Rekam Medis TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rekam Medis

Rekam medis merupakan hasil aktivitas pencatatan pada suatu rumah sakit atau suatu institusi pelayanan kesehatan yang berupa data. Data tersebut meliputi data sosial maupun data medis pasien rawat jalan dan rawat inap serta diproses oleh seorang tenaga rekam medik ataupun paramedis sehingga menjadi informasi yang berguna bagi rumah sakit. Adapun pengertian rekam medis adalah himpunan fakta- fakta yang berhubungan dengan riwayat hidup dan kesehatan tentang seorang pasien tersebut yang ditulis oleh professional dibidang kesehatan Huffman, 1994. Kelengkapan pengisian berkas rekam medis oleh tenaga kesehatan akan memudahkan tenaga kesehatan lain dalam memberikan tindakan atau terapi kepada pasien. Selain itu juga sebagai sumber data pada bagian rekam medik dalam pengolahan data yang kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam menentukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan pelayanan kesehatan Depkes RI, 1997. Penyajian informasi harus disesuaikan dengan nilai kegunaan, kedudukan dan fungsi masing-masing bagian. Dokter misalnya, tidak membutuhkan laporan keuangan pelayanan kesehatan. Begitu pula dengan manajer yang perlu mengetahui informasi dalam bentuk laporan dan statistik dari masing-masing bagian untuk mendukung dalam pengambilan keputusan. Informasi adalah data yang telah diolah dan dianalisa secara formal dengan cara yang benar dan efektif, sehingga hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan manajemen Sabarguna, 2005. Dasar pemikiran tentang pentingnya kelengkapan rekam medis rumah sakit mengacu kepada Permenkes 269 tahun 2008 tentang rekam medis dalam bab 5 pasal 13 menyebutkan rekam medis dapat dimanfaatkan sebagai: a pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, b alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi, c keperluan pendidikan dan penelitian, d dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan, dan e data statistik kesehatan. Dalam buku pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia 1997 disebutkan tujuan rekam medik adalah menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan kesehatan di rumah sakit. Tertib administrasi di rumah sakit mustahil akan berhasil sebagaimana yang diharapkan tanpa didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam medik yang baik dan benar. Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain: 1. Administrasi, suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggungjawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapi tujuan pelayanan kesehatan. 2. Medis, suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai medik karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien. 3. Aspek hukum, suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminnan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan. 4. Aspek keuangan, suatu rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya mengandung datainformasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan. 5. Penelitian, suatu rekam medis mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 6. Pendidikan, mempunyai nilai pendidikan karena isinya menyangkut data dan informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medk yang diberikan kepada pasien. 7. Dokumentasi, mempunyai nilai dokumenter karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasi dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit Dokumentasi yang diisi oleh perawat yaitu asuhan keperawatan dalam rekam medis merupakan bagian dari media komunikasi diantara perawat yang melakukan asuhan keperawatan secara tim atau dengan tim kesehatan yang lain serta pihak lain yang memerlukan dan yang berhak mengetahuinya. Diantara semua manfaat rekam medis, yang terpenting adalah aspek legal rekam medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam rekam medis, petugas hukum dapat menentukan benar tidaknya telah terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut Depkes RI, 1997. Pengelolaan rekam medis yang baik dan benar perlu didukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan staf sub bagian rekam medis, peningkatan fungsi dan peran panitia rekam medik, peningkatan kompensasi, peningkatan disiplin waktu kerja, peningkatan sosialisasi buku pedoman pengelolaan rekam medis, peningkatan prasarana fisik dan sarana, dilaksanakan sistim pemberian penghargaan dan teguran terhadap petugas