Dengan melawan hukum. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

Desember 2008 yang telah dikuatkan dengan Putusan Pengadilan Tinggi No. 02Pid. Sus2009PT. Bjm tanggal 25 Februari 2009, dan kasasi terdakwa ditolak berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No. 936 KPid.Sus2009 tanggal 25 Mei 2009.

2. Dengan melawan hukum.

Secara melawan hukum adalah melawan hukum atau tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, atau telah melakukan perbuatan yang telah memenuhi semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana korupsi. Terpenuhinya unsur melawan hukum ini, adalah bahwa terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana telah melakukan perbuatan telah melakukan perbuatan sebagai berikut: a. Terdakwa telah melanggar isi perjanjian dengan tanpa izin membangun 6.045 unit bangunan, sedangkan di dalam perjanjian terdakwa hanya berkewajiban membangun 5. 145 unit bangunan. Sehingga terjadi penambahan 900 unit bangunan, yang dijual dengan harga Rp. 16. 691. 713. 166,00 enam belas milyar enam ratus sembilan puluh satu juta tujuh ratus tiga belas ribu seratus enam puluh enam rupiah, dan hasil penjualannya tidak disetorkan ke kas daerah Kota Banjarmasin. b. Tidak menyetorkan subsidi penggantian retribusi, kredit inpres, penggantian sewa selama 25 dua puluh lima tahun, dan hasil pengelolaan Pasar Sentra Antasari kepada Pemerintah daerah kota Banjarmasin. c. Terdakwa telah menggunakan kredit modal kerja untuk kepentingan lain selain kepentingan pembangunan Pasar. d. Terdakwa juga tidak melunasi kredit modal kerja kepada Bank Mandiri.

3. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

Perbuatan memperkaya diri dalam Pasal 2 ayat 1 undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Undang-undang No. 20 tahun 2001 mengandung tiga perbuatan, yakni memperkaya diri sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya suatu korporasi. Dalam posisi kasus di atas, bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan bertujuan untuk memperkaya suatu korporasi yakni PT. Giri Jaladhi Wana yang memperoleh atau menambah kekayaannya sendiri. Terdakwa melakukan kegiatan usahanya dengan melanggar isi perjanjian dan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan keuntungan yang dapat menambah kekayaannya.

4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

1 140 155

Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 82 117

Eksistensi Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Menurut Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Pemberantasan Korupsi (Studi Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Semarang Di Semarang)

0 34 179

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi (Studi Putusan MA No. 1384 K/PID/2005)

1 65 124

Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Tindak Pidana Korupsi

0 61 4

Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Pejabat Negara (Studi Putusan Nomor : 01/Pid.Sus.K/2011/PN.Mdn)

2 43 164

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pelaku Tindak Pidana Perusakan dan Pencemaran Lingkungan (Studi Putusan MA RI No. 755K/PID.SUS/2007)

1 50 100

Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

3 98 139

BAB II PENGATURAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK HUKUM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sejarah Korporasi Sebagai Subjek Hukum Pidana - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banj

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Korporasi (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Banjarmasin No. 04/Pid. Sus/2011/Pt. Bjm)

0 0 35