Ekternak Publick Relations Dan Sikap Publik (Studi Korelasional Tentang Peranan Eksternal Public Relations PT. Arun NGL Terhadap Sikap Publik di Kecamatan Muara Satu)

(1)

EKSTERNAL PUBLIC RELATIONS DAN SIKAP

PUBLIK

( Studi Korelasional Tentang Peranan Eksternal Public Relations PT. Arun NGL Terhadap Sikap Publik di Kecamatan Muara Satu )

SKRIPSI

Diajukan

untuk memenuhi persyaratan meyelesaikan pendidikan

sarjana (S1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

Atina Nopiyanti

030904063

Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Atina Nopiyanti

NIM : 030904063

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Eksternal Public Relations dan Sikap Publik

(Studi Korelasional Tentang Peranan Eksternal Public Relations PT. Arun NGL Terhadap Sikap Publik di Kecamatan Muara Satu)

Medan, September 2007

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,

Drs. Hendra Harahap, M.Si

NIP: 132 102 415 NIP: 131 654 104 Drs. Amir Purba, M.A

Dekan,


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa salawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis dalam penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan sukses tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang terdalam penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang telah banyak memberikan dukungan baik materil, moril, dan doa yang selalu tercurah. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr.M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs.Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Fauzi Husin, Vice President Director PT. Arun NGL.

4. Bapak Drs. Kertasih Suherman,M.Ag, HR Superintendent PT. Arun NGL. 5. Bapak Murdhani, Public Relations Superintendent.

6. Bapak Amiruddin AM, S.Sos, Training Officer PT. Arun NGL, yang banyak membantu penulis mulai dari OJT (On The Job Training) sampai penulis melakukan collect data di PT.Arun NGL serta bersedia berbagi pengalaman kepada penulis.


(4)

7. Bapak Irwandar, SE, Media Relations Officer Public Relations PT. Arun NGL, yang telah banyak memberikan perhatian, pengetahuan, serta membantu penulis memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak Fachrulrazi dan Bapak Hamid Matsyah, Community Development Officer Public Relations PT. Arun NGL.

9. Seluruh karyawan dan staf Public Relations Section PT. Arun NGL, Pak Amin, Pak Munazir, Pak Irvan , Pak Razali (yang banyak membantu dalam penyebaran kuesioner), Kak Hera dan bang Udin, yang setia menemani penulis selama collect data.

10.Bapak Mirsal, S. Sos, Camat Muara Satu.

11. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengetahuan, mengarahkan penulis, serta yang selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan skripsi.

12. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si, selaku dosen wali penulis yang banyak memberikan masukan selama masa perkuliahan.

13. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Komunikasi khususnya dan di FISIP USU umumnya. Kak Icut dan Kak Ros, yang memudahkan dalam proses administrasi.

14. Keluarga – keluarga di Lhokseumawe, Om Dayat, Buk Iyah, Buk Siti, Wak Jarah, terima kasih atas segala bantuannya selama penulis melaksanakan OJT (On the Job Training) dan penelitian, serta perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.


(5)

15. Om Zulkarnaen dan Buk Fery, yang sudah seperti keluarga sendiri, terima kasih atas segala kebaikan yang telah diberikan, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya.

16. Abangku Toni, dan adikku Putri, yang selalu memberikan dukungan.

17. Sepupu – sepupuku tercinta, Dewi (yang selalu memberikan semangat agar jangan pernah putus asa), Kak Ema (yang banyak membantu dalam menyebarkan kuesioner), Dody, Dek Elza, Hanif, Dek Na, Kak Ela.

18. Teman – temanku di PT. Arun, Bang Arul (yang ikut membantu dalam menyebarkan kuesioner), Bang Maman, Bang Safir, dan Bang Aan, terima kasih atas perhatian dan dukungannya.

19. Sahabat-sahabatku, Nanda Mia, SE (yang selalu mengingatkan, memberi semangat, dan perhatian), Niki Lioni, SE, Ce’Min, Helena, Fitri Liany, SH, Mely, Oktris, Karge, Putri, Fika, Elvi, terima kasih atas persahabatan yang manis. Bembenk, Kak Ayu, Kak Hafiz (terima kasih atas perhatian dan semangat yang telah diberikan selama ini), Windy Aginta dan Lukman, yang banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

20.Teman – teman Komunikasi angkatan 2003, Reyna, Derith, Lala, Weny (teman seperjuangan sekaligus sahabat penulis). Ridho, Sandra, Ester, (terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini). Ella, Yuna, Ivanna, Selvian, Andria, Miranda, Devi, terima kasih untuk kebersamaan dalam menimba ilmu selama di FISIP USU.


(6)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas atas semua kebaikan dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi orang yang membacanya.

Medan, September 2007 Penulis


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan organisasi dan masyarakat tidak bisa dipandang dalam konteks relasi ekonomi saja, melainkan juga dalam bentuk relasi sosial. Prinsip ini merupakan pedoman sekaligus acuan bertindak bagi para staf atau profesional public relations di manapun.

Hakikat public relations adalah komunikasi. Komunikasi membantu untuk menjelaskan lebih lanjut tujuan-tujuan strategik suatu organisasi karena organisasi memerlukan dukungan dari berbagai kelompok atau publiknya. Komunikasi secara positif memupuk terjalinnya hubungan dengan publik. Publik memiliki peran yang besar terhadap kelangsungan organisasi. Adanya komunikasi yang baik juga membantu organisasi untuk meminimalkan ancaman dengan mengenali masalah atau konflik, yang mungkin terjadi, secara lebih awal. Namun, tidak semua komunikasi dapat dikatakan public relations. Komunikasi yang menjadi ciri public relations adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik.

Public relations yang merupakan bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi, harus mampu melaksanakan komunikasi timbal balik antara organisasi dengan publiknya dan sangat menentukan keberhasilan suatu


(8)

organisasi. Komunikasi timbal balik yang dimaksud bertujuan untuk membangun pengertian publik serta dukungan publik bagi tercapainya tujuan organisasi.

Dasar dari setiap kegiatan public relations adalah melayani kepentingan masyarakat /publik, dan bukan sekedar memperoleh keuntungan bagi organisasi. Idealnya, kegiatan public relations saling menguntungkan bagi organisasi dan masyarakat/ publiknya.

Dalam praktek public relations, publik ini dikelompokkan menjadi dua, yakni publik internal dan public eksternal. Publik internal meliputi publik karyawan, yakni mereka yang bekerja dalam organisasi/ lembaga dengan karakteristik kepentingan berupa kesejahteraan (penghasilan), promosi jabatan atau penghargaaan prestasi kerja; publik pemegang saham yang memiliki karakteristik kepentingan investasi yang aman, terjaganya aset; publik pengelola, yang memiliki karakteristik kepentingan terhadap peningkatan kinerja organisasi atau lembaga.

Publik eksternal, masing-masing organisasi/ lembaga biasanya memiliki public eksternal yang berbeda. Namun, pada prinsipnya publik ini berada di luar organisasi/ lembaga. Publik eksternal misalnya komunitas lokal (tetangga) yang memiliki karakteristik kepentingan, rasa aman, rasa bangga, keindahan dan kesehatan lingkungan, kesempatan kerja, penambahan penghasilan; publik pers yang memiliki kepentingan terhadap peristiwa – peristiwa yang memiliki nilai berita dan sumber – sumber berita; publik pemerintah yang memiliki kepentingan terhadap mitra pengelola sumber daya alam dan lingkungan, pemasukan pajak, penyerapan tenaga kerja, dan sebagainya.


(9)

Kegiatan eksternal public relations harus mampu mengusahakan tumbuhnya imej dan sikap masyarakat / publik yang positif terhadap segala tindakan dan kebijaksanaan perusahaan dan juga harus dapat membuat penilaian serta merubah sikap, tingkah laku, dan opini publik mengenai perusahaan.

PT. Arun NGL yang berlokasi di Blang Lancang, Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan perusahaan industri yang mengolah gas alam cair berskala besar di tengah-tengah masyarakat yang relatif tradisional. Keberadaan perusahaan tersebut tentunya memberi dampak bagi masyarakat sekitar. Beberapa tahun yang lalu, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilanda konflik bersenjata yaitu antara TNI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Konflik antara TNI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berakhir dengan kesepakatan damai, yaitu dengan ditandatanganinya MOU (Memorandum Of Understanding) di Helsinki 15 Agustus 2005 yang lalu. Walaupun Aceh dalam keadaan demikian, PT Arun NGL tetap dapat beroperasi, hal ini tidak lepas atas dukungan penuh dari pemerintah daerah serta masyarakat lingkungan sekitar kilang yang menjadi penentu sukses yang diraih PT. Arun NGL.

Pasokan gas alam ke kilang arun untuk diproses menjadi LNG terjadi penurunan, walaupun demikian, tidak mempengaruhi perfoma operasi kilang yang mengoperasikan 3 kilang dari enam kilang yang ada. Ekspor gas ke luar negeri yang dilakukan PT. Arun hingga akhir tahun 2006 mencapai 60 kargo, yaitu sebanyak 14 kargo ke Jepang dan 46 kargo ke Korea tetapi tidak menutup kemungkinan konflik-konflik akan terjadi kembali. Konflik-konflik yang terjadi tentunya dapat menghambat jalannya operasi perusahaan.


