Analisis Kandungan Nitrat Pada Air Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau Tahun 2012
ANALISIS KANDUNGAN NITRAT PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DESA SARI MAKMUR KECAMATAN PANGKALAN LESUNG
KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2012
SKRIPSI
OLEH: ELSA YULITA NIM. 101000335
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ANALISIS KANDUNGAN NITRAT PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DESA SARI MAKMUR KECAMATAN PANGKALAN LESUNG
KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
ELSA YULITA NIM. 101000335
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:
ANALISIS KANDUNGAN NITRAT PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DESA SARI MAKMUR KECAMATAN PANGKALAN LESUNG
KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN 2012
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh: ELSA YULITA
NIM. 101000335
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Juli 2012 dan
Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr. Surya Dharma, MPH dr. Taufik Ashar, MKM NIP. 19580404 198702 1 001 NIP. 19780331 200312 1 001
Penguji II Penguji III
Ir. Indra Chahaya S, MSi Prof. Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19681101 199303 2 005 NIP. 19650109 199403 2 002
Medan, Juli 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Dekan,
Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001
(4)
ABSTRAK
Air merupakan senyawa penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain di bumi ini. Sumur gali merupakan sarana yang banyak digunakan masyarakat Desa Sari Makmur sebagai sumber air minum dan air bersih. Air sumur gali merupakan air yang berasal dari infiltrasi air hujan yang relatif dekat dari permukaan tanah, sehingga mudah terkontaminasi kakus, kotoran hewan, sampah, dan pupuk.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana objek yang diteliti adalah air sumur gali. Sampel berjumlah 40 air sumur gali yang diambil dari masing-masing keluarga yang terpilih secara acak dari 435 KK. Sampel air kemudian diperiksa kandungan nitratnya di Laboratorium BAPEDALDA Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 sampel air sumur gali, semua sampel positif mengandung nitrat. Hasil pengamatan terhadap karakteristik fisik sumur gali, 5 sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap lantai sumur, 8 (20%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap dinding sumur, 15 (37,5%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap bibir sumur, 19 (47,5%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap lokasi sumur gali, 33 (82,5 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ketempat penimbunan sampah, 36 (90 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke septik tank, 34 (85 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke kandang ternak, semua sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke tempat penyimpanan pupuk. Hasil analisa laboratorium menunjukkan ada satu sampel air yang kandungan nitratnya melebihi nilai ambang batas sesuai PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu sampel nomor 31 dengan kandungan nitrat 100,0502 mg/Liter.
Kepada masyarakat Desa Sari Makmur agar melengkapi persyaratan fisik sumur gali seperti dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur dan jarak sumur ke sumber pencemaran.
(5)
ABSTRACT
Water is an essential compound for human beings and other living which function can not be replaced by any compound on earth. Dug well is a facility that commonly used by the Sari Makmur people as a source for drinking water and cleans water. Dug well water is water that came from infiltration rain water that is relatively close to the ground; therefore it’s easily contaminated by toilets / latrines, manure, garbage, and fertilizer.
This study was a descriptive research, in which the object of the study was dug well water. Well water samples 40 were taken from each family who randomly selected as sample from 435 family. Then the nitrate content of water samples were analyzed in the laboratory of the Regional Environmental Impact Management Agency of North Sumatera.
This study is aimed to determine the nitrate level in dug wells in the oil palm plantation residents Sari Makmur Village.
The results of observation showed that from 40 water samples, all were positive containing nitrate. The result of observation upon the physical characteristics of dug wells, 5 dug wells were qualified. The result of observation upon the floor of dug wells showed that 8 (20%) were qualified. The result of observation upon the wall of wells showed that 15 (37,5%) were qualified. The result of observation upon the ring of dug wells showed that 19 (47,5%) were qualified. The result of observation from the distance wells to the land fill showed that 33 (82,5%) were qualified. The result of observation distance wells to the septic tank showed that 36 (90%) were qualified. The result of observation from distance wells to the corral showed that 34 (85%) were qualified. The result of observation from distance wells to manure storage area, showed that all the dug well had been qualified. The result of analysis in the laboratory showed that there was a nitrate content in water samples exceed the threshold based on 492/MENKES/PER/IV/2010 Minister of Health stating that the maximum nitrate level in drinking water should not exceed 50 mg / Liter. Water samples which contains nitrate exceed water quality standards was the sample number 31 with nitrate content reached 100.0502 mg / Liter.
It is recomended Sari Makmur people for completed the physical characteristics of dug wells such as wall of wells, ring of wells, floor of wells, and the distance wells to the source of contamination
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Elsa Yulita
Tempat / Tanggal Lahir : Singga Manik / 27 Juli 1987
Agama : Katholik
Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 4
Alamat Rumah : Jl. Bunga Ncole V, Kel. Kemenangan Tani, Kec. Medan Tuntungan – Medan
Riwayat Pendidikan : 1. SDN 045 Desa Sari Makmur (1994 - 2000) 2. SLTP ST. Theresia Air Molek (2000 - 2003) 3. SMAN 1 Pasir Penyu (2003 - 2006) 4. Politeknik Kesehatan DEPKES RI Jurusan
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat cinta dan kasih-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kandungan Nitrat Pada Air Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau Tahun 2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah begitu banyak mendapatkan dukungan baik yang bersifat moril dan materil. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak memberikan motivasi, meluangkan waktu dan fikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
4. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak memberikan semangat, meluangkan waktu dan fikiran dalam memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
(8)
5. Seluruh dosen di Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Ir. Henny J.M Nainggolan, Msi selaku Kepala UPT Laboratorium Lingkungan BLH Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Teristimewa kepada Bapak (U. Pinem) dan Mamak (M. Sinuraya), dan adik-adik tersayang Jona Pinem, Joppy Pinem, dan Vera Pinem. Terima kasih buat cinta kasih sayang, doa serta segala dukungan yang telah diberikan.
9. Sahabat-sahabat terkasih mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan terkhusus buat Diah, Kak Siti, Pak Teguh, Kak Astina yang memberikan dukungan, semangat, serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Teman-teman ekstensi A Tahun 2010 yang telah memberikan kebersamaan, semangat dan dukungan kepada penulis.
11.Kepada masyarakat Desa Sari Makmur yang telah mau bekerja sama dan membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.
12.Semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan rendah gati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini.
(9)
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih melimpahkan berkat-Nya kepada kita sekalian. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juni 2012
(10)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ………... i
Abstrak ………. ii
Abstrack……… iii
Riwayat Hidup Penulis ……… iv
Kata Pengantar………. v
Daftar Isi ……….. viii
Daftar Tabel……….. x
Daftar Gambar……….. xi
Daftar Lampiran………... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1
1.2 Rumu san Masalah ………... 5
1.3 Tujua n Penelitian ………... 5
1.3.1 Tujua n Umum ………. 5
1.3.2 Tujua n Khusus ……….... 5
1.4 Manf aat Penelitian………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Minum dan Air Bersih……… 7
2.2 Sumber Air Minum ……….………. 8
2.2.1 Air Hujan ……… 8
2.2.2 Air Sungai dan Air Danau ………..…… 9
2.2.3 Mata Air………... 9
2.2.4 Air Sumur Dangkal ………. 10
2.2.5 Air Sumur Dalam ……… 14
2.3 Manusia dan Air ……… 15
2.4 Pencemaran Perairan ………. 17
2.4.1 Sumber Pencemaran ……… 18
2.4.2 Bahan Pencemar ……….. 18
2.4.2.1Polutan Tak Toksik ……….. 19
2.4.2.2Polutan Toksik ………. 19
2.4.3 Jenis - Jenis Pencemar……….. 20
2.4.3.1Limbah Penyebab Penurunan Kadar Oksigen Terlarut 20 2.4.3.2Senyawa Organik………. 21
2.4.3.3Minyak Mineral dan Hidrokarbon………... 22
2.4.3.4Pestisida………... 22
(11)
2.4.3.6Senyawa Anorganik………. 23
2.4.3.7Sedimen……… 24
2.4.3.8Radioaktif………. 24
2.4.3.9Limbah Penyebab Penyakit……….. 24
2.5 Standar Kualitas Air Minum……….. 25
2.6 Pupuk... 28
2.6.1 Jenis – Jenis Pupuk…….………. 29
2.6.2 Pemupukan Kelapa Sawit……… 30
2.7 Nitrat……….. 31
2.7.1 Sumber Nitrat………... 31
2.7.2 Nitrifikasi………. 32
2.7.3 Dosis dan Farmakokinetika Nitrat……… 34
2.7.4 Nitrat di Lingkungan………. 35
2.7.5 Efek Nitrat Pada Manusia………. 37
2.7.5.1Pada Bayi Berusia Dibawah Tiga Bulan………... 37
2.7.5.2Pada Orang Dewasa dan Bayi Diatas Tiga Bulan……. 38
2.7.5.3Karsinogenisitas……… 39
2.8 Kerangka Konsep………... 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. 41
3.2 Lokas i dan Waktu Penelitian……… 41
3.2.1 Lokas i penelitian………. 41
3.2.2 Wakt u Penelitian……….. 41
3.3 Objek Penelitian……… 41
3.4 Meto da pengumpulan Data……… 42
3.4.1 Data Primer……….. 42
3.4.2 Data Sekunder……….. 43
3.5 Defini si Operasional……….. 43
3.6 Anali sa Data………... 44
3.7 Pemer iksaan Sampel di Laboratorium……….. 45
3.7.1 Pengi riman dan Pengambilan sampel ke Laboratorium…….. 45
3.7.2 Perala tan dan Bahan………... 45
(12)
3.7.3 Pemer iksaan Nitrat………... 46 BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 . Gambaran Wilayah Penelitian ... 48 4.1.1 ... Geogra
fi ... 48 4.1.2 ... Demog
rafi ... 48 4.2 ... Hasil
Pengamatan Terhadap Sumur Gali ... 50 4.3 ... Hasil
Analisa Nitrat ... 51 BAB V PEMBAHASAN
5.1 ... Observasi Terhadap Sumur Gali ... 54 5.2 ...
