b. Hasil  penulisan  ini  diharapkan  dapat  memberikan  sumbangsih
pemikiran dan menjadi literatur untuk penulisan selanjutnya. c.
Secara praktis hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis,  pembaca,  dan  aparat  penegak  hukum  dalam  menjalankan
tugasnya  untuk  memberantas  dan  menanggulangi  kejahatan  korporasi dalam tindak pidana korupsi.
D. Keaslian Penulisan
Sehubungan  keaslian  penulisan,  skripsi  ini  dibuat  sendiri  oleh  penulis dengan melihat dasar-dasar atau literatur yang telah ada seperti buku-buku, media
internet, dan hasil pemikiran penulis sendiri. Berdasarkan  peninjauan  yang  dilakukan  oleh  penulis  di  perpustakaan
Fakultas  Hukum  Universitas  Sumatera  Utara,  telah  dinyatakan  bahwa  judul skripsi ini tidak sama dengan skripsi yang lain. Oleh karena itu, karya ilmiah ini
dapat  penulis  pertanggungjawabkan  secara  moral,  dan  apabila  ternyata  terdapat judul dan permasalahan yang sama, dapat saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin “
corruptio
”, atau “
corruptus
”, atau “
corrumpere
”  dalam  bahasa  latin  yang  lebih  tua.  Kemudian  dari  bahasa  latin tersebut  banyak  negara-negara  yang  menyerapnya  kedalam  bahasa  negaranya,
terutama  bangsa  Eropa.  Seperti  misalnya  dalam  bahasa  Inggris  disebut
“
corruption
atau
corrupt
”, dalam bahasa Prancis disebut “
corruptio
”, sedangkan dalam  bahasa  Belanda  disebut  “corruptie  korruptie”.  Indonesia  sendiri
menyebutnya dengan istilah “korupsi”.
5
Secara  harfiah,  kata  korupsi  berarti  kebusukan,  keburukan,  kebejatan, ketidakjujuran,  dapat  disuap,  tidak  bermoral,  penyimpangan  dari  kesucian,  kata-
kata atau ucapan  yang menghina atau memfitnah, seperti yang disebutkan dalam “
The Lexicon Webster Dictionary
”: “
corruption  is  the  act  of  corrupting,  or  the  state  of  being  corrupt, prutrefactive  decomposition,  putr id  matter,  moral  pervension,  depravity,
perversion  of  integrity,  corrupt  or  dishonest  proceedings,  bribery, pervension from a state of purity, debasement, as of a language, a debased
form of a word The Lexicon 1978
”.
6
Istilah  korupsi  yang  telah  diterima  dalam  perbendaharaan  kata  bahasa Indonesia,  disimpulkan  oleh  Poerwadarminta  dalam  kamus  umum  bahasa
Indonesia yang menyebutkan bahwa “korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya.
7
Istilah  korupsi  pertama  kalinya  diatur  dalam  khasanah  hukum  Indonesia adalah  pada    Peraturan  Peguasa  Perang  Nomor  PrtPerpu0131958  Tentang
Peraturan    Pemberantasan  Korupsi.  Kemudian  dimasukkan  juga  dalam  Undang- Undang    Nomor  24Prp1960  tentang  Pengusutan  Penuntutan  dan  Pemeriksaan
Tindak    Pidana  Korupsi.  Undang-Undang  ini  kemudian  dicabut  dan  diganti dengan    Undang-Undang  Nomor  3  Tahun  1971  tentang  Pemberantasan  Tindak
5
Aziz Syamsuddin,
Tindak Pidana Khusus
, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 137.
6
Andi Hamzah,
op.cit
., hlm. 5.
7
Ibid
., hlm. 5.
Pidana    Korupsi,  yang  kemudian  sejak  tanggal  16  Agustus  1999  diganti  dengan Undang-Undang  Nomor  31  Tahun  1999  tentang  pemberantasan  tindak  pidana
korupsi dan kemudian diubah dengan Undang-Undang  Nomor 20 Tahun 2001.
8
Menurut Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana  Korupsi Nomor 31  tahun  1999  jo.  Undang-Undang  No.  20  tahun  2001  yang  dimaksud  dengan
tindak  pidana  korupsi  dapat  dikelompokkan  dalam  beberapa  bentuk  sebagai berikut sebagai berikut
9
: a.
Korupsi yang dikaitkan dengan kerugian keuangan negara 1.
Melawan  hukum  melakukan  perbuatan  memperkaya  diri  sendiri  atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara Pasal 2 ayat 1 2.
Menguntungkan  diri  sendiri  atau  orang  lain  atau  suatu  korporasi, menyalahgunakan  kewenangan,  kesempatan,  atau  sarana  yang  ada
padanya  karena  jabatan  atau  kedudukan  yang  dapat  merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 3
b. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap
1. Menyuap  pegawai  negeri  dengan  memberikan  janji-janji  karena
jabatannya Pasal 5 ayat 1 huruf a 2.
Menyuap  pegawai  negeri  dengan  memberikan  hadiah  karena jabatannya Pasal 5 ayat 1 huruf b
8
Darwan  Prinst,
Pemberanta san  Tindak  Pidana  Korupsi
,  Bandung:  PT.  Citra  Aditya Bakti, 2002, hlm. 1.
9
Edi Yunara,
op. cit
., hlm. 92.
3. Memberikan  hadiah  atau  janji  kepada  pegawai  negeri  dengan
mengingat  kekuasaannya  atau  wewenang  yang  melekat  pada jabatannya atau kedudukan tersebut Pasal 13
4. Pegawai negeri yang menerima pemberian atau janji Pasal 5 ayat 2
5. Pegawai negeri yang menerima suap Pasal 12 huruf a
6. Pegawai negeri yang menerima suap Pasal 12 huruf b
7. Pegawai  negeri  yang  menerima  hadiah  yang  berhubungan  dengan
jabatannya Pasal 11 8.
Menyuap hakim Pasal 6 ayat 1 huruf a 9.
Menyuap advokat Pasal 6 ayat 1 huruf b 10.
Hakim atau advokat menerima suap Pasal 6 ayat 2 11.
Hakim menerima suap Pasal 12 huruf c 12.
Advokat menerima suap Pasal 12 huruf d c.
Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan 1.
Pegawai  negeri  menggelapkan  uang  atau  membiarkan  penggelapan Pasal 8
2. Pegawai  negeri  memalsukan  buku  untuk  pemeriksaan  administrasi
Pasal 9 3.
Pegawai negeri merusakkan bukti Pasal 10 huruf a 4.
Pegawai  negeri  membiarkan  orang  lain  merusakkan  bukti  Pasal  10 huruf b
5. Pegawai  negeri  membantu  orang  lain  merusakkan  bukti  Pasal  10
huruf c
d. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemersan
1. Pegawai negeri yang memeras orang lain Pasal 12 huruf e
2. Pegawai negeri yang memeras orang lain Pasal 12 huruf g
3. Pegawai negeri memeras pegawai negeri lain Pasal 12 huruf f
e. Korupsi yang berkaitan dengan perbuatan curang
1. Pemborong berbuat curang Pasal 7 ayat 1 huruf a
2. Pengawas  proyek  membiarkan  perbuatan  curang  Pasal  7  ayat  1
huruf b 3.
Rekanan TNIPOLRI berbuat curang Pasal 7 ayat 1 huruf c 4.
Pengawas rekanan TNIPOLRI berbuat curang Pasal 7 ayat 1 huruf d
5. Penerima  barang  TNIPOLRI  membiarkan  perbuatan curang  Pasal  7
ayat 2 6.
Pegawai  negeri  menyerobot  tanah  negara  sehingga  merugikan  orang lain Pasal 12 huruf h
f. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
1. Pegawai  negeri  turut  serta  dalam  pemborongan,  pengadaan,  atau
persewaan yang diurus dan diawasinya Pasal 12 huruf i g.
Korupsi yang terkait dengan gratifikasi 1.
Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor Pasal 12 huruf b
h. Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
1. Merintangi proses pemerikasaan perkara korupsi Pasal 21
2. Tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan yang tidak
benar Pasal 22 3.
Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka Pasal 22 4.
Saksi  atau  ahlinya  yang  tidak  memberikan  keterangan  atau memberikan keterangan yang tidak benar Pasal 22
5. Orang  yang  memegang  rahasia  jabatan  tidak  memberikan  keterangan
atau memberikan keterangan yang tidak benar Pasal 22 6.
Saksi yang membuka identitas pelapor Pasal 24.
Jika dilihat dari Pasal-Pasal dalam Undang-Undang pemberantasan tindak pidana  korupsi,  pengertian  tindak  pidana  korupsi  ruang  lingkupnya  sangat  luas.
Bertitik tolak dari pengertian tersebut, suatu perbuatan dapat diklasifikasikan dan dirumuskan  sebagai  tindak  pidana  korupsi  apabila  perbuatan-perbuatan  yang
dilakukan  memenuhi  semua  unsur-unsur  dari  pasal  peraturan  perundang- undangan  yang  mengatur  tentang  tindak  pidana  korupsi  yaitu  Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu beberapa sarjana memberikan pendapat mereka mengenai istilah
korupsi,  antara lain: 1.
David  M.  Chalmer  menguraikan  pengertian  korupsi  dalam  berbagai bidang,    antara  lain  menyangkut  masalah  penyuapan  yang  berhubungan
dengan    manipulasi  di  bidang  ekonomi,  yang  menyangkut  kepentingan umum.
10
10
http:agoes.blog.fisip.uns.ac.id20120411korupsi
2. Fockema Andrea menyatakan kata korupsi tersebut berasal dari kata asal
corrumpere
, suatu kata Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin itulah turun kebanyak  bahasa  Eropa,  seperti  Inggris,  yaitu
corruption
,  di  Perancis dikenal  istilah
corruption
,  dan  di  Belanda  dikenal  dengan  istilah
corruptie
.
11
3. Huntington menyebutkan bahwa korupsi adalah perilaku menyimpang dari
public  official
atau  para  pegawai  dari  norma-norma  yang  diterima  dan dianut  masyarakat  dengan    tujuan  memperoleh  keuntungan-keuntungan
pribadi.
12
4. Alatas  mengemukakan  pengertian  korupsi  dengan  menyebutkan  benang
merah  yang  menjelujuri  dalam  aktivitas  korupsi,  yaitu  subordinasi kepentingan  umum  dibawah  kepentingan-kepentingan  pribadi  yang
mencakup  pelanggaran  norma-norma,  tugas,  dan  kesejahteraan  umum serta    dibarengi  dengan  kerahasiaan,  penghianatan,  penipuan  dan
kemasabodohan    yang  luar  biasa  akan  akibat-akibat  yang  dirasakan masyarakat  yang  berarti    bahwa  penyalahgunaan  amanat  untuk
kepentingan pribadi.
13
5. Suyatno,  mengatakan  korupsi  merupakan  tindakan  desosialisasi  yakni
suatu    tindakan  yang  tidak  memperdulikan  hubungan-hubungan  dalam sistem  sosial.
14
11
Andi Hamzah,
op.cit
., hlm. 5.
12
Chairudin  dkk
,  Strategi  Pencegahan  dan  Penegakan  Hukum  Tindak  Pidana  Korupsi,
Bandung: Refika Aditama, 2008, hlm. 8.
13
Ibid
., hlm. 9
14
Suyatno,
Korupsi Kolusi Nepotisme,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005, hlm. 16.
6. Rumusan  korupsi  dari  sisi  pandang  teori  pasar  Jacob  van  Klaveren
menyatakan  bahwa  seorang  pengabdi  negara  pegawai    negeri  yang berjiwa  korup  menganggap  kantor  administrasinya  sebagai    perusahaan
dagang, dimana pendapatannya akan diusahakan semaksimal  mungkin.
15
7. L.  Bayle, perkataan korupsi dikaitkan dengan perbuatan penyuapan  yang
berkaitan  dengan  penyalahgunaan  wewenang  atau  kekuasaan  sebagai akibat    adanya  pertimbangan  dari  mereka  yang  memegang  jabatan  bagi
keuntungan  pribadi.
16
8. M.Mc  Mullan  menyatakan  bahwa,  “
seorang  pejabat  pemerintahan
dikatakan  “korup”    apabila  ia  menerima  uang  sebagai  dorongan  untuk
melakukan sesuatu yang  ia bisa lakukan dalam tugas jabatannya padahal ia  selama  menjalankan    tugasnya  seharusnya    tidak  boleh  berbuat
demikian.  Atau  dapat  berarti    menjalankan  kebijaksanaannya  secara  sah untuk  alasan yang tidak  benar    dan  dapat  merugikan kepentingan  umum.
Yang menyalahgunakan  kewenangan dan kekuasaan
”.
17
9. J.S.  Nye  menyatakan  korupsi  sebagai  perilaku  yang  menyimpang  dari
kewajiban-kewajiban  normal  suatu  peran  instansi  pemerintah,  demi mengejar  status  dan  gengsi  atau  melanggar    peraturan  dengan  jalan
melakukan atau mencari pengaruh bagi kepentingan  pribadi.
18
10. Rumusan korupsi dengan menitikberatkan pada kepentingan umum Carl.
J.  Friedrich,  mengatakan  bahwa, “
pola  korupsi  dapat  dikatakan  ada
15
Martiman  Prodjohamidjojo,
Penerapan  Pembuktian  Terbalik  dalam  Delik  Korups
i, Bandung: Mandar Maju, 2001, hlm. 8.
16
Ibid
., hlm. 8.
17
Ibid
., hlm. 9.
18
Ibid
., hlm. 9.
apabila  seseorang  memegang  kekuasaan  yang  berwenang  untuk melakukan
hal-hal tertentu
seperti seorang
pejabat yang
bertanggungjawab melalui uang atau  semacam hadiah lainnya yang tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang, membujuk untuk mengambil langkah
yang  menolong  siapa  saja  yang    menyediakan  hadiah  dan  dengan demikian benar-benar membahayakan  kepentingan umum
”.
19
11. Rumusan  korupsi  di  bidang  politik  oleh  Theodore  M.  Smith,  dalam
tulisannya  “
Corruption  Tradition  and  Change
”  menyatakan,  “
secara keseluruhan  korupsi  di  Indonesia  muncul  lebih  sering  sebagai    masalah
politik  daripada  masalah  ekonomi.  Ia  menyentuh  keabsahan  legitimasi pemerintah di mata generasi muda, kaum  elite terdidik dan pega wai pada
umumnya. Korupsi mengurangi dukungan pada pemerintah dari kelompok elite ditingkat provinsi dan kabupaten
”.
20
12. Gunnar  Myrdal  menyatakan  bahwa  korupsi  merupakan  suatu  masalah
yang penting bagi pemerintah di Asia Selatan karena kebiasaan melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan untuk membongkar korupsi
dan  tindakan-tindakan  penghukuman  terhadap  pelanggar.  Pemberantasan korupsi biasanya dijadikan alasan pembenar utama terhadap kup militer.
21
13. Menurut  Clive  gray,  korupsi  adalah,  “
sogokan,  uang  siluman  atau pungutan liar lain, yang merupakan harga pasar yang harus dibayar oleh
konsumen yang ingin sekali membeli barang tertentu. Dan barang tertentu itu  berupa  keputusan,  izin,  atau  secara  lebih  tegas,  tanda  tangan.  Secara
19
Ibid.
, hlm. 9.
20
Ibid
., hlm. 10.
21
http:1lhamsentok.blogspot.com201209tugas-terstruktur-pendidikan.html
teoritis,  ha rga  pasar  tanda  tangan  akan  naik  turun  sesuai  dengan  naik turunnya  permintaan  dan  penawaran,  da n  setiap  kali  akan  terjadi  harga
keseimbangan.  Karena  dalam  model  ekonomi  pasar  juga  ada  pengertian harga  diskriminasi,  dalam  pasa ran  ta nda  tangan  pejabat  juga  a da
kemungkinan perbedaan harga bagi golongan ekonomi kuat dan golongan ekonomi lemah
.
22
Makna  tindak  pidana  korupsi  terus  berkembang  dari  waktu  ke  waktu sebagai    pencerminan  kehidupan  bermasyarakat  dari  sisi  negatif.  Rumusan-
rumusan pengertian korupsi pada dasarnya dapat  memberi warna terhadap tindak pidana korupsi dalam hukum positif, tergantung pada tekanan atau titik beratnya
yang  diambil  oleh  pembentuk  undang-undang.  Dari    rumusan  pengertian  tindak pidana  korupsi  tersebut  tercermin  bahwa tindak  pidana  korupsi  menyangkut  segi
moral,  sifat    dan  keadaan  yang  busuk  jabatan  dalam  instansi  atau  aparatur pemerintahan,  penyelewengan kekuasaan karena pemberian, faktor ekonomi dan
politik  serta    penempatan  keluarga  maupun  golongan  ke  dalam  dinas  di  bawah jabatannya.  Jadi  dapat  ditarik  suatu  kesimpulan    bahwa  sesungguhnya  istilah
korupsi memiliki arti yang sangat luas.
2. Pengertian Korporasi