Penggunaan N-heptana Sebagai Pelarut Pengekstraksi
13 peralatan [7]. Ayers dan Dooley [33] mengekstraksi biji kapas pada skala
laboratorium dengan berbagi macam pelarut termasuk pelarut heksana dan heptana. Jumlah minyak yang di ekstraksi oleh kedua pelarut tersebut sama, tetapi
kehilangan akibat
refining
dan warna minyak bervariasi. Mereka juga mencatat bahwa perbedaan warna minyak tergantung pada kandungan asam lemak bebas
FFA dari bji. Secara umum minyak yang diekstraksi dengan heksana memiliki warna yang lebih tajam dibanding dengan heptana dan juga fosfolipid yang
diekstraksi dengan heptana lebih tinggi dibanding dengan heksana [7]. Heksana sangat beracun bagi sistem saraf perifer sedangakan heptana hanya
sedikit beracun. Ini merupakan keuntungan besar bagi hepatana. Selain itu heptana juga memiliki titik didih 98
o
C pada 1 atm yang 30
o
C lebih besar dari titik didih heksana. Menggunakan pelarut dengan titik didih tinggi lebih
menguntungkan karena proses difusi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi dan membran sel lebih mudah pecah dan mengeluarkan minyak. Karena heptana
kurang volatil dibandingkan heksana, maka akan sedikit residu yang tertinggal pada peralatan [29]. Heksana sangat volatil dan didalam tubuh manusia
dimetabolisasi menjadi 2,5-heksana dion yang merupakan senyawa neurotoksik. Telah dikemukakan bahwa paparan heksana atau 2,5-heksana dion yang terus
menerus mengakibatkan hilanya fungsi sensorik dan motorik serta perubahan pada protein neurofilamen aksonal. Penelitian pada hewan telah jelas
menunjukkan bahwa n-heksana jauh lebih toksik ke saraf perifer tikus daripada n- heptana. Studi paparan pada manusia juga telah dilakukan, sebagai contoh setelah
periode 6 bulan kerja, dilaporkan bahwa paparan heksana menyebabkan seorang pekerja dengan usia 27 tahun menderita neuropati optik yang dapat menyebabkan
kebutaan [34].