Pemeriksaan Nitrat (NO3) pada air sumur gali ... 56 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 ... Kesimp ulan ... 60 6.2 Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Kadar Methemoglobin ………... 35 Tabel 4.1 : Distribusi Penduduk Desa Sari Makmur Berdasarkan Usia
Tahun 2011 …………..……… 49 Tabel 4.2 : Distribusi Penduduk Desa Sari Makmur Berdasarkan Pekerjaan
Tahun 2011 ……… 49 Tabel 4.3 : Distribusi Sumber Air Bersih Penduduk Desa Sari Makmur
Tahun 2011 ……….. 50 Tabel 4.4 : Distribusi 10 Penyakit Terbesar di Puskesmas Kecamatan Pangkalan
(13)
Tabel 4.5 : Distribusi Karakteristik Fisik Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Tahun 2012………. ... 51 Tabel 4.6 : Kadar NItrat Air Sumur Gali Masyarakat Desa Sari Makmur Desa Sari
Makmur Tahun 2012………. .. .52 Tabel 4.7 : Distribusi Karakteristik Fisik Sumur Gali Dengan Kadar NItrat Air
Sumur Gali Masyarakat Desa Sari Makmur Tahun 2012………… . … 53
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1: Gambar Sumut Gali yang Memenuhi Syarat 14
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1: Lembar Observasi Sumur Gali……….... 64 Lampiran 2: Rekap Hasil Observasi Sumur Gali penduduk desa Sari Makmur …. 65 Lampiran 3: Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 / Menkes /
Per/IV/2010 ………....…….. 66 Lampiran 4: Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU ……… 70 Lampiran 5: Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari UPT Laboratorium
Lingkungan BLH Provinsi Sumatera Utara ………. 71 Lampiran 6: Hasil Pemeriksaan Sampel Air Sumur Gali Dari UPT Laboratorium
(15)
ABSTRAK
Air merupakan senyawa penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain di bumi ini. Sumur gali merupakan sarana yang banyak digunakan masyarakat Desa Sari Makmur sebagai sumber air minum dan air bersih. Air sumur gali merupakan air yang berasal dari infiltrasi air hujan yang relatif dekat dari permukaan tanah, sehingga mudah terkontaminasi kakus, kotoran hewan, sampah, dan pupuk.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana objek yang diteliti adalah air sumur gali. Sampel berjumlah 40 air sumur gali yang diambil dari masing-masing keluarga yang terpilih secara acak dari 435 KK. Sampel air kemudian diperiksa kandungan nitratnya di Laboratorium BAPEDALDA Sumatera Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 sampel air sumur gali, semua sampel positif mengandung nitrat. Hasil pengamatan terhadap karakteristik fisik sumur gali, 5 sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap lantai sumur, 8 (20%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap dinding sumur, 15 (37,5%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap bibir sumur, 19 (47,5%) sumur gali memenuhi persyaratan. Hasil pengamatan terhadap lokasi sumur gali, 33 (82,5 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ketempat penimbunan sampah, 36 (90 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke septik tank, 34 (85 %) sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke kandang ternak, semua sumur gali memenuhi persyaratan jarak ke tempat penyimpanan pupuk. Hasil analisa laboratorium menunjukkan ada satu sampel air yang kandungan nitratnya melebihi nilai ambang batas sesuai PERMENKES Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu sampel nomor 31 dengan kandungan nitrat 100,0502 mg/Liter.
Kepada masyarakat Desa Sari Makmur agar melengkapi persyaratan fisik sumur gali seperti dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur dan jarak sumur ke sumber pencemaran.
(16)
ABSTRACT
Water is an essential compound for human beings and other living which function can not be replaced by any compound on earth. Dug well is a facility that commonly used by the Sari Makmur people as a source for drinking water and cleans water. Dug well water is water that came from infiltration rain water that is relatively close to the ground; therefore it’s easily contaminated by toilets / latrines, manure, garbage, and fertilizer.
This study was a descriptive research, in which the object of the study was dug well water. Well water samples 40 were taken from each family who randomly selected as sample from 435 family. Then the nitrate content of water samples were analyzed in the laboratory of the Regional Environmental Impact Management Agency of North Sumatera.
This study is aimed to determine the nitrate level in dug wells in the oil palm plantation residents Sari Makmur Village.
The results of observation showed that from 40 water samples, all were positive containing nitrate. The result of observation upon the physical characteristics of dug wells, 5 dug wells were qualified. The result of observation upon the floor of dug wells showed that 8 (20%) were qualified. The result of observation upon the wall of wells showed that 15 (37,5%) were qualified. The result of observation upon the ring of dug wells showed that 19 (47,5%) were qualified. The result of observation from the distance wells to the land fill showed that 33 (82,5%) were qualified. The result of observation distance wells to the septic tank showed that 36 (90%) were qualified. The result of observation from distance wells to the corral showed that 34 (85%) were qualified. The result of observation from distance wells to manure storage area, showed that all the dug well had been qualified. The result of analysis in the laboratory showed that there was a nitrate content in water samples exceed the threshold based on 492/MENKES/PER/IV/2010 Minister of Health stating that the maximum nitrate level in drinking water should not exceed 50 mg / Liter. Water samples which contains nitrate exceed water quality standards was the sample number 31 with nitrate content reached 100.0502 mg / Liter.
It is recomended Sari Makmur people for completed the physical characteristics of dug wells such as wall of wells, ring of wells, floor of wells, and the distance wells to the source of contamination
(17)
Lampiran 7: Dokumentasi Gambar ……….. 73
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Desa Sari Makmur merupakan desa transmigrasi perkebunan kelapa sawit yang terletak di Kecamatan Pangkalan Lesung, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Daerah Riau sendiri dikenal sebagai wilayah dengan perkebunan kelapa sawit yang sangat luas. Menurut data Dinas Perkebunan (disbun) Provinsi Riau, luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 2.103.176 hektare pada tahun 2010. Kabupaten Pelalawan sendiri memiliki luas perkebunan kelapa sawit 64.253 hektare sedangkan Luas wilayah Kabupaten Pelalawan secara keseluruhan adalah 13.256,7 km2 (132.567 hektare), yang artinya luas wilayah yang dimanfaatkan sebagai lahan
(18)
perkebunan sawit di Kabupaten Pelalawan adalah 48,468% dari keseluruhan luas wilayah.
Penduduk desa Sari Makmur sebagian kecil adalah penduduk lokal dan sebagian besarnya berasal dari Pulau Jawa yang datang ke Riau melalui proses transmigrasi yang programnya diprakarsai oleh pemerintahan semasa orde baru. Penduduk transmigrasi datang ke Desa Sari Makmur secara bergelombang mulai sejak tahun 1990. Tujuan dari transmigrasi penduduk dari pulau jawa ke Sumatera dikarenakan padatnya penduduk pulau Jawa dan sempitnya lahan pertanian di pulau tersebut, maka demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan pemerataan penduduk diadakanlah program Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR Trans) sebagai alternatif untuk mencapai tujuan tersebut. Dimana perkebunan yang dimaksudkan adalah pengelolaan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan sawit. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat di Desa Sari Makmur mata pencahariannya adalah sebagai petani kelapa sawit dan buruh perkebunan kelapa sawit plasma maupun buruh petani perkebunan kelapa sawit mandiri.