(10)

Maka dari itu, di sini sangat diperlukan peran serta berbagai pihak agar perusahaan tetap dapat menjalankan kegiatan operasinya. Di sini penulis ingin melihat bagaimana perusahaan khususnya dari pihak public ralations menjalankan perannya sebagai wakil dari perusahaan, menjalin hubungan dengan publiknya.

Masyarakat yang akan dijadikan sampel yaitu masyarakat kecamatan Muara Satu, yang mana masyarakat tersebut merupakan masyarakat yang tinggal berbatasan langsung dengan lokasi PT. Arun NGL. Di kecamatan ini terdiri dari desa-desa yang merupakan desa Binaan PT. Arun NGL (sekarang desa Lingkungan). Jadi, kecamatan ini terkena dampak, baik langsung maupun tidak langsung dari segala aktivitas operasi PT. Arun NGL.

Berdasarkan atas pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk meneliti “Peranan Eksternal Public Relations PT. Arun NGL terhadap Sikap Publik di kecamatan Muara Satu”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“ Apakah peranan eksternal Public Relations PT. Arun NGL berpengaruh terhadap sikap publik di kecamatan Muara Satu ?”


(11)

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

a. Penelitian hanya terbatas pada peranan external public relations PT. Arun NGL.

b. Publik yang akan dijadikan sampel adalah masyarakat kecamatan Muara Satu, yaitu masyarakat yang termasuk desa Lingkungan PT. Arun NGL, yang berusia 17- 45 tahun, dan yang pernah terlibat dalam program eksternal Public Relations PT. Arun NGL.

c. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap masyarakat yang menyangkut:

a. Komponen kognitif : perhatian, pengetahuan.

b. Komponen afektif : sikap suka atau tidak suka, sikap mendukung atau tidak mendukung, sikap puas atau tidak puas.

c. Komponen konatif : keinginan bertindak, kecenderungan bertindak.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui hubungan atau korelasi antara peranan eksternal public relations terhadap sikap publik.

b. Untuk mengetahui besar pengaruh eksternal public relations terhadap sikap publik.


(12)

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang bidang Public Relations, khususnya tentang eksternal public relations.

b. Secara akademis, penelitian diharapkan dapat menambah atau memperluas khasanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat menjadi kontribusi/ masukan yang positif bagi perusahaan PT. Arun NGL.

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori (Nawawi, 1995 : 39). Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti melihat masalah yang akan diteliti.

Teori merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006 : 45).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan adalah sebagai berikut:

1. Public Relations

Menurut Oemi (dalam Suhandang, 2004: 30), pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama,


(13)

mempunyai minat dan kepentingan yang sama pula. Hal yang menonjol dalam publik adalah perhatian dan kepentingan, bukan kehidupan atau hubungan antar anggotanya.

Emory S. Bogardus dalam bukunya The Making of Public Opinion, (dalam Suhandang, 2004:31) menyatakan bahwa publik adalah sejumlah besar orang di mana sumber antara satu dengan yang lainnya bisa tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah.

Menurut Webster (1956) (dalam Suhandang, 2004: 34), istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain . Lebih teknis lagi menurut Echlos (1976), kegiatan dimaksud merupakan komunikasi dalam menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan kefamilian yang akrab.

Scott M.Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom menyatakan dalam edisi keenam, buku Effective Public Relations (dalam Wilcox, 2006: 15) bahwa “Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dengan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan public relations.”

Menurut kamus IPR (Institute of Public Relations) terbitan bulan November 1987, “Praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan


(14)

memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya” ( Jefkins, 1995 : 8).

“Public relations adalah usaha sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan masyarakatnya”. (British Institute of Public Opinion, yang defenisinya juga telah diikuti di sejumlah negara Commonwealth/ persemakmuran) (Wilcox, 2006: 16).

“Public relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat bagi organisai swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran masyarakat yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka.” (Dansk Public Relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa Inggris) (Wilcox, 2006: 16).

“Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi.” (Defenisi yang disetujui di World Assembly of Public Relations di kota Meksiko di tahun 1978 dan diikuti oleh 34 organisasi public relations nasional) (Wilcox, 2006: 16).

Ruang lingkup kegiatan PR itu begitu besar, luas dan kompleks karena bukan hanya menangani pihak-pihak yang berada di lingkungan dalam organisasi tapi juga pihak-pihak yang berada di lingkungan luar organisasi yang beragam keinginan, kebutuhan, dan kepentingannya.

Public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan dari public relations dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya


(15)

perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya (Kusumumastuti, 2004: 21).

Tujuan dari public relations adalah sebagai berikut:

a) Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi). b) Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi).

c) Memelihara dan menciptakan kerja sama (aspek psikomotoris).

2. Eksternal Public Relations

Publik merupakan himpunan atau kumpulan orang-orang dan lembaga atau organisasi yang berkepentingan serta berada di sekitar badan atau perusahaan dimana organisasi itu berada (Suhandang, 2004: 32).

Publik eksternal dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu terdiri dari:

a) Orang-orang atau penduduk yang tinggal di sekitar daerah dimana perusahaan, organisasi, badan atau instansi itu berada. Himpunan ini lazim disebut

community public.

b) Para langganan atau relasi dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu, atau disebut customary public.

c) Para pemasok bahan baku dan penyalur hasil produksi dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi tersebut, biasa disebut consumer public.

d) Para opinion leader atau orang-orang yang berpengaruh di kalangan masyarakatnya.

e) Organisasi-organisasi masyarakat yang mempunyai kepentingan atau keterkaitan usaha dengan perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu.


(16)

f) Khalayak ramai atau general public yang berkepentingan dan bersimpati terhadap usaha perusahaan, organisasi, badan, atau instansi yang dimaksud.

3. Community Relations

Menurut Jerold, mendefinisikan community relations sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisai dan komunitas. Meski DeMartinis (2004), menjelaskan community relations hanya sebagai cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi organisasi. Selanjutnya DeMartinis menjelaskan bahwa komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat publik, lembaga pemerintah, dan lembaga lain (dalam Iriantara, 2004: 20).

4. Teori S – O – R

Organisme menghasilkan perilaku tertentu. Maksudnya adalah keadaan internal organisme berfungsi menghasilkan respons tertentu jika ada kondisi tertentu atau stimulus.

Unsur-unsur teori S – O – R adalah : Stimulus (pesan)

Organism (komunikan) Response ( efek)

Bila dikaitkan dengan penelitian mengenai eksternal public relation dan sikap publik, maka hubungannya dengan teori S-O-R adalah sebagai berikut: Stimulus : eksternal public relations


(17)

Respons : efek yang dihasilkan masyarakat dari adanya eksternal public relations

5. Sikap

Menurut Sherif & Sherif (1956) (dalam Dayakinsi, 2003: 95), sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Menurut Allport, (dalam Dayakinsi, 2003: 96), pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:

a. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

b. Komponen afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

c. Komponen konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.


(18)

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995 : 40).

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Sedangkan Kerlinger menyebut konsep sebagai abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus (Kriyantono, 2006: 17).

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama (Bungin, 2005: 57).

Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis, yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat, sementara variabel bebas berada pada posisi yang lepas dari pengaruh variabel terikat (Bungin, 2005: 62).

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono, 2006: 21).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah eksternal public relations. 2. Variabel Terikat ( Y )


(19)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Bungin, 2005:62).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap publik yang berada di kecamatan Muara Satu.

1.7 Model Teoritis

Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Variabel Bebas ( X ) Eksternal Public

Relations

Variabel Terikat ( Y ) Sikap Publik


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2. 1. Public Relations

2. 1.1. Pengertian Public Relations

Secara etimologis, public relations terdiri dari dua buah kata, yaitu public dan relations. Dalam bahasa Indonesia, kata pertama berarti publik, dan kata kedua berarti hubungan. Jadi, public relations berarti hubungan-hubungan dengan publik.

Istilah public sukar diindonesiakan, dan sampai sekarang belum ada terjemahan yang khusus serta baku. Sebagian orang berpendapat bahwa public sama dengan masyarakat, maka public relations diartikan menjadi hubungan masyarakat. Namun demikian, tidak semua kata public diartikan masyarakat (Suhandang, 2004: 30).

Menurut Oemi (dalam Suhandang, 2004: 30), pengertian public mengacu pada sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama pula. Hal yang menonjol dalam publik adalah perhatian dan kepentingan, bukan kehidupan atau hubungan antar anggotanya.


(21)

Emory S. Bogardus dalam bukunya The Making of Public Opinion, (dalam Suhandang, 2004: 31) menyatakan bahwa publik adalah sejumlah besar orang di mana sumber antara satu dengan yang lainnya bisa tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah.

Menurut Webster (1956), istilah relations pada hakikatnya dimaksudkan dengan kegiatan membentuk suatu pertalian relasi atau menjalin hubungan satu sama lain . Lebih teknis lagi menurut Echlos (1976), kegiatan dimaksud merupakan komunikasi dalam menciptakan hubungan yang harmonis diantara dua pihak, dimana satu dengan yang lainnya sama-sama memperoleh keuntungan sehingga terikat dalam suatu hubungan kefamilian yang akrab (dalam Suhandang, 2004: 34).

