Latar Belakang Masalah KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam riset ACNielsen disebutkan bahwa sebanyak 85 persen konsumen berbelanja secara impulsif. Dalam artian, keinginan membeli timbul akibat rangsangan atau gerak hati yang muncul secara tiba-tiba setelah melihat barang yang dipamerkan tanpa pertimbangan masak. Perilaku berubah ketika situasi lingkungan berubah Engel dkk, 1994. Kadang perubahan ini tak menentu dan tak dapat diramalkan. Namun, pada kesempatan lain perubahan tersebut dapat diramalkan melalui penelitian dan dimanfaatkan dalam strategi pemasaran. Menurut Mehrabian-Russel 1974, semua keadaan emosional dapat diwakilkan oleh gabungan dari kesenangan pleasure, kegairahan arousal, dan dominasi dominance. Perubahan perilaku yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan ini menurut Mehrabian-Russel 1974 melibatkan kondisi emosional konsumen yang pada akhirnya menimbulkan perilaku mendekati atau menjauhi. Perilaku mendekati yaitu gerakan ke dalam toko, menghabiskan waktu dan uang di toko tersebut, sedangkan perilaku menjauhi adalah gerakan menjauh dari berbagai macam lingkungan dan rangsangan yang diberikan. Gambar 1.1 Model dari dampak suasana toko: Stimulus lingkungan Status emosi : - senang - bergairah - men Respon : Mendekati atau menjauhi guasai Diadopsi oleh Mehrabian dan Russel Barang dagangan, layanan yang diberikan, warna, fasilitas fisik, promosi dan kenyamanan juga suasana toko adalah bentu-bentuk dari stimuli lingkungan yang dapat dimodifikasi untuk mempengaruhi perilaku konsumen. Ketika menentukan untuk membeli sesuatu maka konsumen harus membuat keputusan membeli dan konsumen akan menunjukkan bagaimana perilaku membeli mereka. Konsumen membuat keputusan mengenai di toko mana ia akan belanja untuk memenuhi apa yang diinginkan. Memilih toko atau membeli sesuatu adalah langkah awal bagi konsumen dalam berhubungan dengan lingkungan belanja shopping environment Danes J. Negara, 2003. Pengukuran suasana lingkungan toko, biasanya terjadi setelah melakukan kunjungan ke toko tersebut dan dalam latar yang bersifat eksternal terhadap toko tersebut. Donovan dan Rossiter 1982 berpendapat bahwa, respons emosional terhadap suasana di dalam toko tentunya memiliki pengaruh terhadap keputusan untuk berlangganan pada toko tersebut, walaupun tidak selalu pada tingkatan yang pasti, efek lingkungan jauh lebih berpengaruh terhadap perilaku di dalam toko tersebut. Beberapa penulis lainnya Tauber 1972; Markins, Illis dan Narayana 1976 nampaknya setuju dengan pengertian suasana toko yang lebih bersifat emosional dan halus ini. Sebagian besar pedagang berusaha memperhatikan bagaimana respon konsumen terhadap toko yang mereka kelola, apakah bisa memperoleh respon konsumen yang baik atau apakah yang harus dilakukan apabila respon konsumen kurang baik Danes J. Negara, 2003. Dulu konsumen hanya mengejar harga murah, sekarang tidak hanya itu saja tetapi kenyamanan berbelanja pun menjadi daya tarik tersendiri. Dalam rangka menarik pelanggan dan memberikan kepuasan kepada konsumen maka banyak berdiri toko-toko yang berbentuk minimarket. Bisnis mini market melalui jejaring waralaba berkembangbiak sampai pelosok kota kecamatan kecil. Tumbuh subur bak jamur di musim hujan. http:www.mail- archive.comurangawakyahoogroups.commsg01534.html. Di Jakarta sendiri keadaan ini bisa terlihat pada diagram berikut ini Gambar 1.2 Persentase Sebaran Unit Pasar Dalam Negeri PDN Di Jakarta http:disperindag.jakarta.go.idindex.php?action=layanan.listSIUPKD_JNS_SYARAT=MODE=KD_JNS_SYARAT Dalam diagram ini terlihat sebaran unit PDN cukup merata di Jakarta Minimarket, supermarket, dan hipermarket termasuk dalam kategori pasar modern. Pengertian pasar modern di sini adalah swalayan di mana pelayanan dilakukan sendiri oleh konsumen karena toko tidak menyediakan