HASIL BELAJAR DASAR TEORI

dapat berupa metode mengajar guru, penggunaan sumber belajar dan media yang menarik, suasana kelas, serta dorongan keluarga. Jika minat situsional dapat dipertahankan sehingga berkelanjutan secara jangka panjang, minat situsional akan berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa. Semua ini tergantung pada dorongan atau rangsangan yang ada. c. Minat Psikologikal Merupakan minat yang erat kaitannya dengan adanya interaksi antara minat personal dengan minat situsional yang terus-menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas yang terstruktur dikelas atau pribadi di luar kelas serta mempunyai penilaian yang tinggi atas mata pelajaran tersebut maka dapat dinyatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat psikologikal. Dalam penellitian ini, jenis minat belajar yang diteliti adalah minat belajar berdasarkan bentuk pengerspresian dari minat, antara lain: expressed interest, manifest interest, tested interest dan inventoried interest.

C. HASIL BELAJAR

Nana Sudjana 2009 menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan –kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Sedangkan menurut Purwanto 2009, hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya. Menurut Winkel 1996 menyampaikan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu pada taksonomi tujuan pengajaran yanng dikembangkan oleh Bloom, simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari beberapa pendapat ara ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiiki siswa setelah menerima pengalaman belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya. Mulyasa 2005 mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran dan berpengaruh terhadap hasil belajar adalah: 1. Masukan mentah raw input, menunjukkan pada karakteristik inidividu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran. 2. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan atau sumber, media dan program. 3. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan pengajar dan teman. Saminanto 2010 dalam “Ayo Praktik PTK Penelitian Tindakan Kelas” merangkum pendapat dari para ahli bahwa dalam belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Faktor-faktor stimulasi belajar Segala sesuatu di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar dikelompokkan dalan faktor stimulasi belajar antara lain; panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. 2. Faktor-faktor metode belajar Metode belajar yang dipakai guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Faktor-faktor belajar yang menyangkut pada faktor-faktor metode belajar meliputi: kegiatan berlatih atau praktek, overlearning dan drill, resitasi belajar, pengenalan tentang hasil- hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitet indera, bimbingan dalam belajar, dan kondisi- kondisi intensif. 3. Faktor-faktor individual Faktor-faktor individual meliputi: kematangan, faktor usia kronologis, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi. Tipe hasil belajar didasarkan pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Bloom bersama kawan-kawan merumuskan tujuan-tujuan pendidikan pada 3 tiga tingkatan: a. Kategori tingkah laku yang masih verbal b. Perluasan kategori menjadi sederetan tujuan c. Tingkah laku konkrit yang terdiri dari tugas-tugas tes dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai ujian dan butir-butir soal. Ada 3 tiga ranah atau domain besar yang terletak pada tingkatan ke-2 yang selanjutnya disebut taksonomi, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor Imam Gunawan dan Anggarini Retna Palupi, tanpa tahun. 1. Ranah kognitif cognitive domain a. Mengingat remember Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna meaningful learning dan pemecahan masalah problem solving. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali recognition dan memanggil kembali recalling. Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali recalling adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. b. Memahamimengerti Understand Memahamimengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahamimengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan classification dan membandingkan comparing. Mengklasifikasikan akan muncul ketika siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan mengarah pada mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. c. Menerapkan Apply Menerapkan mengacu pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural procedural knowledge. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur executing dan mengimplementasikan implementing. Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan. Siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan, maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan. Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini, maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur bakustandar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan- permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. d. Menganalisis Analyze Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. e. Mengevaluasi Evaluate Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi mengecek checking dan mengkritisi critiquing. Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. f. Menciptakan Create Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur- unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan dari menciptakan dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan generating dan memproduksi producing. Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir berbeda yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi. 2. Ranah afektif a. Penerimaan Kesediaan untuk memperhatikan sesuatu, seperti memandang gambar yang dibuat di papan tulis, memperhatikan penjelasan guru atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Perhatian tersebut masih dalam bentuk pasif. b. Partisipasi Kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut dinyatakan dengan melakukan kegiatan yang disajikan oleh guru, seperti membaca sumber belajar dari buku atau internet dan ikut serta dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. c. Penilaianpenentuan sikap Kemampuan unutk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dari bentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan; sikap dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Perkataan atau tindakan tersebut dilakukan tidak hanya sekali, tetapi berulang kali ketika kesempatan timbul, dengan demikian nampaklah suatu sikap tertentu. d. Organisasi Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Niali-nilai yang diterima ditempatkan pada skala nilai: mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan ini ditunjukkan dengn sikap keeimbangan antara yanggung jawab dan kebebasan. e. Pembentukan pola hidup Kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi pemilik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. 3. Ranah psikomotor Ranah psikomotorik berhungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya. Yang termasuk ke dalam klasifikasi gerak di sini mulai dari gerak yang paling sederhana, yaitu melipat kertas sampai dengan merakit suku cadang televisi serta komputer. Taksonomi untuk ranah psikomotorik antara lain dikemukakan oleh Anita Harrow 1972. Menurut Harrow penentuan kriteria untuk mengukur ketrampilan siswa harus dilakukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kurang dari waktu tersebut diperkirakan para penilai belum dapat menangkap gambaran tentang pola ketrampilan yang mencerminkan kemampuan siswa. Menurut Bloom dan kawan-kawan dalam Winkel, 2004 taksonomi untuk ranah psikomotor adalah sebagai berikut: a. Persepsi Kemampuan untuk membedakan dengan tepat dua pasangan atau lebih berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan dengan suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara rangsangan yang ada. b. Kesiapan Kemampuan untuk menempatkan diri dalam posisi siap untuk memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam kesiapan jasmani atau mental. c. Gerakan terbimbing Kemampuan untuk menirukan suatu gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dengan melakukan gerakan tubuh sesuai dengan contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan. d. Gerakan yang terbiasa Kemampuan melakukan suatu gerakan dengan lancar tanpa memperhatikan contoh yang diberikan, karena sudah terlatih. Kemampuan ini dinyatakan dengan menggerakkan anggota tubuh sesuai dengan prosedur yang tepat. e. Gerakan yang kompleks Kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar. Tepat dan efisien. Kemmapuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa ketrampilan menjadi gerakan yang teratur. f. Penyesuaian pola gerakan Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu ketrampilan yang telah mencapai kemahiran. g. Kreativitas Kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif sendiri. Hanya seseorang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif yang akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini.

D. MEDIA PEMBELAJARAN