81
syarat moderator. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan peran konformitas sebagai moderator dalam struktur hubungan harga diri dan
pembelian impulsif.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penelitian ini menunjukkan bahwa syarat moderasi lebih terpenuhi dalam penelitian ini
daripada model mediator karena nilai regresi pada variabel hasil perkalian dengan variabel pembelian impulsif signifikan sedangkan pada model
mediasi, parameter yang signifikan hanya korelasi antara konformitas dengan pembelian impulsif.
Hasil parameter model mediator, harga diri memiliki korelasi negatif yang tidak signifikan dengan konformitas. Hasil tersebut bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Cipto dan Kuncoro 2010, Sulistyowati 2009, dan Nashihin 2012 yang menunjukkan semakin tinggi tingkat harga
diri seseorang maka semakin rendah tingkat konformitasnya dan sebaliknya, semakin rendah tingkat harga diri seseorang maka semakin tinggi tingkat
konformitasnya. Sedangkan ada penelitian lain yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan konformitas. Rambe dalam
Hafiyah, 2009 menunjukkan tidak selalu harga diri yang tinggi tidak menampilkan korformitas dan tidak selalu harga diri yang rendah
menampilkan konformitasnya. Jadi, hasil penelitian ini lebih mendukung hasil penelitian Rambe.
82
Peran konformitas sebagai moderator menunjukkan interaksi antara harga diri yang dimiliki remaja putri dengan tingkat konformitasnya untuk
menghasilkan pembelian impulsif yang tinggi ataupun rendah. Melihat penelitian ini berkiblat pada hasil penelitian Rambe, maka dapat disimpulkan
bahwa remaja putri dengan harga diri yang tinggi ataupun rendah dapat memiliki konfomitas yang tinggi maupun rendah pula.
Remaja putri yang memiliki harga diri yang tinggi dan juga melakukan konformitas, kemungkinan pembelian impulsif yang dimunculkan rendah.
Remaja putri dengan harga diri yang tinggi cederung mampu membina dan menciptakan suatu relasi sosial sehingga mereka mudah melakukan
penyesuaian dengan baik dengan lingkungan sosialnya. Ketika lingkungan tempat mereka bersosial memiliki aturan yang disepakati, remaja putri dengan
harga diri tinggi ini dapat mengikuti aturan yang berlaku sehingga keberhasilannya dapat dijadikan panutan atau contoh oleh teman-teman
disekitarnya Coopersmith, 1967. Disisi lain, remaja putri dengan harga diri yang tinggi juga memiliki keyakinan akan dirinya dalam menyelesaikan
masalah sehingga mampu menunjukkan siapa dirinya identitas diri dan tidak mudah terpengaruh oleh arus atau orang lain Santrock, 2007; 2012. Jadi,
rendahnya pembelian impulsif tidak berdasarkan tingginya konformitas melainkan juga karena tingginya tingkat harga diri yang dimiliki oleh remaja
putri. Ketika remaja putri memiliki harga diri yang tinggi, mereka memiliki kesempatan untuk memilih konformitas mana yang akan dipilih sehingga
tidak semua konformitas yang dipilih selalu mengikuti konformitas negatif.
