Kepuasan Pernikahan Informan 3 a. Pengalaman Pernikahan

70 Gambar 3. Skema Tema Utama Informan 3 Sebelum suami menjadi narapidana: 1. Pernikahan usia dini tanpa kesadaran 2. Kasus perselingkuhan pertama, menyesal memberi kesempatan pada suami Proses peradilan suami: 1. Sakit hati vs kasihan 2. Kasus adalah balasan rasa sakit dan cobaan yang mendewasakan suami Ketidakpuasan pernikahan karena pernikahan informan adalah pernikahan terburuk Dua tahun setelah suami menjadi narapidana: 1. nyaman hidup terpisah 2. ragu menentukan kelanjutan pernikahan setelah suami bebas 71 4. Tema Utama Tiga Informan Tabel 4. Tema Utama: Pengalaman Pernikahan Tema TN SH SA Awal Pernikahan Pernikahan tidak semanis masa pacaran 40-43 47-49 224-225 233-244 2590-2592 --- 25-29 179 231 265-267 772-773 Keinginan bercerai karena perselingkuhan suami 65-67 3310-3318 --- 40-42 Proses Peradilan Suami Perasaan tidak berdaya dan sakit hati 322 765-774 967-974 1274-1278 3151-3153 526-527 787-790 1659-1661 1432-1435 1410-1411 2229-2232 Kepedulian dan perasaan kesepian 955-959 1328-1336 2253-2261 532-535 578-580 937-939 --- Pandangan positif terhadap kasus 2698-2700 2815 1325-1327 1446-1448 2191-2192 Dua Tahun Setelah Suami Menjadi Narapidana Perasaan ragu menentukan kelanjutan pernikahan 2534-2546 3070-3078 --- 2411-2412 2415-2426 Keinginan untuk mempertahankan pernikahan 1122-1127 1179-1188 3154-3157 3269-3271 2192-2199 2201-2209 49-55 1009-1011 1989-1990 2367-2374 2415-2426 Usaha untuk menjalin hubungan dengan suami 868-872 1010-1014 1165-1166 1428-1432 2227-2229 2337-2341 2543-2545 3261 588-595 981-986 1155-1157 1609-1611 1759-1760 1766-1772 --- Perasaan nyaman hidup sendiri 89-93 892-898 1052-1054 2061-2064 --- 1520 1728-1731 1751-1753 2193-2198 72 Tabel 5. Tema Utama: Kepuasan Pernikahan Tema TN SH SA Ketidakpuasan Pernikahan Harapan tidak terpenuhi 243-245 2959-2967 94-96 2201-2206 2311-2316 2338-2343 Perasaan berat dengan pernikahan yang tidak seimbang 327-330 562-564 1025-1032 1775-1783 2319-2322 2931-2937 3184-3187 3192-3194 1742-1752 2110-2111 206-211 452-455 1074-1079 1082-1087 Perasaan khawatir pada suami yang tidak menafkahi 327-330 478-495 1767-1771 1979-1985 852-858 864-867 Perbedaan individu memicu konflik 1463-1467 2094-2095 852-858 Perasaan sakit hati pada sifat dan perilaku buruk suami 199-203 1005-1009 1038-1043 1142-1150 1292-1293 2114-2116 3151-3153 --- 813 1017-1018 1078-1079 1591 1680-1683 1879-1892 Perempuan adalah makhluk tidak berdaya 118-122 1274-1278 1786-1789 --- 576-577 668 Beban memiliki status istri narapidana --- 1724-1727 1642-1644

a. Pengalaman Pernikahan 1 Awal Pernikahan

a Pernikahan tidak semanis masa pacaran Masa awal pernikahan dialami berbeda oleh setiap pasangan. Pernikahan tidak semanis masa pacaran bagi TN dan SA. TN dan SA menganggap masa pacaran sangat menyenangkan karena sering bersama dan berjalan-jalan bersama suami. Setelah 73 menikah, kegiatan tersebut tidak dilakukan, bahkan suami berperilaku buruk, seperti minum alkohol, pulang malam, dan berselingkuh. TN dan SA memiliki pengalaman yang sama, yaitu terpaksa menikah pada usia yang masih sangat muda. TN karena hamil dan SA karena menuruti aturan lingkungan desanya. “Kalo di dalam ini, sudah nikah, kayaknya gak ada, biasa- biasa saja Tapi kalo waktu pacaran senengnya karena diajak jalan-jalan ketawa. Tapi kalo sudah jadi suami istri, gak pernah