Dari data desa dapat diketahui jumlah penduduk desa Sari Makmur pada tahun 2011 adalah 1.857 Jiwa dengan rincian 968 penduduk laki-laki dan 889 penduduk wanita, dengan jumlah kepala keluarga sebesar 435 Kk. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani kelapa sawit baik plasma maupun petani kelapa sawit mandiri, dan seluruh penduduk bermukim ditengah-tengah lahan perkebunan itu sendiri. Lokasi pemukiman yang berada didalam area perkebunan membuat warga harus memanfaatkan air dari lokasi perkebunan itu sebagai sumber air minum dan air bersih guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Dari 435
(19)
kepala keluarga di Desa Sari Makmur hanya satu keluarga yang memiliki sumur bor sebagai sumber air bersih dan air minumnya, sementara penduduk yang lain memanfaatkan air sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Riau tahun 2007, persentase Rumah tangga yang memanfaatkan sumur gali sebagai sumber air minum di Kabupaten Pelalawan adalah 54,5%. 41,2% diantaranya menggunakan sumur terlindung dan 13,3% lainnya menggunakan air sumur tak terlindung sebagai sumber air minumnya. Dengan perbandingan antara masyarakat yang memiliki akses terhadap air bersih dengan masyarakat yang aksesnya kurang terhadap air bersih adalah 48% berbanding 52%.
Dari hasil observasi awal pada bulan November 2011, diketahui bahwa penanaman kelapa sawit plasma sejak tahun 1989 dan penanaman kelapa sawit secara mandiri sejak tahun 1997-1998 telah menyumbangkan kontribusi pupuk ke dalam tanah selama bertahun-tahun yang akhirnya memengaruhi kualitas air sumur gali penduduk setempat. Sejak penanamannya kelapa sawit sudah memerlukan sejumlah besar pupuk untuk mendukung pertumbuhan dan produksi buahnya. Jenis pupuk yang dipakai oleh masyarakat untuk memupuk tanaman perkebunan mereka adalah pupuk TSP (triple super phospate), Urea, KCL (kalium chlorida), dan NPK (nitrogen, phospor dan kalium). Pemberian pupuk biasanya diberikan masing-masing jenis untuk setiap periode pemupukan maupun kombinasi beberapa jenis pupuk dalam sekali periode pemupukan kelapa sawit.
(20)
Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan frekuensi dua sampai tiga kali dalam setahun, tergantung dari kebutuhan dan kemampuan petani. Dalam satu kali periode pemupukan petani bisa menghabiskan sekitar 400 kg pupuk/hektare, yang artinya dalam satu tahun pupuk yang dilimpahkan kelahan pertanian bisa mencapai 800 kg sampai 1.200 kg perhektare. Pemberian pupuk dilakukan pada musim hujan dengan tujuan agar pupuk dapat dibawa air kedalam tanah dan diserap dengan baik oleh akar kelapa sawit. Pemberian pupuk pada musim kemarau adalah suatu kesia-siaan karena pupuk akan menguap dan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Menurut Jacks dan Sharma dalam WHO (2007) tanah pertanian yang mendapat limpahan pupuk yang tinggi akan mengakibatkan tingginya konsentrasi nitrat pada air permukaan. Sebagai contoh, konsentrasi nitrat dapat mencapai 1500 mg / L ditemukan dalam air tanah diwilayah pertanian India.
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar didalam badan air dapat menyebabkan gangguan GI (Gastrointestina), diare campur darah , disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Keracunan kronis akan mengakibatkan depresi, sakit kepala dan gangguan mental. Terutama nitrit akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi Methemoglobinaemia sering ditemui karena enzim pembentukan enzim pengurai metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia,
(21)
bayi akan kekurangan oksigen, mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini dikenal sebagai penyakit ‘blue babies’ (Soemirat, 2002).
Pada tahun 2011 di Desa Sari Makmur terjadi satu kematian bayi dengan ciri-ciri methemoglobinaemia, kematian bayi yang masih berusia tiga bulan itu ditandai dengan tubuh yang membiru terutama pada bagian wajahnya. Namun dikarenakan kebudayaan masyarakat setempat yang masih kurang mempercayakan pengobatan pada pihak medis menyebabkan kematian bayi itu tidak dapat didiagnosa dengan tepat. Sehingga tidak dapat dipastikan bahwa bayi itu meninggal karena diakibatkan oleh Methemoglobinemia yang disebabkan oleh tingginya konsentrasi nitrat dalam darah bayi yang bersumber dari air minum atau disebabkan oleh sebab lain.
Oleh karena konsentrasi nitrat yang tinggi didalam air minum dapat menimbulkan dampak kesehatan bagi masyarakat, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ‘Analisa Kandungan Nitrat Pada Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau tahun 2012’.
1.2. Rumusan Masalah
Penggunaan pupuk dalam jumlah berlebihan pada perkebunan sawit yang mengelilingi pemukiman penduduk, memungkinkan adanya pencemaran nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Sementara itu, masyarakat setempat pada umumnya menggunakan air sumur gali sebagai sumber air minumnya.
(22)
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kadar nitrat pada air sumur gali penduduk di perkebunan kelapa sawit Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau (dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, jarak sumur dari septik tank, jarak sumur dari kandang ternak, jarak sumur dari tempat sampah, jarak sumur dari tempat penyimpanan pupuk).
2. Untuk mengetahui kadar nitrat air sumur gali penduduk.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi bagi pemerintah/instansi terkait agar melakukan pengelolaan air bersih, jika konsentrasi nitrat tinggi pada air sumur gali.
2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kandungan nitrat pada sumur gali mereka.
3. Sebagai sumber referensi/masukan bagi peneliti berikutnya tentang Kandungan Nitrat Pada Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau.
(23)
4. Untuk menambah pengetahuan penulis mengenai Kandungan Nitrat Pada Sumur Gali Penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Minum dan Air Bersih
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Fungsi air yang sangat penting bagi makhluk hidup dan keseimbangan alam tersebut tidak bisa digantikan oleh senyawa apapun didunia ini. Diplanet bumi ini sebagian besar (71%) dari permukaannya ditutupi oleh air, yang artinya dengan jumlahnya yang sedemikian besar air memiliki porsi yang
(24)
cukup besar dalam menjaga keseimbangan alam dan memengaruhi kondisi iklim (Soemirat, 2002).
Bagi makhluk hidup peranan air tidak kalah pentingnya terutama bagi manusia. Berat tubuh seorang manusia sekitar 50 – 70% adalah air. Pentingnya air bagi kehidupan seorang manusia dapat dilihat dari jumlah air yang terdapat pada setiap organ. Hal ini dapat dilihat dari kandungan air pada darah yang mencapai 80%, kandungan air pada tulang sekitar 25%, kandungan air pada urat saraf 75%, kandungan air pada ginjal 80%, kandungan air pada hati 75% dan kandungan air didalam organ otot mencapai 75% (Soemirat, 2002).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Sedangkan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, bahwa yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
2.2 Sumber Air Minum
Ketersediaan air sangat berlimpah ruah dipermukaan planet bumi ini, bahkan luas permukaan air jauh melampaui permukaan daratan. Namun walaupun demikian tidak semua air bisa dijadikan sebagai sumber air minum secara langsung. Namun
(25)
semua air dapat diproses menjadi air minum melalui berbagai pengolahan. Sumber-sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut (Soekidjo, 2003 ):
2.2.1 Air Hujan
Air hujan dapat ditampung kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Di daerah-daerah tertentu yang sulit memperoleh air tanah sebagai sumber air, masyarakat biasanya memanfaatkan air hujan untuk dijadikan sumber air minum sehari-hari. Sebagai contoh daerah Kabupatan Indra Giri Hulu Provinsi Riau yang penduduknya sebagain besar bermukim didaerah pesisir laut, 95,8% penduduknya memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih dan air minumnya (RISKESDAS, 2007).
Air hujan yang dijadikan sebagai sumber air minum memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelebihan air hujan terletak pada kemudahan akses untuk mendapatkannya, terutama karena Indonesia merupakan negara tropis yang curah hujannya cukup tinggi, selain itu kondisi fisiknya yang jernih juga menjadi nilai lebih air hujan sebagai sumber air minum.
Kelemahan air hujan sebagai sumber air minum adalah karena air hujan tidak memiliki kandungan mineral seperti kalsium yang sebenarnya juga sangat dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu setelah air mencapai permukaan bumi, air hujan juga mengalami pengotoran dari udara yang disebabkan oleh polutan atau debu dan lain sebagainya (Sutrisno, 1996).
(26)
Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau juga berasal dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran kedalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga disebaut sebagai air permukaan. Dibandingkan dengan sumber lain, air permukaan merupakan sumber air yang tercemar berat. Hal ini dikarenakan hampir semua air buangan dan sisa kegiatan manusia dilimpahkan kepada air atau dicuci dengan air, dan pada akhirnya akan dibuang ke dalam badan air permukaan. Selain manusia, flora dan fauna juga turut mengambil bagian dalam mencemari air permukaan. Jadi, dapat dipahami bahwa air permukaan merupakan badan air yang mudah sekali dicemari terutama oleh kegiatan manusia (Kusnoputanto,1983).
2.2.3 Mata air
Air yang muncul dari mata air biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Berdasarkan munculnya kepermukaan, mata air terbagi atas dua yaitu:
a. Mata air (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.
b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, sumber air yang berasal dari mata air juga tidak terjamin keamanannya karena dapat terkontaminasi dengan berbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azhar, 1990).
(27)
2.2.4 Air Sumur Dangkal/ Air Sumur Gali
Sumber air sumur dangkal berasal dari resapan air hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dengan kelemahan utamanya adalah mudahnya jenis sumur ini terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari aktifitas manusia. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air dangkal ini belum begitu sehat, karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu , perlu direbus dahulu sebelum diminum (Soekidjo, 2003).
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah - rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia (kakus/ jamban), kotoran hewan, limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur juga dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba.
Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur (Depkes RI, 1985). Dari segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan
(28)
ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).
Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Entjang, 2000):
a. Syarat Lokasi atau Jarak 1. Lokasi
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah.
2. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya (Chandra, 2007).
b. Dinding Sumur Gali
Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan
(29)
agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur (Entjang, 2000). c. Bibir sumur gali
Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat adalah diatas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 80 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan (Entjang, 2000). d. Lantai Sumur Gali
Beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
1. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang, 2000).
2. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk (Azwar, 1995).
e. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran Pembuangan Air Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dapat dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah
(30)
kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3 meter/hari.
b. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3 meter.
c. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 10 meter.
d. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang tidak digunakan.
(31)
Gambar 2.1: Sumur Gali yang memenuhi syarat (Entjang, 2000).
2.2.5 Air Sumur Dalam
Air sumur dalam biasanya bersumber dari bawah permukaan tanah, dimana airnya ditemukan pada lapisan akifer. Air tanah sendiri memiliki sifat pergerakan yang sangat lambat, kecepata arusnya berkisar antara 10-10 - 10-3 meter/detik. Kecepatan arus ini dipengeruhi oleh porositas, permeabilitas, dari lapisan tanah dan pengisian kembali air tanah (recharge). Selain pergerakannya yang sangat lambat ciri lainnya dari air tanah yang membedakannya dari air permukaan adalah waktu tinggalnya yang sangat lama yang dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Sehingga oleh karena kedua sifat air tanah tersebut, air tanah akan sulit dipulihkan kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).
Keterangan:
1. Dinding sumur gali 2. Batu Koral
3. Permukaan air 4. Lantai sumur 5. Katrol/ kerekan 6. Tali timba 7. Timba 8. Saluran
pembuangan 8
1
2 3
4 5
6
7
20 cm
300 cm 10 m
(32)
Sumur dalam memiliki kedalaman lebih dari 15 meter dari permukaan tanah, sehingga aktifitas mikrobiologi tidak lagi terjadi sehingga jika dilihat dari segi bakteriologisnya, air sumur tanah dalam tergolong bebas dari mikrobiologi, hal ini disebabkan karena selama proses pengalirannya air tanah ini telah mengalami banyak proses penyaringan alami sehingga mikroba sudah tidak terdapat lagi didalamnya. Tetapi kandungan kimia air tanah sangat dipengaruhi oleh formasi litosfer yang dilaluinya selama mengalir sebelum sampai kepermukaan tanah. Pada proses tersebut, mineral-mineral yang dilalui air tanah dapat terbawa sehingga memengaruhi kualitas kimia air tanah tersebut (Soemirat, 2002).
2.3 Manusia dan Air
Sumber air dibudidayakan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini antara lain adalah untuk transportasi, membentuk tenaga medis/listrik, industri, mendapatkan garam (NaCl, Kalium, Bromida), dan rekreasi. Budaya pemanfaatan air ini sudah berkembang sejak jaman purba, dimana sebagai bukti sejarah telah ditemukan benda arkheologis seperti periuk yang diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan air. Perkembangan budaya pemanfaatan air ini dikarenakan oleh faktor kebutuhan manusia akan air dan karena faktor interaksi antara manusia dengan lingkungan air (Soemirat, 2002).
Menurut Robert dalam Soemirat (2002) kebutuhan air oleh manusia adalah kebutuhan air untuk menunjang segala bentuk kegiatan manusia. Kebutuhan akan air ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:
(33)
Jumlah kebutuhan ini sangat tergantung pada jumlah penduduk dan jumlah perkapita. Estimasi jumlah penduduk yang akan datang menjadi salah satu parameter untuk penentuan kebutuhan air domestik yang akan datang.
b. Kebutuhan air non domestik
Kebutuhan air non domestik meliputi kebutuhan air untuk pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi (sekolah, rumah sakit, gedung-gedung pemerintahan, tempat ibadah) dan kebutuhan industri. Khusus untuk kebutuhan komersial, kebutuhan airnya cenderung meningkat mengikuti perubahan tingkat penduduk dan tataguna lahan. Diduga kebutuhan air untuk keperluan komersial menghabiskan sekitar 20 sampai 25% dari keseluruhan persediaan air.
Didalam tubuh manusia persentase air berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan. Air terdapat diseluruh badan manusia. Pada tulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, didarah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat juga dari jumlah air yang ada didalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Jika kehilangan air 15% dari berat tubuh akan dapat mengakibatkan kematian pada manusia. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5 – 2 liter/hari. Kekurangan air dapat mengakibatkan penyakit batu ginjal dan penyakit kandung kemih (Soemirat, 2002).
Adapun pendayagunaan utama sumber daya air menurut Lamb dan James (dalam Soemirat, 2002)
(34)
1. Domestik kota 2. Industri 3. Irrigasi 4. Peternakan
b. Pembudidayaan kehidupan laut: 1. Ikan
2. Kerang-kerangan 3. Lain-lain
c. Rekreasi
1. Berenang 2. Berlayar 3. Memancing 4. Olah raga air d. Navigasi perdagangan e. Nilai estetika
f. Produksi tenaga listrik
g. Pembuangan limbah (Soemirat, 1994). 2.4 Pencemaran Perairan
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan), dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah, limpasan (run off) pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-lain (Effendi, 2003).
(35)
2.4.1 Sumber Pencemaran
Sumber pencemaran dapat berupa satu lokasi tertentu (point source), atau tak tentu/tersebar (non-point/diffuse source). Pencemar yang berasal dari point source bersifat lokal. Efek yang ditimbulkan dapat ditentukan berdasarkan karakteristik spasial kualitas air (Effendi, 2003).
Sumber pencemaran non point source dapat berupa akumulasi dari beberapa
point source . Misalnya: limpasan dari daerah pertanian yang mengandung pestisida dan pupuk, limpasan dari daerah pemukiman (domestik), dan limpasan dari daerah perkotaan.
2.4.2 Bahan Pencemar
Bahan pencemar (polutan) adalah bahan-bahan yang bersifat asing bagi alam atau bahan yang berasal dari alam itu sendiri yang masuk suatu tatanan ekosistem sehingga mengganggu peruntukan ekosistem tersebut. Berdasarkan cara masuknya kedalam lingkungan, polutan dikelompokkan menjadi dua, yaitu polutan alamiah dan polutan antropogenetik. Polutan alamiah adalah polutan yang masuk ke suatu lingkungan (misalnya badan air) secara alami. Sedangkan polutan antropogenik adalah polutan yang masuk kebadan air sebagai akibat dari aktifitas manusia. Berdasarkan sifat toksiknya. Effendi (2003) membagi polutan/pencemar menjadi dua:
(36)
Polutan tak toksik ini biasanya merupakan polutan alami yang pada dasarnya sudah ada dilingkungan, namun ada saatnya polutan alami ini menjadi bersifat destruktif jika keberadaannya sudah dalam jumlah yang berlebihan didalam lingkungan, sehingga polutan tersebut mengganggu keseimbangan ekosistem melalui proses fisika-kimia perairan.
Polutan tak toksik terdiri atas bahan –bahan tersuspensi dan nutrient. Bahan tersuspensi dapat memengaruhi sifat fisika perairan, antara lain menyebabkan kekeruhan sehingga menghalangi penetrasi cahaya mata hari kedalam perairan. Sedangkan keberadaan nutrient/unsur hara yang berlebihan didalam perairan dapat memacu terjadinya pengayaan (eutrofikasi) perairan.
2.4.2.2 Polutan Toksik
Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal), maupun bukan kematian (sub-lethal). Akibat non lethal yang dapat ditimbulkan polutan toksik ini adalah: gangguan pertumbuhan, tingkah laku dan karakteristik morfologi berbagai organisme perairan. Polutan toksik ini biasanya adalah bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artificial lainnya dan sering juga disebut dengan istilah xenobiotik (polutan artificial), yaitu polutan yang diproduksi oleh manusia (man-made substances). Polutan ini biasanya bersifat relatif stabil dan tidak mudah mengalami degradasi sehingga bersifat persisten dialam dalam kurun waktu yang lama (Effendi, 2003).
Pengelompokan pencemar toksik oleh Mason (1993):
(37)
2. Senyawa organik, meliputi pestisida organoklorin, herbisida, PCB, hidrokarbon alifatik berklor, pelarut, surfaktan rantai lurus, hidrokarbon petroleum, aromatic polinuklir, dibenzodioksin berklor, senyawa organometalik, fenol dan formaldehida. Senyawa ini berasal dari kegiatan industri, pertanian dan domestik.
3. Gas, misalnya klor dan ammonia.
4. Anion misalnya, sianida, fluorida, sulfida, dan sulfat. 5. Asam dan alkali.
2.4.3. Jenis – Jenis Pencemar
Polutan didalam perairan biasanya terdiri dari berbagai macam polutan, baik yang bersifat toksik maupun yang bersifat non toksik. Biasanya didalam lingkungan perairan, berbagai jenis bahan polutan tersebut akan membentuk interaksi. Kombinasi dari berbagai polutan tersebut dapat bersifat additive, sinergis dan antagonis.
Rao (dalam Effendi, 2003) mengelompokkan bahan pencemar diperairan menjadi beberapa kelompok:
2.4.3.1. Limbah Penyebab Penurunan Kadar Oksigen Terlarut
Semua limbah yang dioksidasi, terutama limbah domestik, termasuk kedalam kategori limbah penyebab penurunan kadar oksigen terlarut. Oksigen sangat dibutuhkan bagi kehidupan organisme-organisme yang hidup didalam ekosistem perairan. Hewan air seperti ikan hanya dapat hidup jika kandungan oksigen terlarut suatu perairan tidak kurang dari 5 mg/liter. Kadar oksigen terlarut didalam air sangat
(38)
dipengaruhi oleh proses aerasi, fotosintesis, respirasi, dan oksidasi limbah (Effendi, 2003).
a. Aerasi adalah proses transfer oksigen dari atmosfer keperairan melalui proses difusi.
b. Fotosintesis terjadi pada siang hari, karena proses fotosintesis memanfaatkan sinar mata hari dan karbondioksida untuk kemudian diubah menjadi oksigen. Namun sebaliknya pada malam hari oksigen justru dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk keperluan respirasi.
c. Keberadaan limbah organik yang membutuhkan oksigen untuk melakukan proses perombakan (dekomposisi), menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut didalam air. Maka jika didalam perairan terdapat limbah organik dengan kadar yang cukup tinggi, air akan cepat sekali mengalami pengurangan kadar oksigen terlarut.
2.4.3.2 Senyawa Organik
Penyusun utama bahan organik biasanya berupa polisakarida (karbohidrat), polipeptida (protein), lemak (fats), dan asam nukleat (nucleat acid). Biasanya bahan organik tersebut, baik alami maupun sintesis masuk kedalam badan perairan sebagai hasil dari aktifitas manusia. Limbah organik juga bisa saja mengandung bahan-bahan organik sintesis yang sulit diuraikan secara biologis (non biodegredable) sehingga bersifat persisten dan dalam waktu yang lama akan bersifat akumulatif. Limbah organik ada juga yang bersifat toksik terutama pada organisme akuatik. Beberapa
(39)
contohnya adalah minyak, fenol, pestisida, surfaktan dan polychlorinated byphenyl
(PCBs) (Effendi, 2003).
2.4.3.3 Minyak Mineral dan Hidrokarbon
Diperkirakan sekitar 800 jenis senyawa minyak mineral yang terdiri atas hidrokarbon alifatik, aromatik, resin, dan aspal. Minyak tersebar dalam perairan dalam bentuk terlarut, lapisan film yang tipis yang terdapat dipermukaan, emulsi dan fraksi terserap. Efek dari keberadaan minyak pada permukaan air adalah menghalangi proses difusi oksigen dari atmosfer ke perairan, sehingga kadar oksigen terlarut badan perairan tersebut menjadi rendah.
Kadar minyak dan produk-produk petroleum yang diperkenankan terdapat pada air minum berkisar antara 0,01 – 0,1 mg/liter. Kadar yang melebihi 0,3 mg/liter bersifat toksik terhadap beberapa jenis ikan air tawar (Effendi, 2003).
2.4.3.4 Pestisida
Pestisida masuk kedalam perairan melalui limpasan dari daerah pertanian yang banyak menggunakan pestisida. Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya menggunakan pestisida untuk mempermudah pemberantasan hama pada lahan pertanian dan perkebunannya perlu mewaspadai kandungan pestisida dalam perairannya. Pestisida yang sering digunakan adalah insektisida (pembunuh serangga) dan herbisida (pembunuh gulma) (Effendi, 2003).
Pestisida dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pestisida organoklorin, pestisida organofosfat, dan pestisida karbamat. Pestisida dalam tanah dapat menghilang karena
(40)
proses penyerapan yang dilakukan oleh tumbuhan, volatilisasi, adsorbsi, leaching, metabolisme, degradasi kimia, dan degradasi fotokimia (Effendi, 2003).
2.4.3.5 Surfaktan
Surfaktan atau surface active agents atau wetting agents merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif detegen, sabun dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air.
Meskipun tidak bersifat toksik, surfaktan dapat menimbulkan rasa pada air dan menurunkan adsorbsi diperairan. Kadar surfaktan kationik 0,1 – 10 mg/liter dan surfaktan non ionik 10.000 mg/liter dapat menghambat pertumbuhan algae (Effendi, 2003).
2.4.3.6 Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik terdiri atas logam dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Davis and Cornwell ddalam Effendi (2003) mengungkapkan, bahan organik yang dianggap toksik adalah arsen (As), barium (Ba), cadmium (Cd), kromium (Kr), lead (Pb), merkuri (Hg), selenium (Se) dan silver (Ag). Senyawa anorganik berasal dari limbah sdomestik dan industri.
Didalam tubuh makhluk hidup logam berat mengalami biokonsentrasi dan bioakumulasi sehingga kadar timbal dalam tubuh makhluk hidup lebih besar dari pada di lingkungan perairan. Logam berat juga mengalami biomagnifikasi, sehingga
(41)
kadarnya semakin meningkat dengan peningkatan posisi organisme pada rantai makanan (Effendi, 2003).
2.4.3.7 Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang masuk kedalam badan air akibat erosi atau banjir. Pada dasarnya sedimen tidak bersifat toksik, dan keberadaannya didalam air berupa bahan-bahan tersuspensi. Keberadaan sedimen dalam badan perairan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekeruhan perairan, yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya dan transfer oksigen dari atmosfer keperairan (Effendi, 2003).
2.4.3.8 Radioaktif
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2002 Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan reaksi pengion yang sudah tidak dimanfaatkan lagi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/MENKES/ PER/IV/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, kadar bahan radio aktif yang diperbolehkan adalah:
a. Gross alpha activity : 0,1 Bq/ liter b. Gross beta actifity : 1 Bq/ liter.
2.4.3.9 Limbah Penyebab Penyakit
Air memiliki peranan yang penting dalam penyebaran berbagai penyakit, seperti malaria, filariasis, schistomiasis, dan penyakit kuning (yellow fever). Penyakit
(42)
yang bersumber dari perairan ini dikenal dengan sebutan waterborn disease.
Beberapa jenis bakteri pathogen, virus, protozoa dan cacing juga banyak ditemukan diperairan, hal ini dikarenakan air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya (patogen) yang masuk melalui limbah (Effendi, 2003).
2.5 Standar Kualitas Air Minum
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum juga seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang dapat membahayakan kesehatan manusia, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengganggu fungsi tubuh, dapat diterima secara estetis dan tidak merugikan secara ekonomis. Air seharusnya tidak bersifat korosif dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, standar ini dibuat untuk mencegah terjadinya dan meluasnya penyakit bawaan air (Soemirat, 2002).
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum, yaitu peraturan tentang berbagai parameter yang diperbolehkan dalam air minum. Standar kualitas air minum biasanya berbeda pada setiap negara, tergantung pada keadaan sosial kultural termasuk kemajuan teknologi suatu negara. Kualitas air yang digunakan sebagai sumber air minum sebaiknya memenuhi persyarata baik secara fisik, kimia dan biologis sesuai dengan standar mutu air minum menurut PERMENKES RI nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.
(43)
a. Secara fisik
Kualitas air yang baik secara fisik adalah sebagai berikut: 1. Tidak berwarna
Sumber air minum harus jernih, air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Kadar warna yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 15 TCU.
2. Temperaturnya normal
Air yang baik seharusnya memiliki temperatur yang sama dengan udara yaitu sekitar 20 – 260C. air yang memiliki perbedaan temperatur mencolok biasanya mengandung zat-zat tertentu atau memungkinkan terjadinya proses yang menghasilkan ataupun menyerap energi dalam air. Suhu yang diperbolehkan adalah lebih kurang 30C dari suhu udara.
3. Rasanya tawar
Rasa asam, manis, pahit maupun asin didalam air menggambarkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin bisa saja disebabkan oleh garam-garaman dan rasa asam bisa disebabkan oleh adanya asam organik dan asam anorganik (Kusnaedi, 2010).
4. Tidak berbau
Air yang baik tidak berbau apapun, air yang berbau busuk mengindikasikan bahwa air tersebut mengandung bahan organik yang sedang diuraikan oleh mikroorganisme (Kusnaedi, 2010).
(44)
5. Jernih atau tidak keruh
Air yang baik tidak mengandung partikel-partikel koloid yang menyebabkan air menjadi keruh. Angka kekeruhan yang diperbolehkan tidak boleh lebih dari 5 NTU.
6. Tidak mengandung zat padatan
Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan, meskipun air itu secara kasat mata nampak jernih. Kerena saat air didihkan zat padatan tersebut akan larut dan menurunkan kualitas air minum. Total zat padatan yang diperbolehkan tidak lebih dari 500 mg/liter.
b. Persyaratan Kimia 1. pH netral
air minum yang baik harus memiliki pH yang netral, jia pH air rendah maka air akan bersifat asam, demikian sebaliknya jika pH air tinggi maka air akan bersifat basa. pH yang diperbolehkan adalah 6,5 – 8,5.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam seperti Alumunium (kadar maksimalnya 0,2 mg/l), Besi (kadar maksimalnya 0,3 mg/l), mangan (kadar maksimalnya 0,4 mg/l), Tembaga (kadar maksimalnya 2 mg/l), Merkuri (kadar maksimalnya 0,001 mg/l) , Seng(kadar maksimalnya 3 mg/l).
4. Tidak mengandung bahan organik
Kandungan bahan-bahan organik pada air minum dapat membahayakan kesehatan. Menurut Kusnaedi (2010) Bahan-bahan organik itu seperti:
(45)
− NH4
− H2S,
− SO42-
− NO3- (nitrat), kadar maksimal yang diperbolehkan adalah 50 mg/liter.
c. Persyaratan Mikrobiologis
a. Tidak mengandung bakteri pathogen, misalnya bakteri golongan coli (kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0), salmonella typhi, vibrio cholera.
b. Tidak mengandung kuman-kuman non pathogen, seperti actinomycetes, phytoplankton coliform, dadocera.
2.6 Pupuk
Akhir-akhir ini pupuk buatan banyak digunakan dalam kegiatan pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan produksi bahan pangan perluas area yang sama. Pupuk yang paling banyak dipakai terdiri dari elemen N (nitrogen), P (posphate), dan K (kalium). Hal tersebut dilakukan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat sementara luas area pertanian semakin lama semakin sempit (Soemirat, 2002).
Tupamahu (1997) menyatakan bahwa di daerah pertanian amonia yang dihasilkan kotoran hewan, sebagian naik ke atsmosfer dan sebagian dikonversi oleh mikroba tanah menjadi nitrat yang larut dalam air. Karena sifatnya ini, nitrat mudah bergerak sehingga merupakan polutan utama dari air tanah. Secara alami kandungan nitrat dalam air tanah sangat kecil, dijumpainya unsur tersebut pada air tanah
(46)
menunjukkan adanya masukan dari sumber non alami seperti kegiatan pertanian, peternakan ataupun limbah domestik.
2.6.1 Jenis - Jenis Pupuk
1. Berdasarkan jenis pembuatannya pupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari pelapukan makhluk hidup
seperti tumbuhan, hewan, dan kotoran hewan / manusia.
b. Pupuk anorganik yaitu pupuk yang berasal dari bahan kimia dan merupakan hasil olahan manusia.
2. Berdasarkan banyaknya jenis kandungan nutrisinya, pupuk dapat digolongkan menjadi
a. Pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya memiliki satu unsur nutrisi saja, misalnya urea.
b. Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung banyak unsur nutrisi dalam satu jenis pupuk.
3. Berdasarkan besarnya unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk diklasifikasikan menjadi:
a. Pupuk mikro yaitu pupuk yang mengandung unsur nutrisi yang hanya sedikit dibutuhkan oleh tanaman seperti: Fe, Mn, Zn, Cu.
b. Pupuk makro yaitu pupuk yang mengandung unsur nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar seperti N, P, K (Lumbangaol, 2010).
(47)
2.6.2 Pemupukan Kelapa Sawit
Kelapa sawit membutuhkan nutrisi mikro dan nutrisi makro untuk menunjang pertumbuhannya. Nutrisi mikro maupun makro dapat digolongkan kedalam golongan esensial dan non esensial. Nutrisi golongan esensial merupakan nutrisi yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh tanaman, sedangkan nutrisi golongan non esensial keberadaannya kurang diperlukan bahkan bisa saja tidak dibutuhkan sama sekali. Oleh karena itu kekurangan atau ketiadaan nutrisi golongan esensial ini dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
Nutrisi mikro yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit tidak diberikan sepanjang tahun oleh manusia karena kebutuhannya dalam jumlah yang kecil dianggap telah mampu dipenuhi oleh tanah, nutrisi ini hanya akan diberikan jika tanaman sudah terlihat kekurangan nutrisi. Nutrisi nitrogen, phospat, kalium, dan Magnesium dibutuhkan kelapa sawit dalam jumlah yang besar dengan penyerapan melalui tanah. Terutama nutrisi nitrogen yang memiliki fungsi untuk pembentukan protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme. Kekurangan nitrogen akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan ketidak seimbangan serapan unsur hara. Kebutuhannya yang besar tidak dapat disuplai oleh tanah sehingga untuk mensuplai kebutuhannya dilakukan melalui kegiatan pemupukaan rutin yang dilakukan setiap tahunnya (Lumbangaol, 2010 ).
Pupuk yang dipakai untuk pertanian ini tidak semuanya dimanfaatkan oleh tanaman, melainkan sebagian akan masuk kedalam perairan. Pupuk dapat menyebabkan eutrofikasi, menurunkan kadar oksigen terlarut, berkembangnya bakteri anaerobik, dan berbau. Sehingga mengurangi organisme yang aerob dan menurunkan
(48)
nilai estetik. Dengan demikian, daya guna air bagi kesehatan juga menurun (Soemirat, 2002).
2.7 Nitrat
Nitrat (NO3-) merupakan bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Senyawa ini dihasilkan sebagai hasil oksidasi sempurna senyawa nitrogen diperairan. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat yang berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi nitrogen menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas,
sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. (Effendi, 2003).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/MENKES/ PER/IV/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, Nitrat (NO3) merupakan salah satu parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan. Dan kadarnya pada sumber air minum tidak boleh melebihi 50 mg/ liter.
2.7.1 Sumber Nitrat
Nitrat didalam tanah ataupun air dapat bersumber dari limpasan pupuk pertanian. Misalnya saja pupuk urea, dan NPK yang kandungan nutrisi nitrogennya sangat tinggi. Unsur nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk pembentukan protein, sintesis klorofil dan proses metabolisme. Kekurangan nitrogen akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan ketidak seimbangan serapan unsur hara (Sutiyoso dalam Mastarina, 2009).
(49)
Tupamahu (1997) menyatakan bahwa di daerah pertanian ammonia yang dihasilkan kotoran hewan, sebagian naik ke atsmosfer dan sebagian dikonversi oleh mikroba tanah menjadi nitrat yang larut dalam air. Karena sifatnya ini, nitrat mudah bergerak sehingga merupakan polutan utama dari air tanah. Secara alami kandungan nitrat dalam air tanah sangat kecil, dijumpainya unsur tersebut pada air tanah menunjukkan adanya masukan dari sumber non alami seperti kegiatan pertanian, peternakan ataupun limbah domestik.
Steenvooden dalam WHO (2007) juga menyatakan Selain dari limpasan pupuk didaerah pertanian, nitrat juga dapat bersumber dari limbah industri, septik tank, limbah kotoran hewan, dan limbah dari alat angkutan air seperti perahu, dan kapal. Selain itu nitrat dapat juga sebagai dampak dari pemakaian pestisida yang menyumbangkan kontribusi yang cukup besar terhadap keberadaan nitrat didalam perairan. Nitrat dan Nitrit merupakan ion alami pada sumber perairan yang merupakan siklus dari nitrogen. Oleh karena nitrit mudah teroksidasi menjadi nitrat, maka senyawa nitrat lebih mudah dijumpai pada perairan.
2.7.2 Nitrifikasi
Senyawa nitrat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen dalam perairan. Proses nitrifikasi merupakan proses penting dalam siklus daur nitrogen yang berlangsung dalam keadaan aerob. Peristiwa terbentuknya nitrat dimulai dari amonifikasi, nitrifikasi ammonia menjadi nitrit dan kemudian nitrifikasi nitrit menjadi nitrat (Effendi, 2003).
(50)
a. Amonifikasi nitrogen menjadi amonia merupakan proses pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang berasal dari dekomposisi bahan organik.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
N organik + O2 NH3-N + O2
b. Nitrifikasi amonia menjadi nitrit: nitrit merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat, oleh karena itu nitrit hanya dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit. Oksidasi amonia menjadi nitrit terjadi karena bantuan bakteri
nitrosomonas.
Prosesnya adalah sebagai berikut:
2 NH3- + 3O2 2 NO2- + 2 H+ + 2 H2O
c. Nitrifikasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Nitrat relatif lebih stabil keberadaannya dibandingkan nitrit.
Prosesnya adalah sebagai berikut: 2 NO2- + O2 2 NO3-
Proses nitrifikasi nitrit menjadi nitrat dipengaruhi oleh beberapa parameter sebagai berikut:
a. Pada kadar oksigen terlarut < 2 mg/liter, reaksi akan berjalan lambat.
b. Nilai pH yang optimum bagi proses nitrifikasi adalah 8-9. Pada pH < 6, reaksi akan berhenti.
c. Bakteri yang melakukan nitrifikasi cenderung menempel pada sedimen dan bahan padatan lain.
(51)
d. Kecepatan pertumbuhan bakteri nitrifikasi lebih lambat daripada bakteri heterotrof.
e. Suhu optimum nitrifikasi adalah 20 oC – 25 oC. Pada kondisi yang lebih ataupun kurang dari suhu tersebut, kecepatan nitrifikasi akan berkurang (Krenkel dan Novotny dalam Effendi, 2003).
2.7.3 Dosis dan Farmakokinetika Nitrat
Dosis letal dari nitrat pada orang dewasa adalah sekitar 4 sampai 30 g (atau sekitar 40 sampai 300 mg NO3-/kg). Dosis antara 2 sampai 9 gram NO3- dapat mengakibatkan methemoglobinemia. Nilai ini setara dengan 33 sampai 150 mg NO3 -/kg berat badan.
Sementara untuk nitrit dosis letalnya pada orang dewasa lebih kecil daripada dosis letal nitrat. Dosisnya bervariasi antara 0,7 sampai 6 g NO2- (atau sekitar10 sampai 100 mg NO2- /kg). Dengan dosis yang lebih kecil maka dapat diasumsikan bahwa nitrit lebih bersifat toksik jika dibandingkan dengan nitrat. Kebanyakan kasus membuktikan bahwa bayi langsung mengalami methemoglobinemia setelah minum air formula yang tinggi nitrat atau nitrit (Ruse dalam Utama, 1999).
Nitrat dan nitrit yang diberikan secara oral yang kemudian dipindahkan ke dalam darah. Di dalam darah, nitrit mengubah hemoglobin menjadi methemoglobin yang kemudian teroksidasi menjadi nitrat. Normalnya methemoglobin akan langsung diubah menjadi hemoglobin kembali melalui proses enzimatik. Nitrat tidak terakumulasi didalam tubuh melainkan didistribusikan ke cairan-cairan tubuh seperti urin, air liur, asam lambung, dan cairan usus. Sekitar 60% dari nitrat oral
(52)
diekskresikan melalui urin. Sisanya belum diketahui, tetapi metabolisme bakteri endogen mengeliminasi sisanya (Argonne dalam Utama, 2007).
Apabila nitrat dan nitrit yang masuk bersamaan dengan makanan, maka banyaknya zat makanan akan menghambat absorbsi dari kedua zat ini dan baru akan diabsorbsi di traktus digestivus bagian bawah. Hal ini akan mengakibatkan mikroba usus mengubah nitrat menjadi nitrit sebagai senyawa yang lebih berbahaya. Karena itu, pembentukan nitrit pada intestinum mempunyai arti klinis yang penting terhadap keracunan. Nitrit dapat mengakibatkan vasodilatasi pada pembuluh darah, hal ini mungkin diakibatkan karena adanya perubahan nitrit menjadi nitrit oksida (NO) atau NO- yang mengandung molekul yang berperan dalam membuat relaksasi otot-otot polos (Thompson dalam Utama, 2007).
Tabel 2. 1: Kadar Methemoglobin Kadar
Methemoglobin
Gejala yang timbul
3% Kadar Normal
3-10% Tidak ada gejala klinis
10-15% Kemampuan darah untuk mengangkut oksigen berkurang dan
menyebabkan darah menjadi coklat
15-20% Terjadi sianosis dimana tubuh berwarna biru – abu-abu, biasanya
asymptomatik
20-45% Sakit kepala, pusing, lemah, kurangnya produktivitas, kesulitan
Bernafas
45-55% Peningkatan depresi pada CNS (Sistem Saraf Pusat)
Koma, seizures, cardiac failure, cardiac arrhythmias, metabolic Asidosis
Sumber : Ruse 1990
2.7.4 Nitrat di Lingkungan
Senyawa nitrat dapat ditemui pada berbagai elemen kehidupan dibumi ini seperti pada udara, air dan makanan. Hal ini dapat terjadi karena diudara juga dapat terjadi proses fiksasi nitrogen oleh proses kimia dan fiksasi nitrogen oleh organisme.
(53)
Konsentrasi nitrat atmosfer bisa mencapai lebih dari 1-40 μg/m3 di Belanda. Sedangkan pada air hujan konsentrasi nitrat dapat mencapai 5 mg / l. hal ini merupkan hasil penelitian yang dilakukan pada daerah-daerah industri. Di daerah pedesaan, konsentrasi nitrat airnya biasanya lebih rendah dibandingkan didaerah perkotaan dan industri. Konsentrasi nitrat dalam air permukaan biasanya rendah (0-18 mg / l) tetapi dapat menjadi sangat tinggi sebagai akibat dari limpasan pupuk pada daerah pertanian maupun kontaminasi dengan kotoran manusia atau hewan. Secara bertahap konsentrasi nitrat pada perairan telah meningkat di beberapa negara, terutama di negara-negara benua Eropa dan dalam beberapa dekade terakhir telah mencapai dua kali lipat selama 20 tahun terakhir. Konsentrasi nitrat pada air tanah alami dalam kondisi aerobik sangat bergantung pada jenis tanah dan pada situasi geologi (Awwarf dalam WHO, 2007).
Sayuran dan daging pada umumnya juga mengandung senyawa nitrat dan nitrit pada makanan, tetapi dalam jumlah kecil terdapat pula dalam ikan dan produk susu. Menurut jurnal WHO (2007) yang berjudal “Nitrate and Nitrite in Drinking water”,
produk daging dinyatakan ada yang mengandung kandungan nitrat 2,7 - 945 mg per kilogram dan 0,2-6,4 mg nitrit per kilogram. Sedangkan produk susu menurut penelitian kandungan nitratnya bisa mencapai 3 - 27 mg per kilogram. Beberapa sayuran dan buah-buahan bisa mengandung nitrat dan nitrit sampai 200 - 2500 mg per kilogram. Kandungan nitrat pada sayuran dapat dipengaruhi oleh pengolahan makanan, penggunaan pupuk, dan kondisi tumbuhnya, terutama suhu tanah dan intensitas cahaya.
