Konformitas pada Remaja Putri

33 diri yang dilakukan, maka semakin tinggi tingkat konformitasnya Cipto Kuncoro, 2010; Sulistyowati, 2009; Nashihin, 2012. Seseorang yang memiliki harga diri yang rendah akan merasa takut untuk ditolak sehingga mereka memilih untuk konform Asch dalam Aronson, Wilson, Akert, 2005 Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional terdiri dari kejelasan situasi, ukuran kelompok, norma deskriptif dan norma injungtif, pengaruh informasi, dan pengaruh normatif. Sedangkan faktor personalnya meliputi usia dan jenis kelamin, kohesivitas, harga diri.

4. Konformitas pada Remaja Putri

Pengaruh lingkungan cukup kuat dalam menentukan perilaku pada diri remaja, terutama tekanan dari kelompok. Remaja menganggap bahwa kelompok teman sebaya merupakan pedoman hidup yang berkaitan dengan gaya Conger dalam Jahja, 2011. Konformitas biasa terjadi pada remaja berkaitan dengan cara berpakaian, pilihan hidup, dan ide-ide yang muncul untuk menunjukkan kesamaan Wade Tavris, 2008. Remaja juga ingin sekali menjadi populer dan disenangi oleh teman-teman sebayanya sehingga remaja berusaha mengikuti norma-norma yang dibentuk oleh kelompoknya Rochmah, 2005. Remaja lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya dibandingkan bersama orang tua sehingga mereka mencoba untuk mencari keamanannya 34 tersendiri bersama teman sebayanya. Rasa aman yang dimiliki bersama kelompok menimbulkan keberanian melakukan sesuatu secara bersamaan dibandingkan sendiri Gunarsa Gunarsa, 2009. Selain itu, pada usia remaja, remaja masih dalam masa perkembangan mencari identitas sehingga banyak hal yang dilakukan remaja untuk membentuk pengetahuan dalam dirinya Santrock, 2002. Proses perkembangan mencari identitas dan menciptakan situasi aman pada remaja, membuat remaja melakukan konformitas Santrock, 2002; Hafiyah, 2009; Taylor dkk, 2009. Beberapa ahli meyakini bahwa remaja yang sering melakukan konformitas adalah remaja putri daripada remaja putra karena remaja putra cenderung memiliki pemikiran yang mandiri daripada remaja putri. Sedangkan remaja putri cenderung lebih ingin mempertahankan hubungan daripada mengendalikan relasi dengan orang lain Timmers, Fischer Manstead dalam Baron Byrne, 2004. Pada umumnya, remaja mengikuti perilaku konformitas yang bersifat negatif, akan tetapi ada pula remaja yang melakukan konformitas secara positif Santrock, 2002; King, 2010. Konformitas yang negatif biasanya meliputi, menggunakan kata-kata yang kasar, mencuri, merusak, mengolok-olok orang lain Santrock, 2002, pembelian impulsif Lin Chen, 2012, berkelahi Rambe dalam Hafiyah, 2009, minum minuman beralkohol, geng motor King, 2010. Sedangkan konformitas yang bersifat positif meliputi meluangkan waktu berkumpul bersama anggota kelompok untuk belajar bersama atau berorganisasi, berpakaian yang 35 serupa dengan kelompok Santrock, 2002, berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah, mengemudi pada jalur yang tepat King, 2010, mengantri saat membeli tiket Baron Byrne, 2005. Remaja melakukan konformitas agar dapat diterima secara sosial dan terhindar dari ejekan atau penolakan dari teman-temannya dan memuncaknya konformitas remaja terjadi pada kelas delapan dan sembilan Berndt, 1979; Berndt Perry, 1990; Leventhal, 1994 dalam Santrock, 2002; 2012. Tekanan sosial biasa terjadi pada remaja putri dibandingkan remaja putra karena remaja putri lebih terampil dalam bersosial Margalit Eysenck dalam Baron Byrne, 2004. Penelitian yang dilakukan oleh Prinstein dalam Santrock, 2012 menambahkan bahwa remaja yang tidak yakin akan identitas diri di lingkungan sosialnya, memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang dianggap memiliki status lebih tinggi. Di samping itu, remaja yang melakukan konformitas biasanya berdampak negatif pada dirinya Constanzo dalam Worchel Cooper, 1979 dan memiliki harga diri yang rendah Stang dalam Worchel Cooper, 1979. Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas memiliki dua sifat yaitu positif dan negatif. Konformitas positif merupakan perilaku sama dengan kelompok yang bertujuan baik, sedangkan konformitas negatif adalah perilaku yang sama dengan kelompok dengan tujuan yang tidak baik. Sebagian remaja putri melakukan konformitas berdasarkan dari tingginya status sosial yang 36 dimiliki oleh kelompok tersebut. Konformitas juga biasa terjadi pada remaja putri dibandingkan remaja putra karena remaja putri dianggap sebagai pribadi yang lebih mempertahankan hubungan.

D. HARGA DIRI