BAB II KEPEMILIKAN DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN NEGARA
A. Pengantar
Hukum ekonomi Indonesia masih membutuhkan peraturan perundang- undangan dan upaya harmonisasi hukum nasional dengan hukum internasional juga
sangat diperlukan agar bisa mengakomodir berbagai macam kebutuhan dalam pengelolaan ekonomi nasional yang sekarang ini telah berubah sebagai akibat dari
fenomena baru dalam dunia bisnis, baik pada skala nasional, regional, maupun internasional.
Pembenahan mendesak di bidang ekonomi adalah landasan yuridis sistem ekonomi nasional sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.
Agar perekonomian nasional dapat dikelola dengan baik maka diperlukan suatu pedoman jelas, misalnya dalam suatu peraturan perundang-undangan yang
berlandaskan konstitusi. Sebab hingga saat ini masih ditemukan multi penafsiran atas Pasal 33 UUD 1945 tersebut. Sebagai contoh Badan Usaha Milik Negara BUMN
sebagai salah satu pelaku usaha yang didirikan oleh negara berdasarkan Pasal 33 UUD 1945
64
memiliki fungsi dan peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional karena BUMN telah memasuki hampir ke semua sektor ekonomi yang ada.
64
Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut “hajat hidup orang banyak” harus dikuasai oleh negara, dan implementasi penguasaannya antara lain
ditafsirkan dilakukan oleh pelaku ekonomi, yaitu BUMN. Pandji Anoraga, BUMN Swasta dan Koperasi, Tiga Pelaku Ekonomi, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 1995, hal. 90.
p d f Machine
I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
Sampai pada 31 Desember 1997 saja BUMN mengelola aset sekitar Rp 461,6 trilyun dan beberapa diantaranya bahkan menguasai industri hulu yang sangat vital dan
strategis.
65
Sebenarnya Pasal 33 UUD 1945 adalah suatu amanat dari Proklamasi dan UUD 1945 mengenai perekonomian nasional Pancasila. Yang dimaksudkan dengan
ini adalah suatu susunan perekonomian Indonesia, yang pusatnya adalah kemakmuran rakyat. Yang dimaksud dengan ini adalah mendahulukan tercapainya kemakmuran
rakyat, dan di atas itu dibangun secara berencana hal-hal dan bidang-bidang lain dari kehidupan rakyat.
66
Sejak operasionalisasi BUMN menghadapi banyak persoalan dan tantangan besar, misalnya sebagian besar BUMN menderita kerugian yang cukup signifikan
karena dikelola secara tidak efisien dan produktivitas yang rendah sehingga aneka
65
Harian Kompas, 27 April 1998, hal. 9.
66
Sumantoro, Hukum Ekonomi, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 259. Lihat juga Bacelius Ruru yang mengemukakan bahwa latar belakang filosofi dari UU BUMN adalah pada legimitasi keberadaan
BUMN yang berada pada Pasal 33 UUD 1945. Sedangkan latar belakang sosiologis adalah bahwa pelaksanaan peran BUMN dalam perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
belum optimal; peraturan perundang-undangan yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia usaha; dan tuntutan liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi. Sementara latar belakang
yuridis adalah TAP MPR No. IVMPR1999 tentang GBHN 1999-2004, yang perlu menata BUMN secara efisien, transparan, dan profesional; dan keberadaan dan pengelolaan BUMN ditetapkan dengan
Undang-undang. Fondasi yuridis kedua adalah Rencana Pembangunan Tahunan Repeta 2002, yang mengamanatkan perlunya mempersiapkan penyusunan RUU BUMN hingga menjadi Undang-undang
BUMN. Fondasi yuridis ketiga adalah peraturan perundang-undangan pra UU BUMN masih belum mampu memberikan landasan hukum yang kuat; belum dapat memberikan kejelasan hukum terhadap
arah pengembangan BUMN; tersebar dalam berbagai peraturan, baik dalam yang berbentuk UU maupun PP; dan peraturan-peraturan tentang BUMN yang ada masih belum terunifikasi dalam suatu
UU. Peraturan-peraturan BUMN yang sebelumnya ada yaitu: UU No. 19 Prp Tahun 1960 tentang Penyeragaman Bentuk Hukum BUMN menjadi PN; UU No. 9 Tahun 1969 tentang Penyederhanaan
Bentuk BUMN menjadi tiga bentuk; PP No. 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Persero, Perum, dan Perjan; PP No. 12 Tahun 1998 tentang Persero; PP No. 13 Tahun
1998 tentang Perum; dan PP No. 6 Tahun 2000 tentang Perjan. Bacelius Ruru, 1 “Pondasi Revitalisasi: Memahami UU BUMN” dalam Riant Nugroho D. Ricky Siahaan ed, BUMN
INDONESIA: Isu, Kebijakan, dan Strategi, Jakarta: Gramedia, 2006, hal. 129-143.