Scott M.Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom menyatakan dalam edisi keenam, buku Effective Public Relations, bahwa “Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengidentifikasikan, menetapkan, dan memelihara hubungan saling menguntungkan antara organisasi dengan segala lapisan masyarakat yang menentukan keberhasilan atau kegagalan public relations” (Wilcox, 2006: 15).

Menurut kamus IPR (Institute of Public Relations) terbitan bulan November 1987, “Praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya” ( Jefkins, 1995 : 8).


(22)

“Public relations adalah usaha sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan masyarakatnya”. (British Institute of Public Opinion, yang defenisinya juga telah diikuti di sejumlah negara Commonwealth/ persemakmuran) (Wilcox, 2006: 16).

“Public relations adalah usaha manajerial secara sistematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat bagi organisasi swasta dan pemerintah untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran masyarakat yang diperkirakan akan berhubungan dengan mereka.” (Dansk Public Relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa Inggris) ( Wilcox, 2006: 16).

“Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi.” (Definisi yang disetujui di World Assembly of Public Relations di kota Meksiko di tahun 1978 dan diikuti oleh 34 organisasi public relations nasional) (Wilcox, 2006: 16).

Ruang lingkup kegiatan PR itu begitu besar, luas dan kompleks karena bukan hanya menangani pihak-pihak yang berada di lingkungan dalam organisasi tapi juga pihak-pihak yang berada di lingkungan luar organisasi yang beragam keinginan, kebutuhan, dan kepentingannya.

Public relations pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan dari public relations dapat dianalogikan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya perubahan kognisi, afeksi dan perilaku komunikannya (Kusumastuti, 2004 : 20).


(23)

Menurut Rachmadi (1994) (dalam Soemirat, 2004: 11), komunikasi yang menjadi ciri public relations adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan terjadinya arus timbal balik. Arus timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan public relations sehingga terciptanya umpan balik yang merupkan prinsip pokok public relations.

1.2. Publik dalam PR (Public Relations)

Publik merupakan himpunan atau kumpulan orang-orang dan lembaga atau organisasi yang berkepentingan serta berada di sekitar badan atau perusahaan dimana organisasi itu berada (Suhandang, 2004: 32).

John Dewey, dalam Effendy (1992), mendefinisikan publik sebagai sekelompok orang yang bersama-sama dipengaruhi olehsuatu kegiatan atau gagasan khusus. Cutlip dan Center menyebut bahwa publik merupakan sebuah kata benda kolektif bagi suatu kelompok- sekelompok orang yang sams-sama terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkna perasaan yang sama (dalam Soemirat, 2004: 105).

Publik dalam PR biasanya dikategorikan menjadi publik internal dan publik eksternal. Publik internal adalah publik yang berada di dalam lingkungan organisasi, seperti karyawan, manajer, dan pemegang saham. Sedangkan pubik eksternal adalah publik yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti lembaga pemerintah, pelanggan, pemasok, bank, media/ pers, dan komunitas. Namun baik publik yang berada di dalam maupun di luar organisasi, sama-sama mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh kegiatan organisasi (Iriantara, 2004: 8).


(24)

Dalam diktat Public Relations, lembaga pendidikan PR, Interstudi School

of Public Relations, terdapat tujuh macam publik yang dapat dibedakan dalam

ruang lingkup masing-masing dan dilihat dari kepentingannya (dalam Soemirat, 2004: 16). Publik tersebut adalah:

 Masyarakat sekitarnya : tipe masyarakat di dalamnya akan bergantung dari macam usaha yang ada. Hal yang perlu diingat adalah bermula dengan lingkungan terdekat yang digarap dengan baik sebagai langkah awal yang positif. PR Begins on the doorstep.

 Karyawan perusahaan: disini akan terlihat banyak ragamnya ditinjau dari kedudukan, masalah-masalah status ekonomi, usia, dan karakteristik demografis lainnya.

 Pers, radio, televisi: pers dapat dibagi dalam pers nasional, regional, lokal, dagang, dan profesional.

 Konsumen dan pemasok: di sektor tertentu pemasok dan pelanggan tergantung satu sama lain.

 Investor: kelompok pemegang sahampun sangat berbeda. Kadangkala sebuah perusahaan besar membagi investor menjadi beberapa kelompok dan mengembangkan cara berkomunikasi dengan setiap kelompok. Hubungan baik dengan investor dapat menghasilkan imbalan yang menguntungkan dalam bentuk modal pinjaman untuk membiayai proyek-proyek besar. Meningkatnya perhatian pemegang saham dapat mendukung reputasi perusahaan dan meningkatkan kepercayaan.


(25)

 Distributor adalah suatu publik yang pekerjaannya menangani barang-barang konsumen dalam partai besar dan hadir diantara pembuat barang dan para pembelinya.

Pemuka pendapat (opinion leader): siapa saja yang dapat mengajukan pendapatnya yang dapat membantu usaha itu sendiri berkembang atau justru merusaknya.

1. 3. Fugsi dan Tujuan Public Relations

Empat fungsi penting public relations menurut Harold Burson (dalam Wilcox, 2006: 24) yaitu:

1. Sensor terhadap perubahan sosial

Profesional public relations menagkap suara di tengah-tengah masyarakat yang memberikan petunjuk terhadap kabaikan atau keburukan bagi organisasi, serta membantu manajemen berjaga-jaga terhadap serangan gencar dan dampak dari isu tersebut.

2. Nurani Perusahaan

Henry David Thoreau menulis:” Cukup beralasan bahwa sebuah badan hukum tidak memiliki nurani; tetapi sebuah badan hukum yang memiliki orang-orang berhati nurani adalah badan hukum yang berhati nurani”. Kata-kata itu bertuah dan merupakan kata-kata yang senantiasa diingat oleh profesional public relations. Ciri ini menjadi dasar penyusunan uraian tugas pejabat public relations. 3. Komunikator

Banyak orang beranggapan bahwa komunikasi adalah peran utama public relations. Kemungkinan besar, mereka berpandangan demikian, karena mereka membuang banyak waktu untuk menguasai kecakapan komunikasi dan sedikit


(26)

sekali waktu untuk mengasah kemampuan sosial mereka. Komunikasi bukanlah peran utama, komunikasi adalah salah satu dari keempat peran penting public relations.

4. Monitor Perusahaan

Fungsi ini membuat kebijakan dan program perusahaan sesuai dengan harapan masyarakat. Semangat kalangan penguasa harus melingkupi pekerjaan praktisi public relations, dan ini yang menjadi alasan paling kuat bagi pejabat public relations untuk melapor ke manajemen tingkat puncak.

Cutlip and Center (dalam Kusumastuti, 2004: 23), mengatakan bahwa fungsi PR meliput i hal-hal berikut:

1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.

3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.

4. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik, baik internal maupun eksternal.

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Hubungan Masyarakat Suatu

Studi Komunikologis, (dalam Ruslan, 1999: 33), yang memaparkan pendekatan

fungsi public relations dari Bertrand R. Canfield dalam buku Public Relations:

Principles and Problem, mengemukakan unsur-unsur utama dalam public

relations, yakni:


(27)

Pengertian mengabdi kepada kepentingan umum atau masyarakat adalah suatu perilaku yang positif dan berminat untuk membantu orang lain atau masyarakat dalam memperoleh manfaat bersama.

b) Maintain good communication (memelihara komunikasi yang baik)

c) Stress good morals and mammers (menitik beratkan moral dan perilaku yang

baik)

Karena ditekankan pada moral dan perilaku yang baik tersebut, pihak PRO atau pejabat humas itu merupakan wakil dari organisasi yang berhubungan dan mengadakan komunikasi timbal balik dengan publik sasaran atau masyarakat lainnya. Tujuan pokoknya adalah untuk membangun opini, persepsi, dan citra baik (good image) bagi perusahaan.

Tujuan dari public relations (Kusumastuti, 2004: 20) adalah sebagai berikut:

a. Terpelihara dan terbentuknya saling pengertian (aspek kognisi). b. Menjaga dan membentuk saling percaya (aspek afeksi).

c. Memelihara dan menciptakan kerja sama (aspek psikomotoris).

Menurut Jefkins (1995: 56-57) terdapat beberapa tujuan kegiatan public relations di suatu perusahaan, antara lain:

a. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan perusahaan.

b. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai.

c. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pasar-pasar baru.


(28)

d. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan itu dengan khalayak sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian atau salah paham di kalangan khalayak terhadap niat baik perusahaan.

e. Untuk mendidik para pengguna atau konsumen agar mereka lebih efektif dan mengerti dalam memanfaatkan produk-produk perusahaan.

f. Untuk meyakinkan khalayak bahwasannya perusahaan mampu bertahan atau bangkit kembali setelah terjadinya suatu krisis.

g. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketahanan perusahaan dalam menghadapi resiko pengambilalihan (takeover) dari pihak-pihak lain.

h. Untuk menciptakan identitas perusahaan baru.

i. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktifitas-aktifitas dan partisipasi para pimpinan perusahaan atau organisasinya dalam kehidupan sosial sehari-hari.

j. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara.

k. Untuk memastikan bahwasannya para politisi benar-benar memahami kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar perusahaan yang bersangkutan terhindar dari peraturan, UU dan kebijakan pemerintah yang merugikan.

l. Untuk menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan itu mengutamakan kualitas dalam berbagai hal.