pramuniaga. Di pasar tradisional, konsumen masih dilayani oleh pemilik. Pengertian minimarket adalah toko syawalan yang hanya memiliki satu atau dua mesin register sementara supermarket adalah swalayan besar yang juga menjual barang-barang segar seperti sayur dan daging dengan jumlah mesin registernya mencapai tiga ke atas http:www.sinar-harapan. Menurut Yongky Suryo keberadaan pasar tradisional dan toko kelontong saat ini belum terancam eksistensinya. Namun, suatu saat arahnya tetap mengarah ke pasar modern dimana kaum urban lebih memprioritaskan aspek higienis, kenyamanan dan harga yang tetap fixed price. Berbeda dengan pasar tradisional yang memungkinkan tawar-menawar dan berdesak- desakan Sinar Harapan, 22062003. Di dalam Perpres yang bernomor 1122007, pemerintah mengatur pelaksanaan pengaturan pasar. Inti dari pengaturan terdapat lima substansi yang terdiri atas lokasi zonasi, kemitraan antara toko modern dengan usaha kecil, pemberdayaan usaha kecil, pemberdayaan pasar tradisional, dan masalah perizinan. Perizinan untuk pasar hanya dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Pemerintah daerah harus memiliki rencana tata ruang wilayah RTRW yang mengacu pada Perpres Perpasaran itu. Sehingga, ketika mengeluarkan perizinan tersebut, pemda harus menyesuaikan dengan RTRW yang mengacu pada Undang Undang tata ruang dan wilayah. Sedangkan revisi perpres tentang DNI mengenai daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan syarat ditetapkan klasifikasi usaha yang ditutup dari investasi asing. Penutupan terhadap investasi asing dilakukan pada supermarket ukuran kurang dari 1.200 meter persegi, Departemen Store ukuran kurang dari 2.000 meter persegi dan minimarket kurang dari 400 meter persegi. Di jenis ritel ini kepemilikan modal sepenuhnya harus dikuasai pelaku lokal http:www.mediaindonesia.com. Tentu saja maraknya perkembangan pasar modern ini membawa dampak persaingan antar pengusaha di bidang ini, termasuk juga persaingan dengan para pedagang di pasar tradisional. Persaingan ini mengharuskan para pegusaha bidang ini untuk menguasai strategi pemasaran, salah satunya adalah modifikasi lingkungan belanja untuk mempengaruhi perilaku konsumen agar pelanggan merasa nyaman dan kembali berbelanja di tempat mereka. UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta yang akan dijadikan lokasi penelitian oleh penulis berada di wilayah Ciputat yang terletak di bagian timur berbatasan dengan Jakarta Tangerang. Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga terletak dalam lokasi strategis yang berada di antara dua lokasi pasar besar. Pasar modern yang terletak di sebelah utara dan pasar tradisional di sebelah selatan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan Ciputat merupakan wilayah yang difokuskan sebagai wilayah permukiman dan komersial, yang memungkinkan Ciputat menjadi wilayah yang strategis dalam mengembangkan usaha ritel baik yang berbentuk minimarket, supermarket, dan ataupun hipermarket. Adapun minimarket yang menjadi lokasi penelitian ini, penulis hanya mengambil minimarket yang terletak di Jalan Kertamukti, Ciputat Tangerang Selatan karena berdekatan dengan kampus II UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan minimarket yang terletak di Jalan Legoso, Ciputat Tangerang Selatan karena berdekatan dengan kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari paparan di atas dan berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis menganggap perlu mengetahui lebih dalam tentang ada tidaknya hubungan persepsi tentang lingkungan belanja dengan kecenderungan perilaku belanja konsumen minimarket. Maka itu, skripsi ini diberi judul Hubungan Persepsi Tentang Lingkungan Belanja dengan Kecenderungan Perilaku Belanja Konsumen Minimarket Sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

I.2. Identifikasi Masalah