Aspek yang Menyatakan bahwa Suatu Tindakan Belum Berlaku Aspek yang Menyatakan bahwa Suatu Tindakan akan Berlaku

17 Sori nunga tu onan, alai sonari di jabu. ‘Sori sudah ke pasar, tetapi sekarang di rumah.’ 18 Sori nantoari tu onan, alai sonari di jabu. ‘Sori semalam ke pasar, tetapi sekarang di rumah.’ Ketidakgramatikalan 17 menunjukkan bahwa kata tambah nunga ‘sudah’ bukan lawan dari kata sonari ‘sekarang’, tetapi nantoari ‘semalam’ lawan dari sonari ‘sekarang’. Dengan demikian, nunga ‘sudah’ tidak sama dengan nantoari ‘semalam’ sehingga nunga ‘sudah’ tidak tergolong keterangan waktu, tetapi tergolong aspek. Aspek frasa verbal dalam bahasa Batak Toba dapat diperinci menjadi empat golongan, yakni aspek yang menyatakan tindakan yang belum berlaku, yang menyatakan tindakan yang akan belaku, yang menyatakan tindakan sedang berlaku, dan yang menyatakan tindakan yang telah berlaku.

a. Aspek yang Menyatakan bahwa Suatu Tindakan Belum Berlaku

Dalam bahasa Batak Toba ada kata tambah yang tergolong aspek yang menyatakan suatu tindakan yang belum berlaku, yakni ndang dope ‘belum’. Hal ini terlihat dalam kalimat berikut ini. 19 Pantun ndang dope manggantihon hundulan ni amongna. ‘Pantun belum menggantikan kedudukannya ayahnya’ Pantun belum menggantikan kedudukan ayahnya. Universitas Sumatera Utara Makna ‘belum berlaku’ pada kata ndang dope ‘belum’ dapat dijelaskan melalui perluasan kalimat 19 dengan suatu bentuk yang memakai kata andorang ‘masih, atau dope ‘lagi’. Misalnya, perluasan kalimat 19 itu sebagai berikut. 20 Pantun andorang gabe anak ni raja, Pantun ndang dope manggantihon hundulan ni amongna. ‘Pantun masih menjadi putranya raja, Pantun belum menggantikan kedudukannya ayahnya’ Pantun masih menjadi putra raja, Pantun belum menggantikan kedudukan ayahnya. Kalimat lain: 21 Boa-boa on ndang dope sidung. ‘Laporan ini belum selesai.’ 22 Parkarona ndang dope dipabotohon. ‘Perkaranya belum diberitahukan.’ Kalimat lain 19, 21, dan 22 menunjukkan bahwa ndang dope ‘belum’ dapat terletak di depan verba, baik verba aktif 19 maupun pasif 22 ; baik transitif 19 maupun intransitif pada contoh 21 dan 22. Akan tetapi, tidak dapat terletak di depan verba tarbuat ‘terambil’, tarsurat ‘tertulis’, seperti ndang dope tarbuat ‘belum terambil’, ndang dope tarsurat ‘belum tertulis’. Ketidakgramatikalan kedua klausa itu rupanya karena antara ndang dope ‘belum’ dengan kedua verba itu secara Universitas Sumatera Utara semantis maknanya kontradiktif ; ndang dope ‘belum’ menyatakan tindakan yang belum berlaku, sedangkan dalam verba tarbuat ‘terambil’ terkandung pengertian bahwa tindakan itu secara ‘tidak sengaja sudah berlaku’ dan oleh verba tarsurat ‘tertulis’ serta awalan tar- jelas menunjukkan bahwa tindakan itu sudah selesai dilakukan.

