorientasi
uncertainty avoidance lemah 73
siswa39,46. Hal ini diduk ung oleh perhitungan mean 11,96, median 12,00 modus 12 dan standar deviasi 1,915.
Deskripsi jiwa kewirausahaan dengan kriteria sangat tinggi sebanyak 8 siswa4,32, tinggi 69 siswa37,30, cukup 88 siswa47,57, rendah
17 siswa9,19, dan sangat rendah 3 siswa1,62. Berdasarkan data tersebut berarti jiwa kewirausahaan siswa SMK di Kabupaten Bantul
terkategorikan cukup. Hal ini tampak dala m adanya sikap percaya diri, dalam setiap tindakan selalu berorientasi pada tugas dan hasil, selalu berani
menghadapi dan mengambil resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan dalam setiap aktivitas, dalam setiap usaha selalu bersifat orisinil dan memiliki
pandangan jauh kedapan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 99,84, median = 98,00, modus = 97, dan standar deviasi = 8,841.
Hasil deskripsi data mengenai minat siwa berwirausaha dengan kreteria sangat tinggi sebanyak I siswa0,54, kriteria tinggi sebanyak 99
siswa53,51, kreteria cukup sebanyak 41 siswa22,16, kriteria rendah sebanyak 39 siswa21,08, dan kriteria sangat rendah sebanyak 5
siswa2,70. Berdasarkan data tersebut berarti minat siswa berwirausaha SMK di Kabupaten Bantul terkategorikan tinggi. Hal ini tampak dalam
adanya sikap perhatian, perasaan senang, keinginan terlibat, harapan untuk memperoleh manfaat, pendirian, kemampuan, konsentrasi dan rasa ingin tahu
terhadap kegiatan berwirausaha. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 57,06, median = 57,00, modus = 58, dan standar deviasi = 5,154.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan pengaruh kultur keluarga pada hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha adalah
signifikan. Artinya, data penelitian mendukung diterimanya hipotesis H
1
. Oleh karena itu, pada siswa dengan kultur keluarga yang kondusif power
distance kecil, individualism, masculinity, uncertainty avoidance lemah akan
memperkuat derajad hubungan jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha dan hal ini dapat membentuk siswa mempunyai minat
berwirausaha yang tinggi. Hal ini tampak pada keluarga dengan dengan dimensi power distance yang kecil akan berusaha meminimalkan perbedaan-
perbedaan status atau mengutamakan kesejajaran equality, sehingga anak diharapkan lebih banyak berkonsultasi dengan orang tua nya dalam mengambil
keputusan termasuk keputusan dalam berwirausaha. Orang tua harus memiliki kemampuan komonikasi yang baik dengan anaknya, menghargai minat anak,
sehingga diperlukan komonikasi dua arah. Pada keluarga dengan dimensi individualism
mendorong anak agar mandiri otonom, menekankan tanggung jawab dan hak-hak pribadinya. Dengan demikian, keluarga individualistik
mengharapkan anak-anaknya untuk mandiri atau bebas merealisasikan hak- hak pribadinya termasuk hak dalam berwirausaha. Sehingga hal ini akan
menyebabkan tumbuhnya kemandirian secara emosional anak untuk bekerja lebih mementingkan kebebasan, tantangan serta inisiatif dalam tugas. Pada
keluarga dengan dimensi masculinity lebih menekankan nilai asertivitas, prestasi dan performansi, sehingga menganggap penting mengenai
pendapatan, pengakuan, kemajuan dan tantangan, serta kurang dapat mentoleransi kegagalan. Pada kelurga dengan dimensi uncertainty avoidance
yang lemah anak lebih suka menghadapi tantangan dan resiko sehingga anak lebih berani untuk menghadapi situasi yang tidak pasti. Dengan situasi ini
anak lebih banyak diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas Hofstede, 1994:28
114
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini
didukung hasil pengujian koefisien regresi
ρ
=304 lebih besar dari nilai alpha a =0,05. Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua ibu
terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung hasil pengujian koefisien regresi
ρ
=183 lebih besar dari nilai alpha a =0,05.
2. Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua ayah terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini
didukung hasil pengujian koefisien regresi
ρ
=0,188 lebih besar dari nilai alpha a =0,05. Tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua ibu
terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan minat siswa berwirausaha. Hal ini didukung hasil pengujian koefisien regresi
ρ
=0,483 lebih besar dari nilai alpha a =0,05.