Namun demikian, semua aset yang terdapat di PT. Arun NGL adalah milik Petamina.
PT. Arun merupakan perusahaan nirlaba, artinya suatu bentuk perusahaan yang tidak mencari keuntungan. Dalam menjalankan operasinya, PT. Arun NGL
mendapatkan biaya operasi dari ketiga pemegang saham tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
2. 3. Perkembangan Kilang LNG Arun
LNG adalah singkatan dari Liquefied Natural Gas atau gas alam yang dicairkan. Prinsip pencairan ini adalah menurunkan suhu gas dari temperatur 127
C menjadi -160 C dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi pengangkutan dan
penyimpanan, karena volume gas sebelum dan sesudah dicairkan berbanding 600: 1. Gas cair tersebut disimpan dalam tangki-tangki khusus berpenyekat dingin.
Tangki-tangki penyimpanan tersebut dinding dalamnya terbuat dari baja nikel 9 agar tahan terhadap suhu rendah dan dinding luarnya terbuat dari besi karbon.
Kilang LNG Arun memiliki 5 tangki penyimpanan yang masing-masing berkapasitas 127.200 m
3
Pelabuhan Blang Lancang berkedalaman 14 meter dan dirancang untuk dapat disandari kapal-kapal berbobot mati 80.000 ton. Pelabuhan ini memiliki dua
buah dermaga untuk melayani kapal-kapal tanker LNG. kapal yang dirancang khusus untuk LNG ini dapat memuat sekitar 125.000 m
. Gas alam cair LNG dimuat dalam kapal-kapal khusus melalui sistem pemuatan yang membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam.
3
LNG. Kilang LNG juga memiliki 4 tangki penyimpanan kondesat dengan atap terapung, masing-masing
berkapasitas 530.000 barrel. Kondesat dimuat ke kapal dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
sarana pemuat tambatan ganda untuk kapal-kapal berbobot mati antara 30.000- 100.000 ton dan sarana tambatan tunggal untuk kapal dengan bobot mati hingga
280.000 ton.
Gambar 2. Kilang Arun LNG
Lapangan gas alam Arun juga menghasilkan sejenis minyak ringan yang disebut kondensat. Kondesat ini setelah diolah akan menjadi bahan baku untuk
plastik, bensin, petrokimia, dan lain-lain. Pembangunan sarana kilang LNG untuk pencairan gas alam train di PT.
Arun NGL dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Arun Project I train 1, 2, dan 3
Dibangun awal tahun 1974 dan selesai pada tahun 1978. Proyek Arun Project I ini diresmikan oleh bapak Soeharto pada tanggal 19 September 1978 dan
Universitas Sumatera Utara
pengapalan pertama LNG dari train ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 1978 untuk memenuhi permintaan negara Jepang bagian barat. Pada awal tahun 1981,
train 1, 2, dan 3 kilang LNG Arun mengalami modifikasi untuk peningkatan produksi menjadi 115 dari rancangan kapasitas semula, sehungga kapasitas
setiap train produksi naik menjadi 1,5 juta ton LNG per tahun. 2. Arun Project II train 4 dan 5
Awal Februari 1982 kilang Arun dikembangkan dengan menambah 2 train, yaitu train 4 dan 5, untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar 3,4 juta
ton per tahun, untuk diekspor ke Jepang. Perluasan proyek ini diserahkan kepada Chiyoda Chemical Engineering
Construction Co. Ltd., bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation dan PT Purna Bina Indonesia PBI. Train 4 mulai beroperasi pada bulan Oktober 1983, dan
train 5 pada bulan Januari 1984. Peresmian Arun Project II ini dilakukan oleh bapak Soeharto pada tanggal 18 Januari 1984.
3. Arun project III train 6 Pengembangan proyek dilanjutkan dengan pembangunan train 6. Rekayasa
dan pembangunan train 6 dikerjakan oleh JGC Corporation. Train 6 mulai berproduksi pada bulan Oktober 1986, sebulan lebih cepat dari jadwal. Peresmian
Arun Project III ini dilakukan oleh bapak Bustanil Arifin pada tanggal 27 februari 1987. pengapalan pertama LNG dari train 6 ini dilakukan pada tanggal 21 Oktober
1986 untuk memenuhi permintaan negara Korea Selatan. Pada tanggal 15 Juli 1986 Pertamina menandatangani kontrak pembelian
dengan konsumen Jepang, dan sebagai realisasi dari kontrak ini dibangunlah kilang LPG yang terletak di area kilang LNG Arun Lhokseumawe dan kilang
Universitas Sumatera Utara
LNG Badak di Bontang. Pembangunan sarana LPG dimulai bulan Februari 1987 dan selesai pada bulan Oktober 1988. Proyek ini dikerjakan oleh JGC
Corporation. Pengapalan pertama LPG dilakukan pada bulan Agustus 1988 dari kilang
Arun. Produksi LPG dari kedua sarana tersebut LNG Arun Lhokseumawe dan LNG Badak Bontang mencapai 2 juta ton per tahun, dan dari jumlah tersebut
kira-kira 1,5 juta ton dihasilkan oleh kilang Arun. Sebagai upaya untuk memenehui target produksi yang telah ditentukan,
PT. Arun telah menyelesaikan suatu proyek peningkatan kapasitas di kilang LNG yang dimulai pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1993. Beberapa peralatan
telah dimodifikasi sehingga dapat beroperasi pada tingkat 138 dari kapasitas rancang awal. Dengan demikian kemampuan produksi menjadi lebih dari 2 juta
ton LNG per train per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan gas, beberapa sumber gas baru
dikembangkan. Ladang gas Lhoksukon Selatan yang terletak 15 km di selatan ladang gas Arun mulai beroperasi. Kemudian menyusul ladang gas Pase yang
lebih ke selatan lagi dan juga ladang gas NSO Nort Sumatera Offshore yang terletak 170 km lepas pantai timur laut dari kilang LNG Arun dan beroperasi
sebelum tahun 2000. Sumber-sumber gas baru tersebut akan menjamin cukupnya catu gas untuk memenuhi kontrak penjualan LNG sampai dengan tahun 2015.
Sebagai upaya mempertahankan produksi maka diupayakan pencarian sumber baru seperti North Sumatra OffShore NSO. Sejak 1 Januari 2000 PT.
Arun NGL hanya mengoperasikan 5 train akibat sumber gas yang sudah menipis dan satu train lagi yaitu train 2 difungsikan sebagai train standby, karena material
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat dalam train ini tidak dapat beroperasi lagi secara maksimal. Namun mulai awal 2005 hanya 3 train yang beroperasi.
3. 2.4 Sejarah Singkat Berdirinya NSO Plant