(29)

Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan public relations pada intinya adalah good image (citra baik), goodwill (kemauan baik), mutual understanding (saling pengertian), mutual confidence (saling mempercayai), mutual appreciation (saling menghargai), dan tolerance (toleransi) (Soemirat, 2004: 14).

1. 4. Eksternal Public Relations

Eksternal public relations adalah salah satu bentuk kegiatan public relations yang ditujukan kapada publik yang berada di luar perusahaan atau instansi.

Bagi suatu perusahaan, hubungan dengan publik di luar perusahaannya merupakan suatu keharusan yang mutlak. Sesuai dengan sifatnya, dalam masyarakat modern tidak akan ada kemungkinan bagi seorang insan atau suatu badan bisa hidup menyendiri. Masing-masing akan saling membituhkan satu sama lain (Suhandang, 2004: 79).

Menurut Suhandang (2004: 33), publik eksternal dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu terdiri dari:

g) Orang-orang atau penduduk yang tinggal di sekitar daerah dimana perusahaan, organisasi, badan atau instansi itu berada. Himpunan ini lazim disebut

community public.

h) Para langganan atau relasi dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu, atau disebut customary public.


(30)

i) Para pemasok bahan baku dan penyalur hasil produksi dari perusahaan, organisasi, badan, atau instansi tersebut, biasa disebut consumer public.

j) Para opinion leader atau orang-orang yang berpengaruh di kalangan masyarakatnya.

k) Organisasi-organisasi masyarakat yang mempunyai kepentingan atau keterkaitan usaha dengan perusahaan, organisasi, badan, atau instansi itu.

l) Khalayak ramai atau general public yang berkepentingan dan bersimpati terhadap usaha perusahaan, organisasi, badan, atau instansi yang dimaksud.

Hubungan yang harmonis dan baik dapat tercapai hanya dengan pengertian yang ikhlas, tidak dengan paksaan. Semua komunikasi dengan publik ekstern hendaknya dilakukan perusahaan itu secara informatif dan persuasif. Informasi hendaknya diberikan secara jujur, teliti, sempurna, dan berdasarkan fakta sebenarnya. Secara persuasif, komunikasi dapat dilaksanakan atas dasar membangkitkan perhatian komunikan (publik), sehingga timbul rasa tertarik akan pesan yang disodorkan kepadanya. Dengan cara penyajian yang bijaksana akan timbul keinginan publik untuk menyesuaikan dirinya dengan pesan tersebut, yang kemudian disusul dengan menerima pesan tersebut. Dengan keputusannya itu akhirnya mereka mengambil sikap atau menerima pesan tersebut (Suhandang, 2004: 80).

2. Model-Model Public Relations

Untuk membantu memahami sejarah public relations sekaligus praktiknya yang berlangsung saat ini, Prof James E. Grunig dari University of Maryland dan Todd Hunt dari The State University of New Jersey, sebagaimana dirangkum


(31)

kembali dalam Wilcox et.al dalam Public Relations: Strategies and Tactis (2000),telah membangun empat model public relations. Keempat model tersebut dipraktikkan hingga sekarang, tetapi yang ideal dan penggunaannya terus meningkat adalah model two-way symmetric (Gozali, 2005: 21).

Keempat model public relations yang dibangun Grunig meliputi:

1. Press agentry/publicity

Press agentry/publicity ditujukan untuk kepentingan propaganda. Komunikasinya

satu arah. Pesannya seringkali tidak lengkap, terdistorsi, atau hanya sebagaian saja mengandung kebenaran. Press agentry sangat fokus pada publisitas yang melahirkan ungkapan any publicity is good publicity. Modelnya adalah:

Sumber Penerima

(organization) (public)

Komunikasi dipandang sebagai mengatakan (telling), bukan mendengarkan (listening). Sedikit sekali riset yang dilakukan untuk model ini. Phineas T. Barnum merupakan tokoh sejarah yang menonjol selama masa kejayaan model ini sejak tahun 1850 hingga 1900. Olahraga, teater, dan promosi produk merupakan bidang-bidang utama dari praktik model tersebut di masa sekarang.

2. Public Informations

Tujuan utama public information adalah diseminasi atau penyebarluasan informasi. Komunikasinya satu arah, tidak perlu dengan cara persuasif. Modelnya adalah:

Sumber Penerima


(32)

Riset, bila memang ada, tidak terbatas pada tes-tes keterbacaan (readability test) atau kajian-kajian tentang jumlah pembaca. Ivy Lee adalah tokoh sejarah yang terkenal selama periode perkembangan model ini di masa-masa awal, yaitu dari 1900 hingga 1920-an. Pemerintah, asosiasi-asosiasi nirlaba, dan bisnis adalah bidang praktik yang utama di masa sekarang. Sebagaimana model press agentry, model public information bersifat satu arah (one-way) dan hanya fokus pada output , bukan pada pencapaian outcomes.

3. Two-Way Asymmetric

Model ini ditujukan untuk persuasi secara ilmiah. Komunikasinya bersifat dua arah, dengan efek-efek tak berimbang. Modelnya adalah:

Sumber Penerima

Dengan feedback ke sumber Riset bersifat formatif, membantu untuk merencanakan suatu aktivitas dan memilih sasaran-sasaran, serta evaluatif, menemukan jika sasaran telah tercapai. Edward L. Bernays adalah tokoh historis terkenal selama periode model ini yang berawal di tahun 1920-an. Bisnis yang kompetitif dan perusahaan-perusahaan

public relations merupakan tempat praktik di masa-masa sekarang.

4. Two-Way Symmetric

Model ini bertujuan untuk memperoleh saling pengertian (mutual understanding), sedangkan komunikasinya bersifat dua arah dengan efek-efek yang seimbang. Modelnya adalah:

Group Group


(33)

Riset formatif digunakan terutama untuk mempelajari bagaimana publik mempersepsi organisasi dan menentukan akibat-akibat apa yang ditimbulkan organisasi. Hal ini akan membantu manajemen untuk merumuskan kembali kebijakan-kebijakan perusahaan. Riset evaluatif digunakan untuk mengukur apakah PR telah memperbaiki pemahaman publik tentang organisasi dan pemahaman manajemen atas publik-publiknya. Bernays, para pendidik, dan pemimpin profesional telah menjadi tokoh-tokoh sejarah tentang model two-way

symmetric ini. Sejak 1960-an dan 1970-an model ini diikuti oleh beberapa

organisasi lain.

3. Community Relations

Menurut Jerold, mendefinisikan community relations sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya untuk kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. Meski DeMartinis (2004), menjelaskan community relations hanya sebagai cara berinteraksi dengan berbagai publik yang saling terkait dengan operasi organisasi. Selanjutnya DeMartinis menjelaskan bahwa komunitas tersebut mencakup klien, lingkungan, pejabat publik, lembaga pemerintah, dan lembaga lain (dalam Iriantara, 2004: 20)

Community relations pada dasarnya adalah kegiatan public relations. Langkah-langkah dalam proses public relations pun mewarnai langkah-langkah dalam community relations. Public relations dimaknai sebagai kegiatan organisasi dan bukan proses komunikasi yang dilakukan organisasi dengan publiknya (Iriantara, 2004: 78).


(34)

Community relations can be the core of public relations programming because it sets the tone of what an organization stands for – not in words (rhetoric) but in actions (behavior) (H. Center, 2002: 71).

Apabila diartikan dalam bahasa Indonesia pengertiannya lebih kurang seperti ini, community relations merupakan inti dari program public relations karena community relations mempengaruhi/ menentukan suasana/ kondisi masyarakat yang merupakan dasar dari berdirinya organisasi/ perusahaan, bukan dalam kata-kata atau retorika melainkan dalam tindakan atau tingkah laku.

4. Teori S-O-R

Unsur-unsur teori S – O – R adalah : Stimulus (pesan)

Organism (komunikan) Response ( efek)

Bila dikaitkan dengan penelitian mengenai eksternal public relations dan sikap publik, maka hubungannya dengan teori S-O-R adalah sebagai berikut: Stimulus : eksternal public relations

Organism: masyarakat kecamatan Muara Satu

Respons : efek yang dihasilkan masyarakat dari adanya external public relations Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya ”Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, mengutip pendapat Hovland, Jamis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting (dalam Uchjana, 2003: 255), yaitu:


(35)

b. pengertian c. penerimaan

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.

5. Sikap

Menurut Sherif & Sherif (1956) (dalam Dayakinsi, 2003: 95), sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.

Menurut Allport (dalam Dayakinsi, 2003: 96), pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu:

Stimulus

Response

(Perubahan Sikap) Organisme:

Perhatian

Pengertian


(36)

a. Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

b. Komponen afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

c. Komponen konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

Menurut Alexis S. Tan, dalam Effendy (1992), mengatakan kebanyakan definisi sikap mencakup satu atau lebih ciri-ciri berikut ini: komponen kognitif yang merupakan informasi atau pengetahuan tentang objek sikap; komponen afektif yang merupakan perasaaan seseorang mengenai objek sikap biasanya disimpulkan sebagai perasaan suka atau tidak suka; dan komponen konatif atau

behavioral yang merupakan tindakan seseorang terhadap objek sikap (dalam

Soemirat, 2004: 105-106).

