terhadap progesteron, androgen, dan estrogen, serta berproliferasi setelah terpapar hormon-hormon tersebut, dengan ekspresi reseptor progesteron adalah yang
paling sering dijumpai Blitshteyn, 2007. Fungsi reseptor-reseptor ini sendiri belum dapat dipahami seluruhnya, namun hal ini masih bersifat kontroversial
karena ekspresi reseptor hormon estrogen, progesteron, dan androgen adalah sama untuk meningioma pada pasien laki-laki maupun perempuan Wiemels, 2010.
Berdasarkan Tabel 5.8., juga dapat dilihat bahwa astrositoma lebih banyak ditemui pada pasien dengan kelompok usia 51-60 tahun, yaitu sebanyak 3 orang
dari 6 orang pasien 50. American Brain Tumor Association 2012 menyatakan bahwa astrositoma paling sering dijumpai pada usia 45 tahun ke atas,
meskipun jenis astrositoma tertentu seperti astrositoma pilositik lebih sering muncul pada anak-anak dan dewasa muda. Namun, pada kelompok usia 0-10
tahun, peneliti mendapatkan gambaran histopatologi berupa diffuse fibrillary astrocytoma WHO grade II. Perbedaan hasil yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit dan adanya perbedaan populasi penderita tumor otak pada rentang waktu dan lokasi yang berbeda sehingga belum
dapat mencerminkan populasi penderita astrositoma yang sesungguhnya.
5.2.4. Analisis Distribusi Lokasi Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.4., lokasi tumor paling banyak dijumpai pada lobus frontalis yaitu sebanyak 10 orang 17,54, diikuti dengan sella turcica yaitu
sebanyak 7 orang 12,28. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan penelitian Hakim 2005 sebelumnya pada tahun 2003-2004 yang menemukan bahwa dari
48 orang pasien tumor otak, lokasi tumor yang paling sering adalah serebelum 20,83, diikuti dengan falks serebri 16,67. Namun, hal ini sesuai dengan
penelitian Sari 2014 di Bandar Lampung, di mana dari 173 orang pasien, lokasi tumor paling banyak dijumpai adalah lobus frontalis 30,06, diikuti dengan
lobus parietalis 22,54. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan populasi penderita tumor otak pada rentang waktu dan lokasi yang
berbeda.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. Analisis Distribusi Gejala Klinis Utama Penderita Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.5., sebanyak 39 orang 68,42 mengeluhkan adanya defisit neurologis fokal. Sebanyak 18 orang lainnya 31,58 tidak mengeluhkan
adanya defisit. Defisit neurologis fokal bergantung pada lokasi tumor otak karena masing-masing bagian otak memiliki fungsi khusus. Kelainan pada suatu lobus
tertentu mungkin menimbulkan gejala yang berbeda dengan kelainan pada lobus yang lain Deangelis dan Rosenfeld, 2009; Hansen, 2010. Hal ini disebabkan
meskipun tidak ada bagian otak yang bekerja sendiri terpisah dari bagian-bagian otak lain karena anyaman neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps
dan berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain dengan cara listrik atau kimiawi, neuron-neuron yang bekerja sama untuk melaksanakan fungsi tertentu
cenderung tersusun dalam lokasi yang terpisah Sherwood, 2011. Kejang ditemukan pada 14 orang penderita tumor otak 24,56, namun
tidak dijumpai pada 43 orang lainnya 75,44. Hal ini hampir sama dengan penelitian Sobirin 2001 pada 34 orang pasien tumor otak dari 1 September 1999-
31 Agustus 2000 di RSUP dr. Kariadi Semarang, di mana 23,52 penderita tumor otak 8 orang mengeluhkan adanya kejang. Kejang juga ditemui pada 20 orang
pasien 11,56 pada penelitian Sari 2014. Menurut Ropper dan Samuels 2009, kejang ditemukan pada sekitar 20-50 pasien tumor otak. Hal ini
menunjukkan adanya kesesuaian dengan kepustakaan. Frekuensi kejang relatif lebih sedikit karena munculnya kejang dipengaruhi oleh lokasi tumor. Menurut
Sagar dan Israel 2010, kejang disebabkan oleh gangguan pada sirkuit kortikal. Tumor-tumor yang menekan korteks serebri lebih mungkin menyebabkan kejang
dibandingkan dengan tumor pada subkortikal. Sebanyak 48 orang 84,21 penderita tumor otak mengeluhkan adanya
kelainan neurologis nonfokal yang meliputi nyeri kepala, mualmuntah, danatau penurunan kesadaran. Terdapat 9 orang 15,79 pasien yang tidak mengeluhkan
adanya kelainan neurologis nonfokal. Pada penelitian Sobirin 2001 pada 34 orang pasien tumor otak, nyeri kepala ditemukan pada 26 orang 76,47 dan
muntah ditemukan pada 10 orang 29,41. Penelitian Sari 2014 pada 173 pasien tumor otak menemukan bahwa 69 orang 39,88 dilaporkan mengalami
Universitas Sumatera Utara
nyeri kepala sebagai keluhan utama dan 17 orang 9,82 yang memiliki keluhan muntah. Selain itu, dilaporkan sebanyak 6 orang pasien 3,47 mengalami
penurunan kesadaran. Nyeri kepala, muntah, dan penurunan kesadaran dapat terjadi karena tumor otak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
Ropper dan Samuels, 2009. Dilihat dari berapa banyak macam gejala yang diderita pada Tabel 5.6.,
sebanyak 20 orang 35,09 menderita satu macam gejala saja, baik itu defisit neurologis fokal saja, kejang saja, atau kelainan neurologis nonfokal saja.
