2. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang
yang datang dari berbagai wilayah, sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. Tempat-tempat tersebut
antara lain sekolah, rumah sakit, pertokoan dll. 3.
Pemukiman baru di pinggir kota. Karena di lokasi ini penduduknya berasal dari berbagai wilayah, maka
kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal Depkes RI,
2005.
2.6.3. Penyebaran Nyamuk Aedes aegypti
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah
lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat-tempat umum.
Nyamuk ini dapat hidup dan berkembangbiak sampai ketinggian ± 1000 meter dari permukaan air laut. Di atas ketinggian 1000 meter tidak dapat berkembangbiak,
karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut Depkes RI, 2005. 2.6.4.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan DBD
Sebagaimana diketahui cara pencegahan dan pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah memberantas vektor yaitu nyamuk penular Aedes aegypti
Emmylia Manalu : Determinan Partisipasi Keluarga Dalam Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
dan pemberantasan terhadap jentik-jentiknya, karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Cara yang dianggap paling tepat
adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN-DBD yang harus didukung oleh peran serta masyarakat.
Apabila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka populasi nyamuk Aedes aegypti akan dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga penularan
DBD tidak terjadi lagi. Upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat harus dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus, karena keberadaan jentik
nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat Depkes RI, 2005. Hadinegoro 2005, menyatakan bahwa strategi dalam pencegahan DBD,
meliputi: 1.
Fogging Fogging dilakukan terhadap nyamuk dewasa dengan insektisida, mengingat
kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan pada dinding rumah. Kegiatan fogging hanya
dilakukan jika ditemukan penderitatersangka penderita DBD lain, atau sekurang- kurangnya ada 3 orang penderita tanpa sebab yang jelas dan ditemukannya jentik
nyamuk Aedes aegypti di lokasi.
2. Penyuluhan kepada masyarakat
Penyuluhan tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui media massa, tempat ibadah, kaderPKK dan kelompok masyarakat lainnya.
Emmylia Manalu : Determinan Partisipasi Keluarga Dalam Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
Kegiatan ini dilakukan setiap saat pada beberapa kesempatan. Selain penyuluhan kepada masyarakat luas, penyuluhan juga dilakukan secara individu melalui
kegiatan Pemantauan Jentik Nyamuk PJB. 3.
Pemantuan jentik berkala Pemantauan jentik berkala dilakukan setiap 3 tiga bulan di rumah dan tempat-
tempat umum. Diharapkan Angka Bebas Jentik ABJ setiap kelurahandesa dapat mencapai lebih dari 95 akan dapat menekan penyebaran DBD.
4. Penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD
Cara yang tepat dalam pencegahan DBD adalah dengan melaksanakan PSN-DBD, dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1. Fisik, cara ini dikenal dengan ”3M” yaitu: menguras dan menyikat bak
mandi secara teratur seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air rumah tangga tempayan, drum dan lain-lain, mengubur,
menyingkirkan atau memusnahkan barang-barang bekas kaleng, ban dan lain-lain.
Berdasarkan fakta ini, Depkes RI telah menetapkan program PSN DBD sebagai program prioritas dalam pencegahan dan penanggulangan DBD
di Indonesia. Sebagai landasan hukum pelaksanaan PSN DBD adalah Surat Keputusan
SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5811002 Tahun 1992 tentang PSN DBD dan Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Demam
Berdarah Dengue POKJANAL, juga ditunjang dengan KEPMENKES
Emmylia Manalu : Determinan Partisipasi Keluarga Dalam Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
1457 Tahun 2003 tentang Standart Pelayanan Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian DBD di Indonesia hingga ke tingkat
kabupatenkota bahkan sampai ke desa. Berbagai bentuk kegiataan PSN DBD yang saat ini dilaksanakan
di Indonesia baik secara nasional maupun regional, antara lain gerakan 3 M menguras, menutup, dan mengubur.
2. Kimia, cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan
insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasida. Larvasida yang biasa digunakan adalah temephos fomulasi yang digunakan
adalah dalam bentuk granule sand granules, dengan dosis 1 ppm atau 100 gram ± 1 sendok makan rata untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan
temophos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Larvasida yang lain yang dapat digunakan adalah golongan insect growth regulato.
3. Biologi, pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan cara biologi adalah
dengan memelihara ikan pemakan jentik ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang dan lain-lain.
Selain itu ditambah juga dengan cara lain: 1.
Mengganti air dalam vas bunga, tempat minum burung, atau tempat-tempat lain yang sejenis seminggu sekali.
2. Menutup lubang-lubang dan potongan bambu.
3. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
4. Memakai obatlotion yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
Emmylia Manalu : Determinan Partisipasi Keluarga Dalam Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru Tahun 2009, 2009
USU Repository © 2008
5. Memasang kawat kasa.
6. Menggunakan kelambu.
7. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
8. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancarrusak Depkes RI, 2007.
2.6.5. Variasi Musiman Nyamuk Aedes aegypti