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap. Sikap dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karenanya sikap mengalami perubahan. Menurut


(37)

Sherif & Sherif (1956), sikap dapat berubah karena kondisi dan pengaruh yang diberikan (dalam Dayakinsi, 2003: 98).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpul datanya serta menggunakan wawancara sebagai instrumen penelitian disamping kuesioner.

Adapun jenis survei dalam penelitian ini yaitu, survei eksplanatif asosiatif (korelasi), yaitu penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan (korelasi) antar variabel.

Kata survey, menurut P.D. Leedy dalam bukunya Practical Research: Planning and Design (1980), yang dikutip dari Soehartono (2002), terdiri dari dua suku kata, arti sur merupakan turunan kata super (Latin) yang berarti di atas atau melampaui. Sedangkan suku kata vey, berasal berasal dari kata kerja (Latin) videre yang berarti melihat. Pengertian secara umum kata survey adalah melihat di atas atau melampaui. Jadi survey adalah pengamatan atau penyelidikan secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang tepat terhadap suatu persoalan dan objek tertentu, di daerah kelompok komunitas atau lokasi tertentu akan ditelaah (Ruslan : 2003: 20).


(38)

3. 2. Deskripsi Lokasi Penelitian 3. 2. 1. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penelitian ini yaitu kecamatan Muara Satu yang berjarak 12 km sebelah barat kota Lhokseumawe yang terdiri dari 11 desa dan merupakan desa Lingkungan PT. Arun NGL serta berbatasan langsung dengan lokasi kilang PT. Arun sendiri.. Dari 11 desa yang ada, yang menjadi objek penelitian hanya 10 desa. Hal ini disebabkan karena faktor keamanan. Desa-desa tersebut adalah :

1. Desa Ujong Pacu

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Sebelah barat berbatasan dengan kompleks Perumahan PT. PIM. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cot Trieng.

Sebelah utara berbatasan dengan kompleks Perumahan PT. Arun. Arun Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Nisam.

2. Desa Blang Naleung Mameh

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Dewantara. • Sebelah timur berbatasan dengan desa Batuphat Barat. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan desa Batuphat Barat.


(39)

3. Desa Batuphat Barat

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan desa Blang Naleung Mameh. • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Batuphat Timur. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun.

• Sebelah selatan berbatasan dengan kompleks Perumahan PT. Arun.

4. Desa Batuphat Timur

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Batuphat Barat. • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Pulo. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun.

• Sebelah selatan berbatasan dengan kompleks Perumahan PT.Arun.

5. Desa Blang Pulo

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Batuphat Timur. • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Paloh Meuriya. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Padang Sakti.

6. Desa Padang Sakti

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Blang Pulo.


(40)

• Sebelah timur berbatasan dengan Desa Paloh Meuriya. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Paloh Punti.

7. Desa Paloh Dayah

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paloh Meuriya • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Payah Bilie. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Paloh Punti.

8. Desa Paloh Punti

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Ujung Pacu. • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Paloh Dayah.

• Sebelah utara berbatasan dengan Desa Padang Sakti dan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kutamakmur.

9. Desa Paloh Meuriya

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Blang Pulo. • Sebelah timur berbatasan dengan Desa Blang Panyang. • Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun. • Sebelah selatan berbatasan dengan desa Padang Sakti.


(41)

10.Desa Blang Panyang

Desa ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah barat berbatasan dengan Desa Paloh Meuriya. • Sebelah timur berbatasan dengan Panggoi.

• Sebelah utara berbatasan dengan kilang LNG Arun.

• Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Meunasah Dayah.

3. 2. 2. Sejarah Singkat Perusahaan

Arun adalah nama sebuah desa kecil di kecamatan Syamtalira, kabupaten Aceh Utara yang berlokasi lebih kurang 30 km sebelah timur kota Lhokseumawe. Di sana ditemukan sumur pertama yang mengandung cadangan gas alam oleh Mobil Oil Indonesia Inc. (sekarang Exxon Mobil) kontraktor bagi hasil Petamina pada tahun 1971. Setelah ditemukannya lapangan gas Arun, maka untuk pelaksanaan pembangunan kilang LNG jatuh pada BECHTEL Inc selaku kontraktor utamanya. Mobil Oil Indonesia Inc. yang merupakan kontraktor bagi hasil Pertamina bertindak sebagai pelaksana operasi dan bertanggung jawab terhadap pengembangan ladang gas Arun yang menyediakan bahan baku untuk kilang LNG.

Cadangan gas alam Arun terdapat pada kedalaman lebih kurang 2.882 m dari permukaan bumi terperangkap dalam batuan kapur sepanjang 18,5 km, lebar 6,5 km.dan tebal 0,3 km. Cadangan awal diperkirakan sebesar 17 triliun cuft dengan tekanan 7.100 psi (499 kg/cm2) dengan suhu 1770 C (3520 F). Cadangan


(42)

gas alam Arun ini cukup besar untuk memenuhi 6 train plant LNG, 2-3 pabrik pupuk, pabrik petrokimia, dan pabrik kertas selama lebih kurang 20 tahun.

Nama desa kecil tersebut diabadikan sebagai nama perusahaan kilang pencairan gas alam, yaitu PT. Arun NGL (Natural Gas Liquefaction) yang berlokasi di Blang Lancang 15 km sebelah barat kota Lhokseumawe. Kilang LNG Arun meliputi daerah seluas 271 hektar. Lokasi tersebut dipilih mengingat kemudahan sarana transportasi laut dekat dengan ladang gas Arun sehingga biaya dapat ditekan

Gambar 1. Peta Lokasi Arun LNG Plant

sekecil mungkin. PT. Arun NGL merupakan perusahaan yang berbentuk persero dengan pembagian saham operasi sebagai berikut :

Pertamina 55%

Mobil Oil Indonesia (Exxon Mobil) 30% Japan Indonesia LNG Company (JILCO) 15%


(43)

Namun demikian, semua aset yang terdapat di PT. Arun NGL adalah milik Petamina.

PT. Arun merupakan perusahaan nirlaba, artinya suatu bentuk perusahaan yang tidak mencari keuntungan. Dalam menjalankan operasinya, PT. Arun NGL mendapatkan biaya operasi dari ketiga pemegang saham tersebut sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

2. 3. Perkembangan Kilang LNG Arun

LNG adalah singkatan dari Liquefied Natural Gas atau gas alam yang dicairkan. Prinsip pencairan ini adalah menurunkan suhu gas dari temperatur 1270 C menjadi -1600 C dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi pengangkutan dan penyimpanan, karena volume gas sebelum dan sesudah dicairkan berbanding 600: 1. Gas cair tersebut disimpan dalam tangki-tangki khusus berpenyekat dingin. Tangki-tangki penyimpanan tersebut dinding dalamnya terbuat dari baja nikel 9% agar tahan terhadap suhu rendah dan dinding luarnya terbuat dari besi karbon. Kilang LNG Arun memiliki 5 tangki penyimpanan yang masing-masing berkapasitas 127.200 m3

Pelabuhan Blang Lancang berkedalaman 14 meter dan dirancang untuk dapat disandari kapal-kapal berbobot mati 80.000 ton. Pelabuhan ini memiliki dua buah dermaga untuk melayani kapal-kapal tanker LNG. kapal yang dirancang khusus untuk LNG ini dapat memuat sekitar 125.000 m

. Gas alam cair (LNG) dimuat dalam kapal-kapal khusus melalui sistem pemuatan yang membutuhkan waktu kurang lebih 12 jam.

3

LNG. Kilang LNG juga memiliki 4 tangki penyimpanan kondesat dengan atap terapung, masing-masing berkapasitas 530.000 barrel. Kondesat dimuat ke kapal dengan menggunakan


(44)

sarana pemuat tambatan ganda untuk kapal-kapal berbobot mati antara 30.000- 100.000 ton dan sarana tambatan tunggal untuk kapal dengan bobot mati hingga 280.000 ton.

Gambar 2. Kilang Arun LNG

Lapangan gas alam Arun juga menghasilkan sejenis minyak ringan yang disebut kondensat. Kondesat ini setelah diolah akan menjadi bahan baku untuk plastik, bensin, petrokimia, dan lain-lain.

Pembangunan sarana kilang LNG untuk pencairan gas alam (train) di PT. Arun NGL dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Arun Project I (train 1, 2, dan 3)

Dibangun awal tahun 1974 dan selesai pada tahun 1978. Proyek Arun Project I ini diresmikan oleh bapak Soeharto pada tanggal 19 September 1978 dan


(45)

pengapalan pertama LNG dari train ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 1978 untuk memenuhi permintaan negara Jepang bagian barat. Pada awal tahun 1981, train 1, 2, dan 3 kilang LNG Arun mengalami modifikasi untuk peningkatan produksi menjadi 115% dari rancangan kapasitas semula, sehungga kapasitas setiap train produksi naik menjadi 1,5 juta ton LNG per tahun.

2. Arun Project II ( train 4 dan 5)

Awal Februari 1982 kilang Arun dikembangkan dengan menambah 2 train, yaitu train 4 dan 5, untuk meningkatkan kapasitas produksi sebesar 3,4 juta ton per tahun, untuk diekspor ke Jepang.