ketawa diajak jalan-jalan. Dulu waktu pacaran sering, tapi sekarang enggak.” TN, 233-245 “Tapi masih pulang malem, tiap pulang kerja itu mabuk.” SA, 772-773 “Masih kecil udah dinikahin.” SA, 231 “Dulu waktu mau nujuh bulanan dah hampir mau dianter ke rumah Magelang, gara-gara perempuan itu, tetangga ya itu.” TN, 65-67 “dulu udah mau cerai terus gak boleh sama kakak, mas, ya disabar-sabarin ae sekarang malah kayak gini.” SA, 40-42 b Keinginan bercerai karena perselingkuhan suami Suami TN dan SA berselingkuh dengan wanita lain di awal pernikahan. Sekalipun TN dan SA ingin bercerai, mereka bertahan karena memprioritaskan pengasuhan anak untuk keutuhan rumah tangga. Kondisi sebelum kasus yang dialami TN dan SA tidak dialami oleh SH. SH merasa pernikahannya menyenangkan. 74 “Dulu waktu mau nujuh bulanan dah hampir mau dianter ke rumah Magelang, gara-gara perempuan itu, tetangga ya itu.” TN, 65-67 “dulu udah mau cerai terus gak boleh sama kakak, mas, ya disabar-sabarin ae sekarang malah kayak gini.” SA, 40-42 “Yo biasa kalo biasa apa-apa sendiri, sekarang berdua, terus nyiapin makan kayak gitu-gitu terus nyuci baju yo kayak pekerjaan rumahlah, terutama itu. Terus inti ne semua gak sendiri, kalo dulu sendiri. Terus aku juga udah gak kerja, jadi bener-bener full ngurus keluarga yo kan seneng kayak gitu. Semuanya juga, de’e yo perhatian, yok kemana-kemana berdua, trus yok nganu ngene-ngene, ya udah gitu. Iya he em dengan semangat yo seneng.” SH, 258-271 2 Proses Peradilan Suami a Perasaan tidak berdaya dan sakit hati Ketika masa peradilan, ketiga informan tidak berdaya. TN dan SA tidak berdaya karena tidak menemani suami menjalani proses kasus. Kendati SH selalu mengikuti proses kasus, SH merasa bantuan dan usaha-usahanya sia-sia untuk menolong suami bebas. “Ya artinya kan kasian kan waktu reka ulang gak ditemenin, waktu dari awal sampe akhir kan gak ditemenin keluarga, itu ya sebenernya kasian. Tapi gini kan juga menjaga karena dari pihak korban kan datang semua, katanya karena sering kisruh. Waktu-waktu sidangnya juga gak dikasih tau sama pengacaranya.” TN, 967-974 “Setelah sidang kan bisa setelah sidang kan bisanya 15 atau 20 juta kan mbak setelah itu dibilangin 60 juta ya udah mbak biarin aja gak usah dijemput.” SA, 1432-1435 “tapi kan semua berusaha intinya, yo tapi tetep aja berat.” SH, 526-527 75 Ketiga informan sakit hati karena kasus suami. Kasus suami TN dan SA mengenai perselingkuhan. Sedangkan kasus suami SH mengenai hubungannya dengan mantan pacar. “Mungkin karena sakit hati, karena sakit hati seperti itu. Masalahnya kan perempuan yang deket sama mas D kan banyak.” TN, 3151-3153 “Dan masalahnya itu masalah perempuan lagi, aku gak tau lagi. Berarti apa ya, istilah e kayak diapusi.” SH, 1659-1661 “Ya sakitlah mbak terus sakit hati tapi mau gimana lagi, cuma adanya emosi.” SA, 1410-1411 Ketiga informan tidak menanggung biaya proses peradilan. TN dibantu biaya dari pemerintahan, SH dibantu oleh ayahnya dan teman suami, sedangkan SA dibantu oleh mertua. “Yang dateng itu penyidik, yang ngurus pengacara. Pengacaranya dari kabupaten, cuman pendaftaran aja tapi walaupun gitu kan orang tuanya masih shock toh mbak.” TN, 765-768 “Bapakku, aku gak terlalu ikut sih. Kan pengacarane temen bapakku. Semua uang bapakku, aku juga sama temennya mas J, motor mas J tak jual, kayak gitu-gitu.” SH, 787-790 “Tapi kalo di Wirogunan sering minta uang terus nada tinggi. Sebenernya kasian sama orang tuanya kalo sini kan gak dimintain mbak..” SA, 2229-2232 b Kepedulian dan perasaan kesepian TN dan SH mengalami kesepian pada masa peradilan. Kebiasaan bersama hilang karena hidup terpisah dengan suami yang tinggal di LAPAS. TN dan SH peduli pada keadaan suami, 76 seperti mengikuti proses persidangan. Sementara itu, SA tidak peduli pada kelangsungan proses peradilan. “Belum terbiasa hidup sendiri pertama-tama. Ya beda ya mbak, kadang suasananya sepi hehe kalo ada mas D sering uring-uringan, kalo dirumah ya kangen pas waktu kalo orangnya sering marah-marah, waktu dari itu loh mbak, hidup dirumah ibu, terus saya kerumah sini rasanya kangen. Sekarang udah enggak, sekitar 2 tahunan lah merasa kangen itu.” TN, 1328-1336 “Aku ngikuti jalannya sidang terus, habis itu istilahnya kayak malu terus yo aduh kok kayak gini-gini, itu ya ada. Tapi muka temboklah pada saat itu.” SH, 532-535 “Sebenernya itu gak mau dateng kesana, kalo gak terpaksa…” SA, 1520-1521 c Pandangan positif terhadap kasus Bagi ketiga informan, kasus dipandang secara positif. TN menganggap kasus sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan, SH menganggap kasus sebagai proses pendewasaan, dan SA menganggap kasus untuk pembelajaran diri. “Ya sama sama orang tuanya cobaan, mungkin untuk aku lebih dekat sama yang membuat hidup, kadang gitu.” TN, 2698-2700 “Proses hidup, proses.. pendewasaan, proses.. apa ya… ya mungkin salah satune cobaanlah..” SH, 1446-1448 “ya mungkin ini sekarang cobaan buat aku gitu, semoga besok lebih baik lagi.” SA, 2191-2192 77 3 Dua Tahun Setelah Suami Menjadi Narapidana a Perasaan ragu menentukan kelanjutan pernikahan Kondisi setelah suami dan istri berpisah sekurangnya dua tahun membuat TN dan SA ragu menentukan kelanjutan pernikahan. TN ragu suami tidak memberikan kebebasan dan merubah perilaku buruknya. SA ragu karena dirinya sangat ingin bercerai, tetapi pembagian anak sulit dilakukan dan mengkhawatirkan kondisi anak tanpa ayah. “Menurut saya tuh, untuk pernikahan saya yang sekarang tuh nganu mbak rasanya tuh apa ya, kok seperti heheh apa ya, ya bisa bertahan kadang bisa enggak gitu loh mbak. Ya ya mungkin karena saya kadang waktu ada mas D berkelakuan seperti itu kan kadang apa iya nantinya bisa baik, bisa menjadi orang yang seperti saya inginkan. Ya kalo menurut saya ya masih ingin bertahan mungkin karena sebenernya masih sayang, tapi tidaknya heheh karena melihat kelakuannya itu.” TN, 2534-2546 “Takutnya seperti ini Mbak, misalkan kan saya masih suka sama mas D seperti itu, tapi apa ya, aku kan juga pingin bebas, kan mas D gak suka kebebasan kan takutnya kan nanti kalo mas D tau kalo aku diluar banyak temen laki-laki, itu yang saya takutin itu sebenernya kalo mas D, nanti harus dibanding kamu pilih kekeluargaan atau pilih temen-temen kamu. Takut ditanya gitu.” TN, 3070-3078 “Dari saya sendiri juga pingin cerai gitu mbak, tapi ya itu tadi mbak kasihan sama anak-anak. Adek-adekku mbak mendukung gak boleh itu cerai, yang 1 gak boleh, ntar anak- anak gimana. Jadi ntar kalo bagi anak juga, itu kan bagi anak, kasihan sama anak kedua, kalo dia yang diambil bapaknya gimana, ini anak pertama kan bener-bener gak mau sama bapaknya. Kalo dia diambil terus yang ngurus siapa, kalo dia itu cuman pergi-pergi terus, kasihan sama dia gak bisa ngapa- ngapain.” SA, 2414-2425