otak disebabkan oleh gangguan kendali siklus sel. Sebagian defek molekuler memengaruhi terbentuknya tumor, sedangkan sebagian yang lain mendasari
perkembangan berikutnya, mempercepat transformasi menjadi ganas, dan menimbulkan sensitivitas atau resistansi terhadap kemoterapi. Mutasi pada gen-
gen yang normalnya menekan proliferasi sel, yaitu gen supresor tumor, dapat memicu perkembangan tumor, contohnya mutasi berupa delesi gen supresor
tumor p53 pada kromosom 17p yang ditemukan pada 50 kasus astrositoma Ropper dan Samuels, 2009.
Perubahan lainnya adalah ekspresi berlebihan faktor-faktor pertumbuhan atau reseptornya. Perkembangan menjadi keganasan dapat dipicu oleh defek pada
jalur signaling gen p16-retinoblastoma, hilangnya kromosom 10, atau ekspresi berlebihan gen faktor pertumbuhan epidermal epidermal growth factor.
Contohnya antara lain ekspresi berlebihan overexpression atau bentuk mutan dari EGFR epidermal growth factor receptor dan PDGFR platelet-derived
transforming growth factor receptor pada sekitar 50 kasus glioma. Konsentrasi yang tinggi dari VEGF vascular endothelial growth factor ditemukan pada
meningioma yang secara alamiah kaya akan pembuluh darah. Namun, belum jelas apakah penemuan ini menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat atau hanya suatu
penyimpangan proses genetik yang menyertai pertumbuhan dan perkembangan tumor Ropper dan Samuels, 2009.
Saat ini, teori yang umum dianut adalah kanker berkembang melalui akumulasi dari perubahan genetik yang memungkinkan sel-sel untuk tumbuh di
luar kendali mekanisme regulasi yang normal dan lolos dari proses penghancuran oleh sistem imun. Perubahan-perubahan genetik tersebut mencakup agregasi
familial, sindrom-sindrom herediter, faktor-faktor metabolik, sensitivitas mutagen, serta instabilitas kromosom El-Zein, 2013.
2.2.5. Patofisiologi
Menurut Ropper dan Samuels 2009, kavum kranii memiliki volume yang terbatas dan memiliki tiga unsur yang relatif tidak dapat terkompresi, yaitu otak
sekitar 1.200-1.400 mL, cairan serebrospinalis 70-140 mL, dan darah 150
Universitas Sumatera Utara
mL. Hukum Monro-Kellie menyatakan volume total ketiga unsur ini selalu konstan dan penambahan volume salah satu unsur mengurangi volume unsur
lainnya. Tumor yang tumbuh di salah satu bagian otak akan menekan jaringan otak di sekitarnya dan mengurangi volume cairan serebrospinalis dan darah.
Begitu batas akomodasi ini telah dicapai, tekanan intrakranial TIK akan meningkat.
Seiring pertumbuhan tumor, venula-venula di jaringan otak yang berdekatan dengan tumor akan tertekan sehingga tekanan kapiler meningkat,
terutama pada jaringan substansia alba di mana edema lebih mencolok. Pertumbuhan tumor yang lambat memungkinkan otak untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan aliran darah otak dan peningkatan TIK. Pada stadium pertumbuhan tumor yang lebih lanjut, mekanisme kompensasi gagal serta tekanan
cairan serebrospinalis dan TIK meningkat. Pada awalnya, tumor mulai menggeser jaringan di sekitarnya dan kemudian menggeser jaringan pada jarak tertentu dari
tumor, menimbulkan tanda-tanda lokalisasi yang palsu Ropper dan Samuels, 2009.
2.2.6. Gejala Klinis
Menurut Hansen 2010, gejala klinis tumor otak bergantung pada lokasi dan derajat peningkatan TIK. Tumor-tumor yang tumbuh dengan lambat di
daerah-daerah yang relatif tenang seperti lobus frontalis mungkin saja tidak terdeteksi dan dapat menjadi cukup besar sebelum memunculkan gejala. Tumor-
tumor kecil di daerah-daerah penting dapat menimbulkan kejang, hemiparesis, atau afasia.