Perluasan proyek ini diserahkan kepada Chiyoda Chemical Engineering & Construction Co. Ltd., bekerja sama dengan Mitsubishi Corporation dan PT Purna Bina Indonesia (PBI). Train 4 mulai beroperasi pada bulan Oktober 1983, dan train 5 pada bulan Januari 1984. Peresmian Arun Project II ini dilakukan oleh bapak Soeharto pada tanggal 18 Januari 1984.

3. Arun project III (train 6)

Pengembangan proyek dilanjutkan dengan pembangunan train 6. Rekayasa dan pembangunan train 6 dikerjakan oleh JGC Corporation. Train 6 mulai berproduksi pada bulan Oktober 1986, sebulan lebih cepat dari jadwal. Peresmian Arun Project III ini dilakukan oleh bapak Bustanil Arifin pada tanggal 27 februari 1987. pengapalan pertama LNG dari train 6 ini dilakukan pada tanggal 21 Oktober 1986 untuk memenuhi permintaan negara Korea Selatan.

Pada tanggal 15 Juli 1986 Pertamina menandatangani kontrak pembelian dengan konsumen Jepang, dan sebagai realisasi dari kontrak ini dibangunlah kilang LPG yang terletak di area kilang LNG Arun Lhokseumawe dan kilang


(46)

LNG Badak di Bontang. Pembangunan sarana LPG dimulai bulan Februari 1987 dan selesai pada bulan Oktober 1988. Proyek ini dikerjakan oleh JGC Corporation.

Pengapalan pertama LPG dilakukan pada bulan Agustus 1988 dari kilang Arun. Produksi LPG dari kedua sarana tersebut (LNG Arun Lhokseumawe dan LNG Badak Bontang) mencapai 2 juta ton per tahun, dan dari jumlah tersebut kira-kira 1,5 juta ton dihasilkan oleh kilang Arun.

Sebagai upaya untuk memenehui target produksi yang telah ditentukan, PT. Arun telah menyelesaikan suatu proyek peningkatan kapasitas di kilang LNG yang dimulai pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1993. Beberapa peralatan telah dimodifikasi sehingga dapat beroperasi pada tingkat 138% dari kapasitas rancang awal. Dengan demikian kemampuan produksi menjadi lebih dari 2 juta ton LNG per train per tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan gas, beberapa sumber gas baru dikembangkan. Ladang gas Lhoksukon Selatan yang terletak 15 km di selatan ladang gas Arun mulai beroperasi. Kemudian menyusul ladang gas Pase yang lebih ke selatan lagi dan juga ladang gas NSO (Nort Sumatera Offshore) yang terletak 170 km lepas pantai timur laut dari kilang LNG Arun dan beroperasi sebelum tahun 2000. Sumber-sumber gas baru tersebut akan menjamin cukupnya catu gas untuk memenuhi kontrak penjualan LNG sampai dengan tahun 2015.

Sebagai upaya mempertahankan produksi maka diupayakan pencarian sumber baru seperti North Sumatra OffShore (NSO). Sejak 1 Januari 2000 PT. Arun NGL hanya mengoperasikan 5 train akibat sumber gas yang sudah menipis dan satu train lagi yaitu train 2 difungsikan sebagai train standby, karena material


(47)

yang terdapat dalam train ini tidak dapat beroperasi lagi secara maksimal. Namun mulai awal 2005 hanya 3 train yang beroperasi.

3. 2.4 Sejarah Singkat Berdirinya NSO Plant

Pada tahun 1972 ditemukan sumber gas alam lepas pantai di North

Sumatra Offshore (Nso), terletak di Selat Malaka pada jarak sekitar 107,6 km dari

kilang Arun LNG di Blang Lancang danberada pada kedalaman laut ±350 ft. Selanjutnya pada tahun 1998 dilakukan pembangunan proyek NSO yang meliputi unit pengolahan gas untuk fasilitas lepas pantai (OffShore) dan di PT. Arun NGL. Fasilitas ini dibangun untuk mengolah ±450 mmscfd gas alam dari platform

OffShore sebagai tambahan bahan baku gas alam dari ladang Arun Lhoksukon

yang semakin berkurang.

Tujuan dari pembangunan kilang NSO ini adalah untuk melakukan proses pengolahan guna memenuhi spesifikasi bahan baku yang sesuai dengan persyaratan proses pencairan gas alam yang sudah ada di kilang Arun LNG. Hal ini dilakukan mengingat komposisi gas alam dari NSO mengandung kadar CO2 dan 15% H2S. Mengingat kadar H2S yang sangat tinggi dalam feed gas dari ladang NSO ”A” maka perlu digunakan teknologi terbaik yang tersedia saat ini dan bisa disebut Best Available Control Technology (BATC) agar tidak menimbulkan pencamaran.

3. 2. 5. Struktur Organisasi PT. Arun NGL

Tujuan utama dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memudahkan setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas – aktivitas perusahaan yang pada


(48)

intinya akan memberikan batasan yang jelas antara wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada dalam suatu perusahaan.

PT. Arun NGL merupakan suatu badan usaha yang bergerak di bidang industri pencairan gas alam, yang mana keberhasilan perusahaan ditentukan oleh sistem manajemen yang dijalankan. Karena itu PT. Arun menerapkan struktur organisasi garis lurus dimana setiap perintah dan tanggung jawab berlangsung dari atas ke bawah, dalam hal ini karyawan menerima tugas dan tanggung jawab.

STRUKTUR ORGANISASI PT ARUN NGL

PRESIDENT DIRECTOR PRESIDENT DIRECTOR

Sistem organisasi PT. Arun NGL pada saat ini masih dalam perubahan yaitu proses restrukturisasi organisasi melalui Work Process Reengineering. Pada saat ini PT. Arun melaksanakan kegiatan program perubahan organisasi yang lama dengan melibatkan pihak-pihak seperti Cambridge Management Consulting,

VICE PRESIDENT DIRECTOR

SECRETARY

PLANT OPER. SUPP. DIV. MANAGER

PRODUCTION DIV. MANAGER SERVICE & DEV.

DIV. MANAGER

PUBLIC RELATIONS SUPERINTENDENT FINANCE & ACCOUNTING SUPERINTENDENT TEAM COUNTINOUS

IMPROVEMENT GENERAL AUDITOR


(49)

konsultan yang ditunjuk PT. Arun NGL, Management Change Team, anggota manajemen PT. Arun NGL (Manager and Superintendent), Task Force.

Perubahan yang dilakukan tersebut pada saat ini memasuki fase pemeliharaan dan pemantapan. Sebelum organisasi baru dikembangkan mereka menetapkan prinsip-prinsip pengembangan organisasi baru. Pengembangan organisasi baru tersebut bertujuan untuk penyederhanaan proses kerja.

Dalam melakukan aktivitasnya, PT. Arun NGL dipimpin oleh seorang President Director yang berpusat di Jakarta. Untuk kegiatan operasionalnya dijalankan oleh seorang wakil President Director yang berkedudukan di lokasi pabrik (plant site) yaitu ditunjuk seorang Vice President Director (VPD), yang mana VPD ini membawahi tiga divisi dan tiga seksi dan bertanggung jawab kapada VPD. Divisi –divisi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Production Division (Divisi I)

Tugas utama dari divisi ini adalah mengolah gas alam menjadi gas alam cair (LNG), merencanakan produksi LNG dan kondesat, menyimpan LNG dan kondesat, mengapalkannya ke tempat tujuan serta mencegah terjadinya kerugian perusahaan. Divisi production membawahi empat seksi, yaitu :

a. Seksi LNG/ NSO Process

b. Seksi Utilities

c. Seksi Storage/ Loading & Shipping


(50)

2. Plant Operation Support Division (Divisi II)

Divisi ini bertugas untuk memelihara sarana dan prasarana kerja yang terkait dengan pemprosesan gas alam cair (LNG) dan menjaga kehidupan keluarga di perumahan perusahaan. Divisi ini membawahi empat seksi, yaitu :

a. Seksi Maintenance Support

b. Seksi Plant Area Maintenance

c. Seksi Technical and Engineering Service

d. Seksi Supply Chain

3. Service And Development Division (Divisi III)

Tugas utama dari divisi ini adalah untuk memberikan pelayanan (service) dalam bidang kepegawaian, fasilitas, sarana dan prasarana kerja. Divisi ini bertugas mendukung pelaksanaan tugas divisi lainnya dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan. Divisi ini juga dapat disebut sebagai divisi penunjang. Divisi ini membawahi tiga seksi, yaitu :

a. Seksi HR

b. Seksi Facilities Services

c. Seksi Legal Affairs

Selain tiga divisi yang telah penulis uraikan, ada tiga seksi yang bertanggung jawab langsung kepada Vice President Director, yaitu :

a. Finance & Accounting Section

Bertugas menangani administrasi keuangan perusahaan, seperti membayar


(51)

mengolah budget perusahaan dengan mengkoordinir seluruh budget yang diperlukan semua divisi, merevisi budget, dan membuat laporan keuangan setiap bulan pada akhir tahun.

b. Continous Improvement Team Section

Continous Improvement Team Section ini melakukan evaluasi terhadap perubahan organisasi perusahaan pada masa yang akan datang. Berdasarkan kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak untuk masa yang akan datang.

c. Public Relations Section

Tugasnya adalah menangani hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat, baik masyarakat PT. Arun ataupun di luar PT. Arun. Seksi ini mengkomunikasikan kebijakan dan kegiatan PT. Arun kapada masyarakat melalui media cetak dan elektronik. Seksi ini juga menangani program pengembangan masyarakat (community development) dengan merencanakan dan mendistribusikan bantuan-bantuan baik material maupun jasa. Seksi ini bertugas melayani tamu-tamu perusahaan yang berkunjung ke PT. Arun. Oleh karena itu, pegawai di seksi ini dituntut untuk menguasai ilmu protocoler dan interpersonal skill yang tinggi guna menjaga citra perusahaan. Seksi ini juga mengkoordinir perayaan hari-hari besar dan acara resmi perusahaan.

General Auditor Section

Secara struktural organisasi General Audit bertanggung jawab ke President Director di Jakarta, tetapi karena General Audit ini berkantor di plant site, maka secara tidak langsung pelaporan dan pengawasan tetap di bawah Vice President


(52)

Director (VPD). Seksi ini bertanggung jawab untuk memeriksa aliran keuangan dan kewajaran pemakaian setiap asset atau harta benda milik perusahaan yang dipakai untuk keperluan proses kilang maupun keperluan administrasi di kantor PT. Arun NGL.

3. 2. 6. Struktur Organisasi Public Relations PT. Arun NGL

Secara umum, Job Description dari Public Relations (PR) pada PT. Arun NGL, yaitu :

• Memberikan penerangan yang berkaitan dengan kepentingan organisasi dan kepentingan khalayaknya.

• Mengukur dan menafsirkan sikap, pendapat dan perilaku masyarakat terhadap organisasi.

• Melaksanakan dan mengembangkan setiap program-program yang berhubungan dengan usaha menciptakan saling pengertian antara organisasi dan masyarakat/ publiknya.

• Melakukan evaluasi internal sejauh mana terjadinya kerja sama harmonis dan sampai dimana telah terciptanya persepsi masyarakat dan citra organisasi.


(53)

STRUKTUR ORGANISASI PR PT. ARUN NGL

Struktur organisasi yang digunakan pada Public Relations section adalah berbentuk garis lurus, dimana setiap bawahan langsung bertanggung jawab kapada atasannya dalam melaksanakan tugasnya. Public Relations (PR) dipimpin oleh seorang Superintendent yang membawahi dua orang Supervisor, yaitu Community Development dan Public & Government Relations.

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian tersebut adalah:

VICE PRESIDENT DIRECTOR

PUBLIC RELATIONS SUPERINTENDENT

SECRETARY

COMMUNITY DEVELOPMENT

SUPERVISOR PUBLIC & GOV. RELS.

SUPERVISOR

PROTOCOL & MEDIA OFFICER

ADM. CLERK

COMMUNITY

DEVELOPMENT OFFICER


(54)

1. Community Development

a. mengkoordinir pembuatan program donasi, memproses serta mendistribusikan sumbangan-sumbangan dari perusahaan kepada pemerintah dan masyarakat. b. melayani tamu pemerintah dan masyarakat dengan memberikan informasi yang

sesuai dengan peraturan perusahaan.

c. menganalisa setiap surat yang masuk dan melaksanakn disposisi dari Superintendent sesuai dengan petunjuk menajemen.

d. mendukung kegiatan BDI (Badan Dakwah Islam), PWP (Persatuan Wanita Patra), BPK, dan kegiatan lainnya.

e. menghadiri atau mewakili undangan dan pertemuan pemerintah dan masyarakt dalam upaya menjaga, memelihara, serta membina hubungan baik perusahaan dengan publik.

f. mengkoordinir pembuatan budget bulanan dan lain-lainnya.

2. Public & Government Relations

a. melayani tamu pemerintahan.

b. mengkoordinir perjalanan manejemen ke daerah-daerah. c. menghadairi undangan dan mewakili perusahaan.

d. mengkoordinir pelaksanaan upacara bendera dan hari besar nasional. e. mengkoordinir pembuatan press release.

f. mengkoordinir penyiapan souvenir untuk perorangan/lembaga/pemerintah. g. mengkoordinir penerbitan buletin Arun.


(55)

3. 3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 1995 : 141).

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Desa Lingkungan, Kecamatan Muara Satu, Kabupaten Aceh Utara

Desa Jumlah per kepala keluarga Jumlah jiwa

Ujong Pacu 236 1297

Blang Naleung Mameh 513 2311

Batuphat Barat 1789 9204

Batuphat Timur 1289 6575

Blang Pulo 815 3584

Padang Sakti 584 2746

Meunasah Dayah 325 1462

Paloh Punti 289 1279

Meuriya Paloh 547 2611

Blang Panyang 342 1613

Jumlah 6729 32682


(56)

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh penduduk Desa Lingkungan PT. Arun NGL di kecamatan Muara Satu yang berumur 17 - 45 tahun. Adapun alasan peneliti memilih populasi tersebut karena daerah tersebut berbatasan langsung dengan lokasi kilang LNG dan merupakan desa Lingkungan PT. Arun NGL. Batasan usia dilakukan karena usia17- 45 tahun ini merupakan usia produktif, dianggap menaruh perhatian, dan pernah mengikuti/ terlibat langsung dalam program eksternal public relations PT. Arun NGL. Jumlah masyarakat desa Lingkungan di kecamatan Muara Satu sebanyak 32682 jiwa, dan yang layak dijadikan objek penelitian adalah sebanyak 6729 jiwa.

b. Sampel

Secara sederhana, sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, atau bisa juga diartikan sebagai sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memperoleh perlakuan penelitian yang secara keseluruhan mempunyai sifat populasi. Sampel merupakan wakil yang bersifat representatif dari populasi, khususnya dalam hal pendataan (Bulaeng, 2004: 156).

Berdasarkan populasi yang ada, maka untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%. Rumus ini digunakan untuk populasi yang besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi (Kriyantono. 2006: 160).

n = N N (d)2 + 1


(57)

= 6729

67,29 + 1 = 6729

68,29 = 98,5 = 99 orang

Keterangan : N = Populasi n = Sampel

d = Presisi (yang digunakan adalah 10% atau 0,1)

Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 99 orang. Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak dijadikan sampel digunakan teknik Proporsional Random Sampling. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel dengan rumus :

N = n l x n N

Keterangan: nl :jumlah jiwa n : jumlah sampel N : populasi

Berdasarkan rumus di atas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap desa yaitu :


(58)

Tabel 2.

Proporsional Random Sampling

Desa Populasi Penarikan Sampel Sampel

Ujong Pacu 236

6729

236 × 99 3 Blang Naleung Mameh 513

6729

513 × 99 8

Batuphat Barat 1789

6729

1789 × 99 26

Batuphat Timur 1289

6729

1289 × 99 19

Blang Pulo 815

6729

815 × 99 12

Padang Sakti 584

6729

584 × 99 9

Paloh Dayah 325

6729

325 × 99 5

Paloh Punti 289

6729

289 × 99 4

Paloh Meuriya 547

6729

547 × 99 8

Blang Panyang 342

6729

342 × 99 5

Jumlah 99

3. 4. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah:

a. Stratified Proporsional Random Sampling

Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel (Rakhmat, 2004: 79).


(59)

b. Purposive Sampling

Penarikan sampel dengan teknik ini adalah penarikan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian ( Nawawi, 1995 : 157). Kriteria sampelnya adalah masyarakat desa Lingkungan PT. Arun NGL di kecamatan Muara Satu, Kabupaten Aceh Utara, yang berumur 17- 45 tahun yang pernah terlibat dalam program eksternal Public Relations PT. Arun NGL.

3. 5. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Variabel Bebas (X)

External Public Relations 1. Kegiatan 2. Intensitas 3. Media 4. Komunikator

a. capability b. contex c. clarity d. credibility


(60)

Variabel Terikat (Y) Sikap Publik

1. Komponen kognitif:perhatian,pengetahuan 2. Komponen afeksi : sikap suka atau tidak

suka, sikap mendukung atau tidak mendukung, sikap puas atau tidak puas

3. Komponen konatif : keinginan bertindak, kecenderungan bertindak.

3. 6. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46).

Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Eksternal Public Relations)

1. Kegiatan : kegiatan-kegiatan eksternal yang dilakukan oleh Public Relations PT. Arun.

2. Intensitas : tingkat keseringan pesan/ informasi/ kebijakan perusahaan, dantingkat keseringan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya eksternal.

3. Media : media-media yang digunakan dalam menyampaikan pesan/ informasi/ kebijakan perusahaan.


(61)

4. Komunikator : penilaian terhadap petugas Public Relations PT. Arun.

a. capability : kemampuan berkomunikasi petugas public relations PT. Arun dalam menyampaikan pesan/ informasi/ kebijakan perusahaan.

b. contex : kemampuan petugas public relations PT. Arun dalam menanggapi keluhan masyarakat.

c. clarity : kejelasan pesan yang disampaikan oleh petugas Public Relations PT. Arun.

d. credibility : nilai kepercayaan publik terhadap petugas Public Relations PT. Arun.

2. Variabel Terikat (Sikap Publik) 1. Komponen kognitif, yaitu:

Perhatian : perhatian responden terhadap segala upaya yang dilakukan oleh petugas public relations PT. Arun NGL.

Pengetahuan : pengetahuan yang diperoleh responden tentang kegiatan eksternal public relations PT. Arun NGL.

2. Komponen afektif, yaitu :

Sikap suka atau tidak suka adalah sikap suka atau tidak suka responden terhadap pesan yang disampaikan oleh petugas public relations PT. Arun NGL dan sikap suka atau tidak suka terhadap kegiatan eksternal public relations PT. Arun NGL. Sikap mendukung atau tidak mendukung adalah sikap mendukung atau tidak mendukung responden terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan Public Relations PT. Arun NGL yang sifatnya eksternal.


(62)

Sikap puas atau tidak puas adalah sikap puas atau tidak puas responden terhadap segala hal yang telah dilakukan Public Relations PT. Arun NGL.

3. Komponen Konatif

Keinginan bertindak adalah sikap keinginan bertindak responden untuk terlibat dalam kegiatan Public Relations PT. Arun NGL.

Kecenderungan bertindak adalah sikap kecenderungan responden untuk terlibat dalam kegiatan Public Relations PT. Arun NGL.

3. 7. Hipotesa

Hipotesa adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji lebih dulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal ( Kriyantono, 2006: 28). Hipotesa yang diajukan pada penelitian ini adalah :

Ha: terdapat hubungan antara peranan eksternal public relations terhadap sikap publik.

Ho: tidak terdapat hubungan antara peranan eksternal public relations terhadap sikap publik.

3. 8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu:

a) Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian.


(63)

b) Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui :

1. Kuesioner, yaitu alat pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga oleh responden (Nawawi, 1995 : 117). Dalam hal ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada masyarakat di kecamatan Muara Satu.

2. Wawancara, yaitu alat pengumpul data yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh peneliti yang dijawab secara lisan pula oleh responden (Nawawi, 1995 :111). Dalam hal ini peneliti akan berdialog atau mewawancarai pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang hendak diteliti.

3. 9. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh periset melalui perangkat metodologi tertentu ( Kriyantono, 2006: 83). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa, yaitu:

a) Analisa Tabel Tunggal

Merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 266).


(64)

Teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995 : 273).

c) Uji Hipotesa

Uji hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan antara dua variabel, penelitian ini menggunakan Rumus korelasi Rank Order yang dikembangkan oleh Carles Sperman (Bungin, 2005: 197), dengan rumus:

rs =1 – 6 ∑ d2

n (n2-1)

Keterangan:

Rs : koefisien korelasi Rank Order 1 : bilangan konstan

6 : bilangan konstan

d : perbedaan antara pasangan jenjang

∑ : jumlah

n : jumlah sampel

Selanjutnya untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford (Rakhmat, 1997 : 29).

<0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 – 0,40 : Hubungan rendah tapi pasti


(65)

0,71 – 0,90 : Hubungan yang tinggi kuat

>0,90 : Hubungan sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan

Untuk menguji tingkat signifikan digunakan uji ttes

t

, dengan rumus:

2 1

2 rs n rs

− − hitung =


(66)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data

Dalam penelitian ini penulis melalui beberapa tahap proses pengumpulan data, yakni:

4.1.1 Tahap awal

Sebelum melakukan penelitian, penulis mengadakan penjajakan terhadap perusahaan PT. Arun NGL Lhokseumawe melalui program OJT (On the Job Training)/ PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang dimulai pada tanggal 3 Juli – 31 Agustus 2007. Tujuan dari penjajakan ini adalah untuk mengetahui lebih jauh lokasi penelitian yaitu lokasi desa-desa yang ada di sekitar PT. Arun.

Setelah melaksanakan OJT, penulis meminta surat izin penelitian untuk melakukan penelitian dari FISIP USU. Setelah memperoleh izin untuk melakukan penelitian di Kecamatan Muara Satu serta izin untuk collect data di PT. Arun NGL, peneliti langsung mengumpulkan data di lapangan.

4.1. 2 Pengumpulan data

Mulai tanggal 9 Mei 2007 sampai dengan tanggal 5 Juni 2007, peneliti langsung menyebarkan kuesioner kepada masyarakat kecamatan Muara Satu. Peneliti memilih 99 orang anggota masyarakat yang pernah terlibat atau mengikuti program eksternal Public Relations PT. Arun NGL untuk dijadikan responden.

Kuesioner penelitian berisi 9 pertanyaan yang terdiri dari beberapa item-item yang harus dijawab seluruh responden. Dalam menjawab pertanyaan pada


(67)

kuesioner, peneliti membimbing responden yang kurang mengerti dan mengartikan agar tidak ada satu pertanyaanpun yang terlewatkan. Penyebaran kuesioner ini peneliti lakukan di seluruh desa Lingkungan PT. Arun yang terdapat di kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, kecuali desa Cotrieng.

4.2. Proses Pengolahan Data

Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dari 99 orang responden, peneliti memulai pengolahan data. Adapun tahap pengolahan data yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Penomoran kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal (0-99).

b. Editing

Tahap editing adalah tahap dimana peneliti mengedit jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan saat megisi data ke dalam kotak kode yang disediakan.

c. Coding

Tahap ini adalah tahap dimana jawaban-jawaban responden diberi skor tertentu yang skor tersebut diisikan ke dalam kotak kode yang terdapat pada kuesioner.

d. Inventarisasi Variabel

Pada tahap ini peneliti memindahkan angka/ skor dari setiap jawaban pertanyaan kuesioner ke dalam lembar Foltron Cobol (FC) untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya.


(1)

t ⇔ = 60 78 , 0 120− t ⇔ = 60 22 , 119 t

⇔ = 1,987

Dari hasil perhitungan tersebut terdapat perbedaan antara nilai thitung dengan nilai ttabel , yaitu nilai thitung > ttabel (5,686 > 1,987) pada tingkat signifikansi 0,05. Jika thitung > ttabel , maka hubungannya signifikan.

4. 6 Pembahasan

Setelah analisa data dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesa. Pengukuran tingkat hubungan diantara dua variabel yang linear dapat menggunakan Koefisien Korelasi Spearman, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Pengujian hipotesa dimulai dengan meranking skor variabel X dan variabel Y dari 99 responden. Dari hasil perhitungan didapatkan rs = 0,50. maka hipotesa diterima. Dengan demikian dapat dibuat suatu pernyataan bahwa rs > 0, sehingga hipotesa yang menyatakan ”Terdapat Hubungan Antara Peranan Eksternal Public Relations PT. Arun NGL Terhadap Sikap Publik di Kecamatan Muara Satu” di terima.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari hasil hipotesa tersebut, maka dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung. Setelah dihitung ternyata nilai thitung > ttabel (5,686 > 1,987). Dengan demikian pernyataan korelasi thitung > ttabel diterima. Tingkat signifikansi dari suatu penelitian tergantung dari adanya


(2)

pengaruh yang kuat dari variabel X ke variabel Y. Ini berarti Peranan Eksternal Public Relations berpengaruh Terhadap Sikap Publik dan hubungan kedua variabel adalah signifikan.

Hasil dari uji hipotesa merupakan akhir dari analisa data. Setelah nilai-nilai diperoleh, maka akan dibuat kesimpulan pada Bab V.


(3)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengujian dan analisa data yang telah dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka penelitian tentang “Eksternal Public Relations dan Sikap Publik” ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Muara Satu (masyarakat Lingkungan PT. Arun) mengetahui kegiatan-kegiatan eksternal public relations yang dilakukan PT. Arun, tetapi intensitas informasi yang diperoleh masyarakat melalui media Humas/ public relations masih kurang.

2. PT. Arun banyak membantu dalam bidang keagamaan, seperti pembangunan sarana ibadah (mesjid, mushalla,balai pengajian, pesantren), mensponsori acara-acara keagamaan (isra’ mi’raj, maulid nabi), pemberian bahan-bahan pokok pada bulan ramadhan, dan lain-lain.

3. Hasil dari uji hipotesa penelitian ini ditemukan bahwa thitung > ttabel. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat hubungan antara Eksternal Public Relations dan Sikap Publik.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan survei yang diperoleh peneliti selama penelitian, peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin berguna, yaitu:

1. Kepada pihak manajemen PT. Arun NGL, sebaiknya menempatkan karyawan sesuai dengan keahliannya/ bidangnya (the right man on the right place), sehingga tujuan dari perusahaan lebih mudah tercapai.

2. Kepada Public Relations/ Humas PT. Arun NGL, apabila memungkinkan lebih sering mengadakan semacam riset/ survey terhadap masyarakat, tentunya dengan terjun langsung ke lapangan dengan berbagai pendekatan sehingga bisa mengerti dan memahami keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat serta masyarakat merasa lebih diperhatikan. 3. Informasi melalu media hendaknya lebih diefektifkan lagi, hal ini sedikit


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi.

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Dayakinsi, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. Center, H. Allen, dkk. 2002. Public Relations Practices Managerial Case Studies

and Problems. New Delhi: Prentice-Hall of India Private Limited.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Gozali, Dodi M. 2005. Communication Measurement Konsep dan Aplikasi Pengukuran Kinerja PR. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Iriantara, Yosal. 2004. Community Relations Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jefkins, Frank. 1995. Public Relations. Jakarta : Erlangga.

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-dasar Hubungan Masyarakat. Bogor :Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.

Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Ruslan, Rosady. 1999. Praktik dan Solusi Public Relations: Dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta: Ghalia Indonesia.

---. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3S.

Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relations Perusahaan: Kajian, Program, dan Implementasi. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia.