Bimbingan dan Konseling Islam

29 Dengan demikian, usaha pelayanan bimbingan dan penyuluhan konseling Islam merupakan ikhtiar untuk membangkitkan orang agar hidup kembali secara Islami, sesuai dengan tuntunan iman dan taqwa yang menjadi komitmennya. Karena kedudukan iman dan taqwa yang dimiliki, akan dapat memberikan makna dan perasaan yang hakiki kepada setiap orang dalam meraih apa-apa yang diusahakan selama hidupnya. Bagaimanapun hasil usaha yang diperolehnya, ia tidak merasa kecewa frustasi bila dilandasi iman dan taqwa kepada tuhannya, ia akan mampu menjalani hidup ini dengan penuh optimis dan dinamis sesuai dengan kemampuannya dan tanggung jawabnya. 22 Dengan iman dan taqwa, seseorang tidak akan mudah tersesat ke dalam hidup yang sia-sia mencelakan dirinya, keluarganya, dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Maka inilah yang menjadi hakikat prinsipal dari pelayanan bimbingan dan penyuluhan konseling Islam, yaitu dengan membangkitkan dan mengaktualisasikan potensi iman dan taqwa yang ada pada orang lain secara tepat dan terarah, untuk mengembalikan kepada hakikat pribadi muslim yang sejati menurut tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dalam paradigma dan kerangka bimbingan dan penyluhan konseling Islam, selain memaksimalkan perbuatan dan ikhtiar, bisa jadi kompleksitas persoalan yang dirasakan sebagai bebann dan sesuatu yang berantakan itu disebabkan rendahnya kualitas iman dan taqwa pada diri seseorang. Artinya, ketika itu hubungannya dengan yang maha pencipta, pengatur semesta alam, dan pemberi solusi Allah Swt sedang tidak harmonis atau kurang efektif. Hal ini merupakan indicator utama dari melemahnya iman dan taqwa sebagai 22 . M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Hal. 15 30 penggerak kehidupan spiritual. Bila kondisi seperti ini sering terjadi maka pada dasarnya ketika itu seseorang sedang mengalami kerapuhan psikis dan psiko-spiritual. Oleh karenanya, dia sangat renta bila berhadapan dengan tugas-tugas atau aktifitas yang membutuhkan ketahanan mentalspiritual. Ketahanan mental dan spiritual kan senantiasa survive bila aktifitas hidup senantiasa dibekali dengan akidah iman, ibadah amal shaleh dan kebajikan, serta dihiasi dengan budi pekerti yang mulialuhur al-akhlaqul al-karimat dan senantiasa pula dipupuk serta disirami dengan nilai-nilai ketakwaan. Dengan demikian, konsep dasar yang dijadikan pijakan dalam landasan dalam tugas-tugas bimbingan dan penyuluhan konseling Islam adalah agar dari unsur- unsur dari sistem ajaran Islam tersebut aqidah, syari’ah, dan akhlak seyogyanya tertata dengan baik dalam rotasi kehidupan setiap insan. Pada dasarnya, kompleksitas permasalahan yang lazim dihadapi setiap individu mesti dibekali dengan ketahanan akidah, syari’ah dan akhlak. Adapun perencanaan dan program atau agenda kehidupan yang akan dilaksanakan hendaknya memiliki wawasan tuntunan dan nilai-nilai yang sudah diberikan Tuhan. 23 Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan melalui bimbingan dan penyuluhan konseling Islam mengakibatkan dan memberdayakan “daya- daya imani” sebagai pilar-pilar yang dapat memberikan makna kepada hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Kecuali itu, bimbingan dan penyuluhan konseling Islam pada sebagai usaha pemberian bantuan dan pertimbangan secara terus-menerus agar seseorang dapat melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya sebagai hamba Tuhan dalam rangkaian akidah, syari’ah dan akhlak. Attau bisa juga disebut 23 . M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Hal. 17 31 sebagai bimbingan dalam mengamalkan tugas-tugas yang diperintahkan Tuhan kepadanya, agar sesuai dengan tuntunan al- Qur’’an dan sunnah Rasul- Nya. Dalam kaitan ini bisa pula dianalogikan bila seseorang belum bisa melaksanakan tugas dab kewajibannya sebagai khalifah tuhan maka ketika itu ia diaggap menggunakan pendekatan konseling Islam. Misalnya, ketika seseorang sudah Mukallaf baligh dan berakal tetapi ia belum bisa mengaji baca al- Qur’an atau belum pandai menunaikan shalat, atau tidak mengerti akidah dan hakikat ketauhidan maka ia diaggap sedang menghadapi masalah dengan agamanya. Karenanya, upaya bimbingan dan penyuluhan konseling Islam perlu diberikan kepada orang tersebut, sehingga pada gilirannya ia akan mampu menjalankan perintah agama sesuai dengan ketentuannya. Bila ia sudah mampu menunaikan perintah agama Tuhan sesuai dengan ketentuannya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang tuhan maka sesungguhnya ia akan terhindar dari berbagai kesulitan hidup yang dapat menghanggu kebahagiannya. 24

B. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling 1. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara implisit, tujuan Bimbingan dan konseling sudah bisa diketahui dalam rumusan tentang Bimbingan dan konseling seperti yang telah dikemukakan di atas. Individu atau klien yang dibimbing, merupakan individu yang sedang dalam proses perkembangan, oleh karena itu, merujuk kepada perkembangan individu yang dibimbing, maka tujuan Bimbingan dan konseling adalah agar tercpainya perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing. 24 . M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Hal. 17 32 Maka tujuan tujuan Bimbingan dan konseling adalah agar individu yang di bimbingan memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya. Bimbingan dan konseling kerkenaan dengan prilaku oleh sebab itu tujuan bimbingan dan koonseling adalah sebagai berikut : a. Membantu mengembangkan kualitas kepribadian individu yang dibimbing atau dikonseling. b. Membantu mengembangkan kualitas kesehatan mental klien. c. Membantu mengembangkan prilaku-prilaku yang lebih efektif pada diri individu dan lingkungannya. d. Membantu klien mengulangi problema hidup dan kehidupannya secara mandiri. 25 Secara lebih rinci, tujuan Bimbingan dan konseling atau tujuan konseling seperti yang telah disebutkan diatas adalah agar klien : a. Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya. b. Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya kea rah tingkat perkembangan yang lebih optimal. c. Mampu memecahkan sindiri masalah yang dihadapinya. d. Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya. 25 . Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah Bebasis Integrasi , Hal. 36

Dokumen yang terkait

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

5 53 167

BERSAMA SETELAH BERCERAI” (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) Proses Penyelesaian Perkara Perebutan Harta Bersama Setelah Bercerai Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta.

0 3 17

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN.

0 0 14

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 16

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 8

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 13

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 2

Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian (Studi Kasus Komunikasi Persuasif Hakim Pengadilan Agama dalam Memediasi Masalah Perceraian)

0 0 39

KENDALA YANG DIHADAPI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM PELAKSANAAN MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN

0 2 14