Penderita tumor otak yang memiliki dua dari tiga macam gejala di atas lebih sering dijumpai, yaitu sebanyak 31 orang 54,39, sedangkan jumlah pasien
yang memiliki ketiganya adalah sebanyak 6 orang 10,53. Menurut Ropper dan Samuels 2009, tumor otak seringkali muncul tanpa adanya gejala yang berarti
seperti gangguan kapasitas aktivitas mental, sedangkan tanda-tanda fokal lainnya tidak muncul. Pada kelompok pasien yang lain, tumor otak dapat menimbulkan
hemiparesis yang progresif, kejang yang muncul pada orang yang sebelumnya sehat, dan gejala-gejala lainnya. Tumor otak juga dapat menimbulkan gejala
peningkatan TIK dengan atau tanpa tanda-tanda lokalisasi tumor. Beberapa pasien juga memiliki gejala-gejala yang sangat khas yang jarang muncul oleh karena
penyakit yang lainnya sehingga dapat ditegakkan diagnosis bukan hanya eksistensi tumor otaknya saja, namun juga tipe dan lokasi tumor tersebut. Teori ini
menjelaskan kenapa terdapat perbedaan gejala-gejala yang timbul pada pasien tumor otak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya defisit neurologis fokal
Lokasi tumor Defisit neurologis fokal
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 7
12,28 3
5,26 10
17,54 Lobus parietal
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Lobus temporal 1
1,75 2
3,51 3
5,26 Lobus oksipital
2 3,51
0,00 2
3,51 Serebelum
2 3,51
3 5,26
5 8,77
Sudut serebelopontin 3
5,26 3
5,26 6
10,53 Sella turcica
7 12,28
0,00 7
12,28 Frontotemporal
2 3,51
2 3,51
4 7,02
Frontotemporoparietal 3
5,26 0,00
3 5,26
Temporooksipital 0,00
1 1,75
1 1,75
Temporoparietal 4
7,02 0,00
4 7,02
Ganglia basalis 1
1,75 0,00
1 1,75
Kelenjar pineal 1
1,75 1
1,75 2
3,51 Skull base
1 1,75
0,00 1
1,75 Ventrikel lateral
1 1,75
0,00 1
1,75 Multiple
1 1,75
0,00 1
1,75 Total
39 68,42
18 31,58
57 100,00
Berdasarkan Tabel 5.9., defisit neurologis fokal paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 7 orang = 12,28 dan sella
turcica 7 orang = 12,28. Menurut Deangelis dan Rosenfeld 2009, tumor pada lobus frontalis dapat menimbulkan gangguan berupa perubahan kepribadian,
demensia, kelainan cara berjalan, seizure, hemiparesis, dan afasia ekspresif dari hemisfer serebri yang dominan. Dari 7 orang penderita tumor otak di lobus
frontalis dengan defisit neurologis fokal, terdapat 5 orang dengan keluhan kelemahan pada tubuh paresis. Terdapat 1 orang pasien dengan gejala berupa
perubahan kepribadian dan gangguan penglihatan berupa penurunan visus. Satu pasien lainnya mengeluhkan gangguan penglihatan saja. Gangguan penglihatan
dapat terjadi karena adanya gangguan pada frontal-eye field di korteks prefrontalis
Universitas Sumatera Utara
yang terlibat dalam persepsi visual sadar dan juga terlibat dalam kendali pergerakan mata yang volunter Libedinsky dan Livingstone, 2011.
Pada lokasi tumor otak yang terbanyak kedua, yaitu sella turcica dengan jumlah 7 orang pasien, semuanya mengeluhkan defisit neurologis fokal berupa
gangguan penglihatan, yaitu penglihatan yang kabur dan lapangan pandang yang menyempit. Menurut Ropper dan Samuels 2009, gejala yang muncul pada tumor
di sella turcica dapat disebabkan oleh peningkatan TIK, gangguan pada kelenjar pituitari, hipotalamus, dan kiasma optikum. Beberapa gejala yang biasa dijumpai
adalah diabetes insipidus, gangguan penglihatan, perkembangan fisik dan mental yang terhambat, sakit kepala, muntah, amenorea, kelemahan spastik pada salah
satu atau kedua kaki, dan kebingungan.