b. Aspek yang Menyatakan bahwa Suatu Tindakan akan Berlaku

Kata-kata tambah yang tergolong aspek yang menyatakan bahwa suatu tindakan akan berlaku, ialah naeng ‘akan’, aning ‘bakal’, aningan ‘hampir’, dan aninganing ‘hampir’. Makna ‘akan berlaku’ berarti pada waktu lampau dan kini belum berlaku. Oleh karena itu, makna ‘akan barlaku’ naeng ‘akan’ dalam kalimat 23 dapat diperjelas dengan memperluas kalimat itu menjadi kalimat 24 di bawah ini. 23 Ibana naeng borhat sogot. ‘Dia akan berangkat besok.’ 24 Nangkin ibana ndang dope borhat, sonari ndang dope muse borhat, alana ibana naeng borhat sogot. ‘Tadi dia belum berangkat, sekarang juga belum berangkat, karena dia akan berangkat besok.’ Kalimat lain: 25 SMA Nageri I Silaen aning nampunasa sopo godang. ‘SMA Negeri I Silaen bakal mempunyai gedung aula.’ Universitas Sumatera Utara 26 Bangkena aningan dipaborhat. ‘Jenazahnya hampir diberangkatkan.’ 27 Oroanna aninganing ro. ‘Pangantinnya hampir datang.’ Makna ‘akan berlaku’ pada aspek naeng ‘akan’ dibandingkan dengan aning‘bakal’, aningan ‘hampir’, dan aninganing ‘hampir’, sebenarnya mengandung ‘akan berlaku’ yang netral. Berbeda dengan pada aning ‘bakal’, dalam kata aning di samping terkandung pengertian dengan saat berlakunya tindakan itu lama; atau paling tidak lebih lama daripada naeng ‘akan’. Oleh karena itu, kalimat yang frasa verbalnya memiliki kata aning ‘bakal’ keterangan waktunya cenderung yang mengandung makna ‘akan berlaku nanti pada waktu relatif lama’. Misalnya, kalimat 28 ditambahi keterangan waktu sataon nae ‘setahun lagi’ menjadi kalimat berikut. 28 Sataon nae SMA Nageri I Silaen aning nampunasa sopo godang. ‘Setahun lagi SMA Negeri I Silaen bakal mempunyai gedung aula.’ Kalimat 28 menunjukkan banwa aning ‘bakal’ menyatakan aspek ‘akan berlaku’, tetapi masih dalam jangka waktu yang relatif lama. Sebaliknya, aningan ‘hampir’ dan aninganing ‘hampir’ meskipun juga menyatakan ‘akan berlaku’, tetapi akan berlaku atau dilakukan dalam waktu yang tidak begitu lama lagi. Sebagai bukti aningan ‘hampir’ 26 dan aninganing ‘hampir’ 27 di atas dapat diperluas dengan oleh kata ndang sadia leleng nai ‘tidak berapa lama lagi’ menjadi: Universitas Sumatera Utara 29 Bangkena ndang sadia leleng nai dipaborhat. ‘jenazahnya tidak berapa lama lagi diberangkat’ Jenazahnya tidak berapa lama lagi diberangkatkan. 30 Oroanna ndang sadia leleng nai ro. ‘Pengantinnya tidak berapa lama lagi datang.’ Perbedaan antara aningan ‘hampir’ dengan aninganing ‘hampir’, yaitu aninganing ‘hampir’ lazimnya dipakai dalam ragam pustaka, sedangkan aningan ‘hampir’ dipakai dalam ragam umum. Daya gabungnya dengan verba dapat dicatat bahwa naeng ‘akan’ dapat bergabung dengan verba yang mengandung makna ‘tidak sengaja’, tetapi maknanya berubah menjadi sama dengan aninganing ‘hampir’. Misalnya, dalam kalimat berikut ini. 31 Ibana naeng tartampar motor. ‘Dia akan tertabrak mobil.’ Naeng tartampar ‘akan tertabrak’ maknanya sama dengan aninganing tartampar ‘hampir tertabrak’. Hal ini membuktikan bahwa naeng ‘akan’ dengan makna ‘akan berlaku’ saja cenderung tidak bergabung dengan verba yang menunjukkan kualitas tindakan ‘tidak sengaja’. Demikian juga aspek aningan ‘hampir’, tetapi aninganing ‘hampir’ dapat bergabung dengan verba itu. Persamaan ketiga aspek itu ialah tidak mungkinnya bergabung dengan verba yang menunjukkan Universitas Sumatera Utara kualitas ‘tindakan statif’. Misalnya, kata verba targantung ‘tergantung’ sehingga bentuk naeng targantung ’akan tergantung’, aning targantung ‘bakal tergantung’, aningan targantung ‘hampir tergantung’, dan aninganing targantung ‘hampir tergantung’ tidak gramatikal.

c. Aspek yang Menyatakan bahwa Suatu Tindakan sedang Berlaku