yang telah melaksanakan pengelolaan dengan baik dan tidak baik serta untuk masa akan datang digunakan sistim komputerisasi rekam medik dimana bila salah satu petugas tidak mengisi rekam medis maka secara otomatis jasa produksi tak keluar Depkes RI, 1997. Di institusi pelayanan kesehatan rekam medis merupakan salah satu bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan, karena di dalam rekam medis berisi data klinis pasien selama proses diagnosis dan pengobatan. Oleh karena itu setiap kegiatan pelayanan medis harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat untuk setiap pasien dan setiap petugas kesehatan wajib mengisi rekam medis dengan benar, lengkap dan tepat waktu. Dengan berkembangnya evidence based medicine dimana pelayanan medik yang berbasis data sangatlah diperlukan maka data dan informasi pelayanan medik yang berkualitas terintegrasi dengan baik dan benar sumber utamanya adalah data klinis dari rekam medis. Data klinis yang bersumber dari rekam medis semakin penting dengan berkembangnya rekam medis elektronik, dimana setiap entri data secara langsung menjadi masukan input dari sistem manajemen informasi kesehatan. Manajemen informasi kesehatan adalah pengelolaan yang memfokuskan kegiatannya pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi pelayanan kesehatan dengan menjabarkan sifat alami data, struktur dan menerjemahkannya ke berbagai bentuk informasi demi kemajuan kesehatan dan pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Penanggung jawab manajemen informasi kesehatan berkewajiban untuk mengumpulkan, mengintegrasikan dan menganalisis data pelayanan kesehatan primer dan sekunder, mendesiminasi informasi, menata sumber informasi bagi kepentingan penelitian, pendidikan, perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi. Rekam medis sangat terkait dengan manajemen informasi kesehatan karena data-data di rekam medis dapat dipergunakan sebagai a alat komunikasi informasi dan dasar pengobatan bagi dokter dan dokter gigi dalam memberikan pelayanan medis, b masukan untuk menyusun laporan epidemiologi penyakit dan demografi data sosial pasien serta sistem informasi manajemen rumah sakit, c masukan untuk menghitung biaya pelayanan, d bahan untuk statistik kesehatan dan e sebagai bahan pendidikan dan penelitian data. Agar data di rekam medis dapat memenuhi permintaan informasi diperlukan standar universal yang meliputi : a struktur dan isi rekam medis, b keseragaman dalam penggunaan simbol, tanda, istilah, singkatan dan ICD, dan c kerahasiaan dan keamanan data. Penelitian Setyawan 2005 tentang pengelolaan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta menyimpulkan pengisian berkas rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Haji Jakarta yang dilakukan oleh tenaga pelaksana belum dilaksanakan dengan baik, karena masih ada beberapa tenaga medik maupun paramedis yang belum sempurna dalam melakukan pengisian karena kendala-kendala yang ada. Untuk mengatasi hat tersebut, prosedur pengelolaan rekam medis yang sudah bagus terutama untuk rawat inap memang perlu setiap kali disosialisasikan khususnya kepada tenaga pelaksana rekam medis di Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian Kodyat 2005, tentang pemanfaatan rekam medis sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan manajemen rawat inap di Rumah Sakit Puri Cinere, menyimpulkan bahwa dengan bergesernya paradigma baru pengelolaan rekam medis, sudah dituntut agar rekam medis harus diolah secara profesional untuk memperoleh baik informasi manajemen yang berguna untuk perencanaan dan pengembangan rumah sakit dan infornasi untuk pemberian pelayanan asuhan keperawatan yang bermutu. Penelitian Rasjid 2003 tentang optimalisasi pencatatan rekam medis rawat inap dalam sistem informasi manajemen Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung, menyimpulkan pencatatan merupakan prioritas yang perlu dikembangkan dari lima prosedur penyelenggaraan rekam medis rawat inap. Proses pencatatan melibatkan petugas terkait dengan perekaman medik, perbaikan terhadap proses dengan terlebih dahulu harus merubah kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku dalam proses pencatatan. Pencatatan yang baik dan benar merupakan aspek penting dalam menciptakan tertib tatalaksana perekaman medik pasien rawat inap di Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung. Pelatihan merupakan salah satu alternatif dalam memberdayakan sumber daya manusia ke arah perubahan sikap dan pengembangan pengetahuan serta keterampilan kerja. Perencanaan jangka panjang dalam pengisian formasi pegawai pada bagian rekam medik dan tata-usaha perawatan oleh ahli madya perekam medik dan atau informasi kesehatan merupakan jawaban untuk dapat menghasilkan informasi medik yang sesuai kebutuhan Penelitian Novayanti 2000 tentang analisis sistem informasi rekam medis rawat inap studi kasus RS. Atang Sanjaya, menyimpulkan bahwa sistem informasi rekam medis rawat inap yang akan dibangun harus mengubah prosedur dasar yang selama ini digunakan agar sejalan dengan penggunaan komputer dalam prosesnya. Setelah ditemukan usulan sistem yang cocok, maka untuk diimplementasikan dan dioperasikan secara keseluruhan harus disertai dengan tahap pembangunan fisik komputer dibeberapa bagian dalam sistem rawat inap RS Atang Senjaya. Disarankan agar pengembangan yang akan dilakukan terintegrasi dengan sistem-sistem yang lain dalam rumah sakit agar penggunaan teknologi komputer dapat dimanfaatkan dengan baik dan memuaskan, serta dapat membantu rumah sakit untuk menjaga kualitas pelayanan dan memperoleh loyalitas pasien untuk berobat. Penelitian Anggriani 2001 tentang analisis pelaksanaan peraturan perundang-undangan rekam medik dalam pengisian rekam medis instalasi rawat inap di RSUP Persahabatan sebagai alat bukti dalam tuntutan hukum, menyimpulkan bahwa sebagian besar tenaga kesehatan sebenarnya mengetahui ada peraturan perundang-undangan rekam medik namun isinya belum begitu dipahami sehingga penerapan di lapangan berdasarkan pengalaman saja dan masih ada ketentuan yang belum dapat terlaksana dengan baik. Peraturan perundang-undangan yang ada sekarang masih cukup memadai, namun ke depan dalam mengantisipasi perkembangan teknologi perlu dibuat aturan yang baru baik hasil revisi peraturan yang sudah ada maupun membentuk peraturan yang baru. Salah satu kegunaan rekam medik adalah aspek legal. Rekam medis dapat menjadi alat bukti bagi dokter dan perawat yang terkena tuntutan kelalaian. Dokter dapat melindungi diri sendiri dari tuntutan ataupun gugatan melalui apa yang dia tulis. Rekam medis dapat menjadi alat bukti yang kuat bagi dokter dan perawat apabila rekam medis diisi secara tengkap, akurat, tepat waktu dan memenuhi persyaratan hukum. 2.2. Faktor Individual Faktor individual yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu a faktor individual yang mencakup kebutuhan-kebutuhan needs, tujuan-tujuan goals, sikap-sikap attitudes, dan kemampuan-kemampuan abilities Gomes, 2003. Menurut Widjaja 1996 bahwa motivasi adalah psikologis tertentu dalam diri seseorang yang muncul oleh karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dari motivasi ini kemudian timbul tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan tadi. Mangkunegara 2000 menyatakan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan kondisi pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi tujuan kinerja. Siagian 2002 menyatakan sikap dalam motivasi merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri seseorang untuk berusaha mencapai prestasi kerja yang maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikologik sikap secara mental, fisik, memahami tujuan utama dan dan target kerja yang dicapai, mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Selanjutnya kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat teknis, mekanis dan repetasi, sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir dalam menyelesaikan masalah Siagian, 2002. Sumber daya yang terpenting dalam suatu organisasi adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi agar suatu organisasi dapat tetap eksis. Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik individual menurut Stoner 1986 adalah keinginan, sikap dan kebutuhan seseorang yang dibawa kedalam situasi kerja. Dalam kenyataannya, perbedaan karakteristik individu dan motivasi kerja setiap orang adalah sesuatu yang alami. Tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi, yaitu melipiti : perbedaan karakteristik individu, perbedaan karakteristik pekerjaan dan perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Menurut Siagian 2002 faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang dapat diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas yang terdiri dari delapan faktor yaitu : 1. Karakteristik Biografikal yang meliputi : a. Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan organisasional. Misalnya kaitan usia dengan tingkat kedewasaan seseorang, yang dimaksud disini adalah kedewasaan teknis yaitu keterampilan melaksanakan tugas. b. Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para pekerja merupakan hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. c. Status perkawinan, dengan status perkawinan ini secara tidak langsung dapat memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan bagi para pagawai yang telah menikah dibandingkan dengan pagawai yang belum menikah. d. Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan dilihat dari kaca mata sosial budaya. Pada masyarakat yang menganut konsep “extended family system” yang dianggap menjadi tanggungan seorang pencari nafkah utama keluarga adalah semua orang yang biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah utama tersebut, tidak terbatas hanya pada istri atau suami dan anak- anaknya. Interpretasi ini mempunyai implikasi yang kompleks karena dalam masyarakat demikian, secara formal yang diperhitungkan sebagai tanggungan seorang pegawai hanyalah istri atau suami dan anak-anak kedua orang tua yang bersangkutan, padahal dalam kenyataannya yang menjadi tanggungan seseorang bisa lebih dari jumlah tanggungan yang secara sah diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan. e. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena masa kerja merupakan salah satu indikator kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi organisasional seperti produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk kerja disebabkan karena kejenuhan. 2. Kepribadian Kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi motivasi kerja seseorang karena kepribadian sebagai keseluruhan cara yang digunakan oleh seseorang untuk bereaksi da berinteraksi dengan orang lain. 3. Persepsi Interpretasi seseorang tentang kesan sesnsorinya mengenai lingkungan sekitarnya akan sangat berpengaruh pada perilaku yang pada gilirannya menentukan faktor- faktor yang dipandangnya sebagai faktor organisasional yang kuat. 4. Kemampuan belajar Belajar adalah proses yang berlangsung seumur hidup dan tidak terbatas pada pendidikan formal yang ditempuh oleh seseorang diberbagai tingkat lembaga pendidikan. Salah satu bentuk nyata dari telah belajarnya seseorang adalah perubahan dalam persepsi, perubahan dalam kemauan, dan perubahan dalam tindakan. 5. Nilai-nilai yang dianut Sistem nilai pribadi seseorang biasanya dikaitkan dengan sistem nilai sosial yang berlaku di bebagai jenis masyarakat dimana seseorang menjadi anggota. 6. Sikap Sikap merupakan suatu pernyataan evaluatif seseorang terhadap objek tertentu, orang tertentu atau peristiwa tertentu. Artinya sikap merupakan pencerminan perasaan seseorang terhadap sesuatu. 7. Kepuasan kerja Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif terhadap kehidupan organisasionalnya. 8. Kemampuan Kemampuan dapat digolongkan atas dua jenis yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Kemampuan fisik meliputi kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas-tugas yang bersifat teknis, mekanis dan repetasi, sedangkan kemampuan intelektual meliputi cara berfikir dalam menyelesaikan masalah. Robbins 1996, mengemukakan bahwa variabel di tingkat individu meliputi karakteristik biografis, kemampuan, kepribadian dan pembelajaran. Adapun karakteristik biografis meliputi : usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan dan masa kerja dengan suatu organisasi dari karyawan itu sendiri. Karakteristik kemampuan meliputi kemampuan intelektual dan fisik. Karakteristik pribadi meliputi kepribadian tipe A dan tipe B. Pembelajaran meliputi proses yang terjadi dalam diri untuk meningkatkan kemampuan. Dari uraian di atas, terlihat bahwa setiap karyawan sebagai individu memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini menggambarkan bahwa karakteristik individu tidak sama antara karyawan satu dengan karyawan yang lainnya. Hasil penelitian Hutagalung 2005 menyimpulkan adanya perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap kelompok medisparamedis dan kelompok manajemen terhadap pemanfaatan rekam medis sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan perencanaan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Penelitian Santoso 2001 tentang peran tenaga pengisi rekam medis terhadap kelengkapan, keakuratan, dan memenuhi aspek hukum rekam medis rawat inap umum di RSU Bhakti Yudha Depok, menyimpulkan bahwa kemampuan tenaga pengisi rekam medis yang rendah menyebabkan berkas rekam medis kurang lengkap dan kurang akurat dibandingkan dengan kemampuan tenaga pengisi yang baik. Guna meningkatkan mutu rekam medis rumah sakit, maka upaya yang dimungkinkan adalah menambah tenaga, meningkatkan kualitas dari tenaga yang ada dengan pelatihan secara terus menerus, panitia rekam medik lebih diaktifkan lagi. Selanjutnya sangsi terhadap tenaga pengisi terutama dokter lebih dipertegas. 2.3. Faktor Organisasional Aspek organisasional yang cenderung lebih berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan di institusi kesehatan adalah lingkungan sosial dan psikologis dibandingkan lingkungan fisik. Oleh karena itu telaah tentang lingkungan kerja dalam penelitian ini mengacu kepada pendapat Gomes 2003, meliputi gaji, keamanan kerja, hubungan pekerja, pengawasan dan penghargaan. Menurut Rivai 2004, gaji adalah balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi sebagai statusnya sebagai karyawan yang memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Keamanan kerja merupakan kebutuhan fundamental bagi manusia, kadang- kadang bahkan lebih penting daripada upah dan kesempatan untuk maju. Keamanan kerja dalam hal ini merupakan keselamatan pekerja yang berkaitan dengan tidak terkena pemutusan hubungan kerja PHK, lengkapnya peralatan keamanan, dan lingkungan kerja yang aman. Keamanan kerja dapat dilakukan dengan membuat kondisi kerja yang aman, dengan melengkapi alat-alat pengaman, penerangan sebaik mungkin, dengan melengkapi alat-alat pengaman, dan lain-lain Nitisemito, 1992. Menurut Herzberg dalam Munandar, 2001 hubungan antar pribadi merupakan derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lain. Siagian 2002 menyatakan pengawasan maksudnya untuk menentukan bahwa tenaga kerja harus mengerjakan hal-hal yang telah diinstruksikan atau sesuai dengan tugas dan fungsinya. Menurut Sagir 2002 penghargaan merupakan suatu pengakuan yang diperoleh seseorang atas suatu kinerja yang telah dicapainya dalam suatu organisasi. Penghargaan ini dapat diberikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebijakan organisasi. Faktor organisasional yang mendukung akan sangat berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan dalam suatu pekerjaan yang dilakukan, sehingga perusahaan haruslah mengusahakan agar faktor-faktor yang dalam organisasinya dapat diusahakan sedemikian rupa dan memberi pengaruh positif. Organisasi yang dipersiapkan baik akan mendukung produktivitas kerja karyawan yang lebih baik sehingga kemampuan tenaga kerja juga semakin baik. Kemampuan kerja yang baik akan menghasilkan keluaran organisasi yang lebih baik. Dimana salah satu keluaran itu tercermin dari semangat kerja karyawan. Penelitian Wahjuningtyas 2006 tentang analisis hubungan aplikasi keahlian dan kedisiplinan menulis dokumen medik dokter jaga rawat inap dengan perubahan klinis studi kasus di ruang penyakit dalam, kardiologi, anak dan saraf RSUP Fatmawati Jakarta, menyimpulkan ada hubungan antara proses pelaksanaan pelayanan medik dengan perubahan klinis yang terjadi. Ketepatan pelaksanaan pelayanan medik terhadap SOP RSUP Fatmawati masih rendah rata-rata 34,88, hal ini menunjukkan perlunya dilakukan intervensi oleh pihak rumah sakit untuk memperbaiki kinerja dokter jaga rawat inap ini. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain dapat berupa pendidikan berkelanjutan untuk dokter jaga rawat inap, pembinaan kedisiplinan melalui komite medik, peningkatan peran dokter konsultan spesialis dalam melakukan supervisi, peningkatan sosialisasi SOP dan pembaharuan tatalaksana kerja dokter jaga rawat inap. Penelitian Chairunnisa 2001 tentang kajian aspek kelengkapan dan legalitas mutu rekam medis Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, menyimpulkan dalam pengelolaan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita beberapa formulir tidak diisi dengan lengkap dan legal sehingga tidak memenuhi standar rekam medis rawat inap sebagaimana ditetapkan. Ditemukan juga beberapa faktor yang mempengaruhi pengisian formulir rekam medis. Faktor-faktor tersebut berupa sumber daya tenaga, saranaprasarana, biaya dan prosedur yang ada. Untuk meningkatkan kelengkapan dan legalitas isi rekam medis, panitia rekam medis harus lebih aktif melakukan pertemuan antar unit. Keberadaan unit yang memberikan perlindungan hukum di rumah sakit tampaknya sangat diperlukan. 2.4. Motivasi 2.4.1. Pengertian Motivasi