Tumor otak biasanya muncul dengan salah satu dari tiga sindrom: 1 progresi subakut dari suatu defisit neurologis fokal, 2 kejang, atau 3 kelainan
neurologis nonfokal. Adanya gejala sistemik seperti malaise, penurunan berat badan, anoreksia, atau demam cenderung menunjukkan suatu metastasis
dibandingkan suatu tumor otak yang primer. Defisit neurologis fokal yang progresif muncul dari kompresi neuron dan jaras-jaras pada substansia alba oleh
karena perkembangan tumor dan edema di sekitarnya. Tumor otak jarang muncul
Universitas Sumatera Utara
dengan defisit neurologis fokal yang bersifat tiba-tiba seperti pada stroke. Kejang dapat disebabkan oleh gangguan pada sirkuit kortikal. Kelainan neurologis
nonfokal biasanya menunjukkan peningkatan TIK, hidrosefalus, atau penyebaran tumor yang difus. Peningkatan TIK dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih
luas dengan mengkompresi struktur otak yang kritis. Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah penurunan kesadaran, malaise, sakit kepala, mualmuntah, dan
papiledema. Sakit kepala pada tumor otak, selain disebabkan oleh peningkatan TIK, dapat juga diakibatkan oleh iritasi fokal atau pergeseran dari struktur-
struktur yang sensitif terhadap nyeri Sagar dan Israel, 2010. Menurut Ropper dan Samuels 2009, tumor otak seringkali muncul tanpa
adanya gejala yang berarti seperti gangguan kapasitas aktivitas mental, sedangkan tanda-tanda fokal lainnya tidak muncul. Pada kelompok pasien yang lain, terdapat
indikasi awal adanya tumor otak berupa hemiparesis yang progresif, kejang yang muncul pada orang yang sebelumnya sehat, dan gejala-gejala lainnya. Kelompok
pasien yang lainnya memiliki gejala berupa peningkatan TIK dengan atau tanpa tanda-tanda lokalisasi tumor. Beberapa pasien juga memiliki gejala-gejala yang
sangat khas yang jarang muncul oleh karena penyakit yang lainnya sehingga dapat ditegakkan diagnosis bukan hanya eksistensi tumor otaknya saja, namun juga tipe
dan lokasi tumor tersebut. Menurut Deangelis dan Rosenfeld 2009, gejala klinis tumor otak
bervariasi menurut lokasinya, seperti: 1.
Tumor lobus oksipitalis menyebabkan hemianopia dan gangguan penglihatan. 2.
Tumor lobus frontalis sering menyebabkan perubahan kepribadian, demensia, kelainan cara berjalan, seizure, hemiparesis, dan afasia ekspresif dari
hemisfer serebri yang dominan. 3.
Tumor lobus temporalis menyebabkan perubahan kepribadian, termasuk gangguan berbahasa dari hemisfer serebri yang dominan, kejang parsial
kompleks, dan defisit lapangan pandang. 4.
Tumor pada korpus kalosum dapat menyebabkan demensia apabila kalosum anterior terlibat, perubahan kepribadian dan kehilangan ingatan yang berat
Universitas Sumatera Utara
dengan sindrom amnestik apabila splenium terlibat, atau tanpa gejala sama sekali.
5. Tumor pada sudut serebelopontin dapat menyebabkan ketulian ipsilateral,
mati rasa pada wajah, kelemahan, dan ataksia. 6.
Tumor basis kranii umumnya memengaruhi saraf kranialis. 7.
Tumor pineal menyebabkan hidrosefalus dan sindrom Parinaud dengan upgaze yang terganggu dan kelainan pada pupil.
8. Tumor serebelum menyebabkan sakit kepala, ataksia, nistagmus, dan nyeri
leher. 9.
Tumor hipofisis menyebabkan hemianopia bitemporal dari kompresi kiasma optikum.
2.2.7. Diagnosis