Tabel 5.10. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya kejang
Lokasi tumor Kejang
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 4
7,02 6
10,53 10
17,54 Lobus parietal
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Lobus temporal 1
1,75 2
3,51 3
5,26 Lobus oksipital
0,00 2
3,51 2
3,51 Serebelum
0,00 5
8,77 5
8,77 Sudut serebelopontin
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Sella turcica 0,00
7 12,28
7 12,28
Frontotemporal 2
3,51 2
3,51 4
7,02 Frontotemporoparietal
0,00 3
5,26 3
5,26 Temporooksipital
0,00 1
1,75 1
1,75 Temporoparietal
0,00 4
7,02 4
7,02 Ganglia basalis
0,00 1
1,75 1
1,75 Kelenjar pineal
1 1,75
1 1,75
2 3,51
Skull base 0,00
1 1,75
1 1,75
Ventrikel lateral 0,00
1 1,75
1 1,75
Multiple 0,00
1 1,75
1 1,75
Total 14
24,56 43
75,44 57
100,00
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.10., kejang paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 4 orang = 7,02, lobus parietalis 3 orang
= 5,26, dan sudut serebelopontin 3 orang = 5,26. Tipe kejang yang paling umum ditimbulkan oleh lesi pada lobus frontalis adalah kejang Jacksonian
Jacksonian seizure yang berasal dari area motorik suplementer, yaitu berupa pergerakan kepala dan mata ke arah yang berlawanan dengan lokasi fokus iritasi
pada lobus frontalis Sagar dan Israel, 2010. Menurut Ropper dan Samuels 2009, stimulasi pada korteks motoris di lobus parietalis dapat menghasilkan
sensasi mati rasa dan menimbulkan kejang. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sirkuit kortikal Sagar dan Israel, 2010. Menurut Wyllie 2012, tumor pada
sella turcica dan infratentorium jarang menimbulkan kejang kecuali kalau tumor tersebut telah meluas hingga ke hemisfer serebri. Namun, pada hasil penelitian ini,
sebanyak 3 orang pasien dengan tumor di sudut serebelopontin mengeluhkan adanya kejang.
Berdasarkan Tabel 5.11., kelainan neurologis nonfokal paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 9 orang = 15,79
dan sudut serebelopontin 6 orang = 10,53. Kelainan neurologis nonfokal berupa nyeri kepala, muntah, dan penurunan kesadaran. Menurut Sagar dan Israel
2010, kelainan neurologis nonfokal biasanya menunjukkan peningkatan TIK, hidrosefalus, atau penyebaran tumor yang difus. Gejala-gejala yang umum
dijumpai adalah penurunan kesadaran, malaise, sakit kepala, mualmuntah, dan papiledema. Sakit kepala pada tumor otak, selain disebabkan oleh peningkatan
TIK, dapat juga diakibatkan oleh iritasi fokal atau pergeseran dari struktur- struktur yang sensitif terhadap nyeri.
Menurut Prabawani 2011, nyeri kepala akibat neoplasma intrakranial ditentukan oleh lokasi dan volumenya. Tumor yang tumbuh dengan lambat di
bagian otak yang tidak terlalu vital akan menimbulkan nyeri kepala yang muncul perlahan-lahan. Namun, tumor yang tumbuh di bagian otak yang sangat vital,
meskipun ukurannya sangat kecil, akan menimbulkan nyeri kepala yang muncul dengan cepat. Nyeri kepala akibat neoplasma supratentorial biasanya dirasakan
pada daerah frontal karena struktur supratentorial yang sensitif terhadap nyeri
Universitas Sumatera Utara
mendapat suplai dari nervus trigeminus sehingga nyeri dialihkan ke daerah frontal. Neoplasma infratentorial mengiritasi struktur yang sensitif terhadap nyeri
yang disuplai oleh nervus glossofaringeus, vagus, dan saraf-saraf servikal atas sehingga nyeri dialihkan ke daerah oksipital dan leher.
Tabel 5.11. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya kelainan neurologis nonfokal
Lokasi tumor Kelainan neurologis nonfokal
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 9
15,79 1
1,75 10
17,54 Lobus parietal
5 8,77
1 1,75
6 10,53
Lobus temporal 3
5,26 0,00
3 5,26
Lobus oksipital 2
3,51 0,00
2 3,51
Serebelum 5
8,77 0,00
5 8,77
Sudut serebelopontin 6
10,53 0,00
6 10,53
Sella turcica 3
5,26 4
7,02 7
12,28 Frontotemporal
3 5,26
1 1,75
4 7,02
Frontotemporoparietal 3
5,26 0,00
3 5,26
Temporooksipital 1
1,75 0,00
1 1,75
Temporoparietal 3
5,26 1
1,75 4
7,02 Ganglia basalis
0,00 1
1,75 1
1,75 Kelenjar pineal
2 3,51
0,00 2
3,51 Skull base
1 1,75
0,00 1
1,75 Ventrikel lateral
1 1,75
0,00 1
1,75 Multiple
1 1,75
0,00 1
1,75 Total
48 84,21
9 15,79
57 100,00
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan