berikut. Kata tongon ‘pasti’ dalam tongon dihurung ‘pasti dipenjara’ 48, dan tontu ‘tentu’ dalam tontu ro ‘tentu datang’ 49 kecuali menyatakan ragam kepastian tidak
terkandung makna lain, sedangkan kata torang ‘jelas’ dalam torang lao ‘jelas pergi’ 50 selain menyatakan ragam kepastian juga memiliki makna terang, nyata, dan
jelas, sehubungan dengan peristiwa atau tindakan yang tersebut pada verbanya. Kata totop ‘tetap’ dalam totop mamberniti ‘tetap melukai’ 51 selain menyatakan ragam
kepastian juga memiliki makna ‘tetap tidak berubah’ sehubungan dengan peristiwa atau tindakan yang tersebut pada kata verbanya. Kata antong ‘memang’ dalam antong
diparsinta ‘memang digemari’ 52 di samping menyatakan ragam kepastian juga memiliki makna ‘memang, ya begitulah’. Di samping kata-kata tambah di atas, kata
saut ‘jadi’ dan maringkon ‘terpaksa’ juga tergolong kata tambah jenis ragam kepastian.
b. Ragam Kesangsian
Dalam bahasa Batak Toba hanya dua kata tambah yang tergolong ragam kesangsian, ialah kata songon ‘seperti’ dan tarsongon ‘seperti’. Disebut ragam
kesangsian karena kata itu menyatakan ketidakpastian atau antara ya dan tidak terhadap peristiwa atau tindakan yang tersebut pada verba sebagai unsur intinya. Hal
ini dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.
54 Sangkul i songon dibuat na nampunasa. ‘Cangkul itu seperti diambil yang punya.’
Universitas Sumatera Utara
55 Ibana tarsongon na ro nantoari. ‘Dia seperti yang datang kemarin.’
Meskipun songon haroa ‘seperti’ pada kalimat 54 dan 55 secara semantis sama, tetapi secara susunan agak berbeda. Songon pada kalimat 54 dapat
dipermutasikan ke sebelah kiri sangkul i ‘cangkul itu’, dan ke sebelah kanan na nampunasa ‘yang punya’ sehingga kalimat itu menjadi sebagai berikut.
56 Huroa sangkul i dibuat na nampunasa. ‘Rupanya cangkul itu diambil yang punya.’
57 Sangkul i dibuat na nampunasa haroa. ‘Cangkul itu diambil yang punya rupanya.’
Apabila kata haroa ‘rupanya’ dipindahkan ke sebelah kanan na nampunasa ‘yang punya’ seperti pada kalimat 56 maka diperlukan adanya jeda di sebelah
kiri huroa ‘rupanya’, sedangkan kata tarsongon ‘seperti’54 hanya dipindahkan ke sebelah kiri ibana ‘dia’ dan ke sebelah kanan nantoari ‘kemarin’ maknanya sama
dengan dalam kalimat 54, tetapi terjadi perubahan struktur. Hal ini seperti pada kalimat di bawah ini.
58 Ibana ro tarsongon nantoari. ‘Dia datang seperti kemarin.’
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena dalam kalimat 58 tarsongon ‘seperti’ menjadi satu unsur tambahan nantoari ‘kemarin’ sehingga menjadi satu kesatuan frasa keterangan tarsongon
nantoari ‘seperti kemarin’. Perbedaan perpindahan di atas menunjukkan bahwa songon haroa dan
tarsongon dapat dipindahkan ke sebelah kanan verba sebagai unsur intinya apabila di sebelah kanannya lagi tidak ada konstituen lain.
Hal yang perlu diketahui ialah bahwa perbedaan letak songon haroa dan tarsongon membedakan statusnya. Apabila terletak di awal atau di akhir kalimat, kata
songon semakna dengan haroa ‘rupanya’. Jadi, kata songon haroa mengisi fungsi keterangan, sedangkan apabila terletak di sebelah kiri verba seperti pada 54 dan 55
sebagai unsur tambahan dalam frasa verbal. Dengan demikian, yang tergolong kata tambah hanya songon dan tarsongon seperti pada 54 dan 55 dengan makna
kesangsian ‘seperti’.
c. Ragam Keizinan