Frasa Verbal sebagai Objek Frasa Verbal sebagai Pelengkap Frasa Verbal sebagai Keterangan

Frasa verbal marungut-ungut ganup manogot ‘menggerutu tiap pagi’ 159 dan mangan ganup ari ‘makan tiap hari’ 160 dengan perluasan keterangan waktu ganup manogot ‘tiap pagi’ 159 dan ganup ari ‘tiap hari’ 160 berkedudukan sebagai subjek.

2.2.3 Frasa Verbal sebagai Objek

Dalam kalimat berikut frasa verbal dengan perluasannya berfungsi sebagai objek. 161 Ibana martahi modom muse so pola martapian. ‘Dia berencana tidur lagi tanpa terlebih dahulu mandi.’ 162 Halaki torus manganunuti manduhuti haumana ganup ari. ‘Mereka terus menekuni merumputi sawahnya tiap hari.’ Dalam kalimat 161 frasa verbal modom muse ‘tidur lagi’ dan manduhuti haumana ‘merumputi sawahnya’ 162 berfungsi sebagai objek. Frasa verbal modom muse ‘tidur lagi’ 161 diikuti oleh perluasan keterangan keadaan so pola jolo martapian ‘tanpa terlebih dahulu mandi’ sedangkan manduhuti haumana ‘merumputi sawahnya’ 162 diikuti oleh perluasan keterangan waktu ganup ari ‘setiap hari’ pada manduhuti haumana ganup ari ‘merumputi sawahnya setiap hari’. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Frasa Verbal sebagai Pelengkap

Kalimat frasa verbal beserta perluasannya dalam bahasa Batak Toba dapat berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat di bawah ini. 163 Dakdanak i tongkinon dope mangantusi persoalan i. ‘Anak-anak itu baru mulai mengerti masalah itu.’ 164 Simatuana i manghilala ndang marsala. ‘Mertuanya itu merasa tidak bersalah.’ Frasa verbal mangantusi parsoalan i ‘mengerti persoalan itu’ 162 dan ndang marsala ‘tidak bersalah’ 164 berfungsi sebagai pelengkap dari predikat tongkinon dope ‘baru mulai’ 163 dan manghilala ‘merasa’ 164. Masing-masing predikat itu tidak lengkap, dan dengan demikian predikat yang bersangkutan tidak berterima jika tidak diikuti oleh pelengkap. Hal ini dapat dibuktikan pada kalimat di bawah ini. 165 dakdanak i tongkinon dope. ‘Anak-anak itu baru mulai.’ 166 si matuana i manghilala. ‘mertuanya itu merasa’ Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Frasa Verbal sebagai Keterangan

Sama seperti fungsi lain, frasa verbal dalam bahasa Batak Toba dapat juga berkedudukan sebagai keterangan. Hal ini dapat dibuktikan pada kalimat di bawah ini. 167 Ibana ro martandang minggu na salpu. ‘Dia datang bertamu minggu yang lalu.’ 168 Ahu olo do mangurupi ibana. ‘Aku bersedia membantu dia.’ 170 Halaki tongkinon dope mulak manuhor lompan. ‘Mereka baru saja pulang belanja ikan.’ Frasa verbal martandang na minggu na salpu ‘bertamu minggu yang lalu’ 167, mangurupi ibana ‘membantu dia’ 168 dan manuhor lompan ‘belanja ikan’ 169 berfungsi sebagai pelengkap dari predikat martandang ‘bertamu’, olo ‘bersedia’, dan lao ‘pergi’. Dari kalimat di atas tampak bahwa ada dua verba yang letaknya berurutan; pertama merupakan predikat dan yang kedua bertindak sebagai keterangan. Pada kalimat 167 dan 168 terkandung pengertian ‘maksud’ atau ‘tujuan’ dari perbuatan yang dinyatakan predikat. Karena itu, perkataan naeng ‘untuk’ dapat disisipkan ro naeng martandang ‘datang untuk berkunjung’ 167 dan olo naeng mangurupi ‘bersedia untuk membantu’ 168. Pada kalimat 169 terkandung pengertian ‘asal’ dan oleh sebab itu dapat disisipkan kata sian ‘dari’: mulak sian maronan ‘pulang dari Universitas Sumatera Utara belanja’ ; dalam hal ini verba dengan perluasannya menjadi bagian dari frasa preposisional, seperti juga dalam kalimat berikut. 171 Ibana mangoli boru ni halak Jerman i naeng mandapot arta dohot hasangapon. ‘Dia mengawini gadis Jerman itu untuk mendapat harta dan kehormatan.’ Dalam kalimat 172 dan 173 di bawah ini frasa verbal pada awal kalimat mengungkapkan keadaan subjek poso-poso i ‘bayi itu’ dan ibana ‘dia pada waktu terjadinya peristiwa yang dinyatakan oleh predikat. 172 Tongkinon dope manusu, poso-poso i nunga mangangguki muse. ‘Baru menyusu, bayi itu sudah menangis lagi.’ 173 Disi dungo, ibana nunga mangido kopi. ‘Bangun-bangun, dia sudah meminta kopi.’ Universitas Sumatera Utara

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan beberapa pokok sebagai berikut. 1. Frasa verbal dapat dirumuskan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang bersifat endosentrik atributif atau endosentrik koordinatif dengan verba sebagai unsurnya. 2. Frasa verbal endosentrik atributif terdiri atas unsur inti dan unsur tambahan. Unsur inti diisi oleh verba sedangkan unsur tambahan diisi oleh kata tambah. Unsur inti bersifat wajib, sedangkan unsur tambahan bersifat opsional. Kata tambah pengisi unsur tambahan frasa verbal dapat digolongkan secara semantis menjadi lima belas golongan. Kelima belas golongan itu sebagai berikut. 1 Aspek a Aspek belum berlaku b Aspek akan berlaku c Aspek sedang berlaku d Aspek baru berlaku e Aspek telah berlaku 2 Ragam a Ragam kepastian b Ragam kesangsian Universitas Sumatera Utara