83
Remaja putri dengan harga diri yang tinggi dapat memilih untuk tidak melakukan konformitas karena mereka memiliki pribadi yang tidak mudah
terpengaruh dengan orang lain dan arus baik positif maupun negatif. Selain itu, remaja putri ini banyak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari
orang-orang disekitarnya Coopersmith, 1967. Berdasarkan pribadi tersebut, kecil kemungkinan untuk melakukan konformitas sehingga kemungkinan
terjadinya pembelian impulsif juga rendah. Jadi, rendahnya pembelian impulsif bukan karena tingkat konformitas yang rendah melainkan juga karena
remaja putri memiliki harga diri yang tinggi. Sedangkan remaja putri yang memiliki harga diri yang rendah dapat
melakukan konformitas karena pribadi mereka cenderung tidak memiliki keberartian diri dan sulit mengekspresikan diri, mudah bergantung pada
lingkungan dan kurang yakin pada kemampuannya sendiri sehingga mudah terpengaruh oleh perkataan atau tindakan dari teman-temannya Coopersmith,
1967. Rendahnya harga diri juga mampu membuat remaja putri lebih menyukai perilaku yang sudah ditentukan oleh orang lain daripada memulai
tindakan sendiri Baron, Byrne Branscombe, 2006. Oleh karena itu mereka yang memiliki harga diri yang rendah memilih untuk melakukan konformitas
agar dapat diterima atau tidak terasingkan dari lingkungannya Hafiyah, 2009 dan menghindari penilaian negatif tentang dirinya Lin Chen, 2012
Kenyamanan yang diciptakan oleh remaja putri melalui konformitas dapat menciptakan keberanian dalam melakukan suatu hal Gunarsa Gunarsa,
2009, biasanya melakukan tindakan yang negatif Santrock, 2002; King,
84
2010. Remaja putri bersedia melakukan apapun yang menjadi
rules
dari suatu kelompok tertentu Sears, Freedman Peplau, 1985 terlebih ketika mereka
memiliki
mood
positif saat bersama teman-temannya maka pembelian impulsif dapat terjadi atau meningkat Coley Burgess, 2003. Remaja putri
yang mudah terpengaruh oleh lingkungannya, memiliki kenyamaanan atas konformitas serta memiliki
mood
positif akan lebih mudah terbawa arus keadaan suasana di toko sehingga dapat meningkatkan kecenderungan
pembelian impulsifnya Coley Burgess, 2003. Rendahnya harga diri remaja putri dan tingginya konformitas yang dimiliki, memunculkan
kemungkinan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi pula. Namun, pada remaja yang memiliki harga diri yang rendah dan
memilih untuk menarik diri atau tidak konform dengan teman-temannya, pembelian impulsif yang muncul cenderung lebih rendah. Pada remaja seperti
ini, mereka cenderung merasa tidak cukup yakin akan potensi atau keyakinan pada dirinya sendiri sehingga mereka kurang yakin pula dalam melakukan
suatu hal Baron, Byrne Branscombe, 2006. Remaja putri seperti ini juga memiliki kekhawatiran ketika harus berelasi dengan orang lain sehingga
mereka kurang mendapatkan perhatian dari teman-teman sosialnya dan kurang dijadikan panutan. Di samping itu, remaja dengan harga diri yang rendah
mendapatkan penolakan dari lingkungannya sehingga ketika mereka melakukan suatu tindakan yang berdampak negatif, mereka cenderung inferior
Coopersmith, 1967; Brown dalam Passer Smith, 2007 dan kemungkinan pembelian impulsif tidak terjadi. Hal tersebut didukung oleh beberapa
85
penelitian yang menunjukkan adanya korelasi positif antara konformitas dengan pembelian impulsif, semakin rendah konformitas seseorang maka
pembelian impulsif akan semakin rendah juga Sihotang, 2009; Astasari Sahrah, 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konformitas berperan sebagai variabel moderator. Dengan ini, implikasi dari penelitian ini adalah dengan
melakukan tritmen peningkatan harga diri remaja putri. Tritmen penting diperhatikan pada remaja putri yang memiliki harga diri rendah dan memilih
untuk konform karena dengan memperhatikan sasaran tritmen secara tepat maka pembelian impulsif dapat ditekan. Tritmen dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengembangan kepribadian untuk meningkatkan tingkat harga diri mereka sehingga mereka lebih dapat mengenal pribadinya dan dapat
menyesuaikan diri untuk tidak mengikuti arus pergaulan yang sifatnya merugikan diri mereka Rohmah, 2004. Tritmen lain yang dapat dijadikan
alternatif adalah melakukan peningkatan harga diri remaja putri yang sudah memiliki tingkat konformitas yang rendah dan pembelian impulsif yang
rendah. Tujuannya agar mereka lebih memiliki keyakinan pada diri mereka sendiri bahwa mereka berarti dan berharga sehingga mereka dapat
menunjukkan identitas dirinya secara positif.
E. KETERBATASAN PENELITIAN