p d f Machine
I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
bentuk perusahaan negara ini tidak memiliki kemampuan untuk berkompetisi dalam persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun internasional. Beberapa faktor yang
menyebabkan pengelolaan sebagian besar BUMN tidak efisien sehingga mengalami kerugian dan menjadi beban keuangan negara antara lain: i kaburnya status hukum
dan struktur organisasi BUMN, tidak jelas apakah BUMN merupakan suatu pelaku ekonomi yang memiliki otonomi penuh ataukah hanya sebagai pelaksana atau bagian
dari struktur organisasi suatu departemen; ii mayoritas BUMN tidak memiliki budaya perusahaan corporate culture, visi dan misi perusahaan; iii kurangnya jiwa
entrepreneur dan profesionalisme SDM yang mengelola BUMN, sehingga kinerja dan produktivitas sangat rendah: dan iv BUMN tidak dikelola dengan prinsip-prinsip
manajemen bisnis yang baik good corporate governance sebagai akibat dari campur tangan pemerintah yang terlalu besar atau dominan dalam operasional perusahaan.
67
Dalam pembahasan RUU Keterbukaan Informasi Publik KIP, pemerintah meletakkan posisi BUMN bukan sebagai badan atau lembaga publik, melainkan
sebagai badan usaha atau lembaga privat. “Meski keseluruhan atau sebagian besar modalnya dimiliki pemerintah, BUMN adalah badan usaha dan bukan instansi
pemerintah. Kekayaan BUMN bukanlah kekayaan negara. Sesuai Pasal 4 UU
67
Marwah M. Diah, Restrukturisasi BUMN di Indonesia, Jakarta: Literata Lintas Media, 2003, hal. 11. Bandingkan. Ibrahim R mengatakan bahwa buruknya kinerja BUMN disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain; 1 tidak sinkronisasinya berbagai peraturan, seperti UU BUMN, Perseroan Terbatas, Koperasi, Penanaman Modal, Pasar Modal, Anti Monopoli; 2 terlalu banyak berlindung
di balik misi politik; 3 panjangnya rantai birokrasi pengelolaan; 4 manajemen yang kurang terkontrol; 5 tidak memiliki perencanaan strategis; 6 standar penilaian kinerja kurang tepat;
7 kekuasaan departemen teknis sebagai kuasa pemegang saham terlalu besar dan mutlak bisa memberhentikan direksi tanpa melalui rapat umum pemegang saham; dan 8 jika Menteri berganti
maka kebijakan pasti berubah dengan berbagai alasan. Lihat Ibrahim R, “Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN; Suatu Tinjauan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 26-No. 1-Tahun 2007.
p d f Machine
I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
BUMN, modal BUMN berasal dari ‘kekayaan negara yang dipisahkan’. Status aset dan kekayaan yang ada di BUMN hasil pengelolaan modal merupakan aset dan
kekayaan BUMN itu sendiri karena keuangan dan kekayaan negara yang ada di BUMN hanyalah sebatas modal atau saham.
68
Sebenarnya fenomena BUMN berlaku dalam sistem ekonomi manapun, termasuk kapitalis liberal. Dalam mengawasi dan mengontrol adalah terjaminnya
mekanisme kontrol sosial yang efektif untuk menindak manajemen bila terbukti tidak mampu menyediakan pelayanan barang dan jasa secara baik, benar, wajar, dan adil.
Persoalannya adalah menyangkut social accountability yang bersifat politik, sebab manajemen BUMN biasanya ditunjang berdasarkan kriteria politik. Keterkaitannya
yang begitu erat dengan politik menjadikan BUMN sebagai bagian dari birokrasi yang absurditas, yang sering berakibat kepada kepentingan status quo kekuasaan
politik, celakanya seperti Indonesia masih bermental “monarki absolut kapiten”, yang kebal dari segala kritik, membuat BUMN maju-mundur dan tak mampu bersaing.
Kendala yang dihadapi adalah tidak memiliki grand unified design pengelolaan ekonomi Indonesia berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, yang diperankan oleh BUMN
bersama-sama dengan Badan Usaha Milik Swasta BUMS, dan Koperasi untuk mengimplementasikan hak konstitusional publik.
69
68
RUU KIP: “BUMN Ingin Tetap Sopan”, Majalah BUMN TRACK, Desember 2007, hal. 10.
69
Lihat Ibrahim R, “Landasan Filosofis dan Yuridis Keberadaan BUMN; Suatu Tinjauan”, Op.Cit. Dalam hubungan ini, Menteri Negara BUMN Sofyan A Djalil mengatakan, bahwa pengelolaan
BUMN melalui prinsip-prinsip korporasi dinilainya lebih efektif dibandingkan dengan pengelolaan BUMN dengan menggunakan sistem birokrasi yang dilakukan oleh kementrian BUMN. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk menjadikan perusahaan BUMN yang sehat, berdaya saing tinggi dan memiliki nilai tambah bagi negara, khususnya bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
p d f Machine
I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se
Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.
Get yours now
Universitas Sumatera Utara
B. Pendirian Perusahaan Negara BUMN di Indonesia