(54)
Sayuran seperti bit, lobak, selada, dan bayam sering mengandung nitrat dengan konsentrasi di atas 2500 mg / kg. Sayuran yang dibudidayakan dengan metode rumah kaca biasanya memiliki kandungan nitrat yang lebih tinggi daripada sayuran yang tidak dibudi dayakan dengan sistem rumah kaca (WHO, 2007).
2.7.5 Efek Nitrat Pada Manusia
Nitrat pada udara, air, maupun makanan dapat menimbulkan efek yang membahayakan bagi kesehatan. Efek buruk nitrat bagi kesehatan telah teruji pada hewan percobaan dan pada manusia.
2.7.5.1Pada Bayi Berusia Dibawah Tiga Bulan
Toksisitas nitrat pada manusia terutama disebabkan oleh penguraian nitrat menjadi nitrit. Efek biologis utama dari nitrit pada manusia adalah peranan nitrit dalam proses oksidasi Hb yang normal menjadi metHb, yang menyebabkan darah tidak dapat mengangkut oksigen ke jaringan atau mengurangi transportasi oksigen keseluruh jaringan tubuh. Ketika konsentrasi metHb mencapai 10% dari konsentrasi Hb normal didalam darah manusia, maka akan terjadi methaemoglobinaemia yang menyebabkan sianosis, dan pada konsentrasi yang lebih tinggi bisa menyebabkan asfiksia (Walton dalam jurnal WHO, 2007).
Tingkat normal metHb pada manusia dewasa kurang dari 2%, pada bayi berusia kurang dari 3 bulan tingkat normal metHbnya kurang dari 3%. Nitrat dan nitrit pada air minum lebih berbahaya pada bayi yang masih berusia dibawah tiga bulan dalam pembentukan metHb dari pada bayi yang lebih tua, anak-anak dan orang dewasa. Kerentanan yang lebih tinggi ini diyakini karena Hb bayi lebih mudah teroksidasi menjadi metHb. Dalam kondisi tertentu, penguraian nitrat menjadi nitrit
(55)
oleh bakteri lebih mudah terjadi pada bayi muda ini dikarenakan produksi asam lambung bayi yang masih rendah. Penguraian nitrat menjadi nitrit pada bayi yang berusia dibawah tiga bulan dapat juga diperparah oleh infeksi pencernaan yang bisa meningkatkan risiko pembentukan metHb lebih tinggi. Kelompok-kelompok lain yang sangat rentan terhadap pembentukan metHb adalah wanita hamil yang kekurangan glukosa.
Pada bayi di bawah usia 3 bulan, konversi nitrat menjadi nitrit dan metHb memiliki kemungkinan yang tinggi. Gangguan pencernaan memainkan peran penting, karena penguraian nitrat menjadi nitrit dalam lambung dapat semakin meningkat dikarenakan oleh bakteri yang tumbuh pada pH tinggi di perut bayi. Karena kebanyakan kasus methaemoglobinaemia yang dilaporkan selalu dikaitkan dengan konsumsi air sumur pribadi yang kemungkinan juga sering tercemar oleh bakteri, maka dugaan keterlibatan infeksi lambung juga bisa memengaruhi (WHO, 2007).
2.7.5.2 Orang Dewasa dan Bayi diatas Tiga Bulan
Kasus methaemoglobinaemia pernah juga dilaporkan terjadi pada orang dewasa yang mengkonsumsi nitrat dalam dosis tinggi oleh karena kecelakaan atau dampak dari pengobatan medis. Kandungan nitrat yang tinggi pada orang dewasa dan bayi yang berumur diatas tiga bulan adalah gangguan GI, diare campur darah , disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan menyebabka kematian. Keracunan kronis akan mengakibatkan depresi, sakit kepala dan gangguan mental. Dan dalam kasus yang sangat jarang bisa juga terjadi Methemoglobinaemia (Speijers dalam WHO, 2007).
(56)
2.8.3.1.2 Karsinogenisitas
Nitrit dapat bereaksi dengan senyawa nitrosatable dalam perut manusia untuk membentuk Senyawa N-nitroso. Senyawa N-nitroso telah terbukti karsinogenik pada semua spesies hewan yang diuji, meskipun beberapa senyawa yang paling mudah terbentuk seperti nitrosoproline, tidak karsinogenik pada manusia. Senyawa N-nitroso yang terbukti karsinogenik pada spesies hewan dimungkinkan bersifat karsinogenik pada manusia (Gongalli dalam WHO, 2007).
Pembentukan endogen senyawa N-nitroso juga dapat terbentuk pada Nitrat dan nitrit dalam air minum, hal ini dapat dilihat pada beberapa spesies hewan uji. Jika diberikan secara bersamaan baik nitrit dan senyawa nitrosatable pada dosis yang relatif tinggi, maka sifat sinergis dari kedua senyawa ini akan lebih memungkinkan bersifat karsinogenik. Dengan demikian, hubungan antara risiko kanker dan nitrosation endogen sebagai akibat dari asupan tinggi nitrat dan/atau nitrit dan senyawa nitrosatable mungkin saja terjadi (Gongalli dalam WHO, 1994)
Peningkatan risiko kanker lambung dalam kondisi asam lambung rendah dapat dikaitkan dengan pembentukan endogen senyawa N-nitroso. Hal ini dibuktikan karena tingkat senyawa N-nitroso, serta tingkat nitrat yang tinggi ditemukan pada lambung pasien achlorhydric, dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nitrat dan nitrit dalam air minum dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung (WHO, 2007).
(57)
2.8 Kerangka Konsep
Air Sumur
Gali
Uji Kualitatif Nitrat (laboratorium)
Tidak Ada
Ada
Uji kuantitatif Nitrat (Laboratorium)
Memenuhi Syarat Permenkes RI No 492/per/IV/2010
Tidak memenuhi Syarat Permenkes
RI
No.492/per/IV/2010
Karakteristik sumur
- Karakteristik sumur gali (dinding
sumur, bibir sumur, lantai sumur)
- Jarak septik tank terhadap sumur
gali
- Jarak kandang ternak terhadap
sumur gali
- Jarak tempat sampah dari sumur gali
- Jarak tempat penyimpanan pupuk
(58)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui kandungan nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sari Makmur Kecamatan pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan provinsi Riau. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena:
a. Pelimpahan pupuk yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit Desa Sari Makmur.
b. Penduduk pada umumnya menggunakan air sumur gali untuk sumber air minum dan air bersih.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2012 – Mei 2012.
3.3 Objek Penelitian
Adapun objek penelitian adalah air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur yang berada ditengah-tengah perkebunan kelapa sawit yang berjumlah 40 buah sumur gali.
Metoda pengambilan sampel adalah dengan metode penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan penghitungan sampel sebagai berikut:
(59)
Jumlah populasi = 434 KK Jumlah Sampel : n = N
1 + N (d2)
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = Presisi atau ketepatan absolut (0,15)
berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan adalah: n = 434
1 + 434 (0,152) = 40,32 40
Berdasarkan penghitungan sampel tersebut, maka didapatkan sampel sebesar 40 sumur gali dari 40 KK. Dimana cara pengambilan sampel adalah dengan cara, setiap populasi diberi nomor kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan sampel. 3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
a. Data kandungan nitrat pada air sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium BAPEDALDA Sumatera Utara.
b. Data karakteristik sumur gali penduduk Desa Sari Makmur Kecamatan Pangkalan Lesung Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau yang didapatkan dari hasil observasi penulis di lapangan.
(60)
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data demografi desa yang didapatkan dari kantor Desa Sari Makmur dan data sepuluh penyakit terbesar yang didapatkan dari Puskesmas Kecamatan Pangkalan Lesung.
3.5 Definisi Operasional
1. Air sumur gali adalah air tanah dangkal yang masih dimanfaatkan sebagai air bersih dan air minum.
2. Pemeriksaan laboratorium adalah pemeriksaan parameter kimia di Laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Sumatera Utara. Untuk pemeriksaan nitrat dilakukan metode analisa spektrofotometer.
a. Memenuhi syarat kesehatan berarti air sumur gali memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ MENKES/ IV/ 2010, yaitu kadar nitrat didalam air minum tidak boleh melebihi 50 mg/ liter. b. Tidak memenuhi syarat adalah suatu keadaan dimana kandungan nitrat
pada air sumur gali melebihi nilai maksimum yang telah ditetapkan. 3. Kandungan nitrat adalah jumlah atau konsentrasi nitrat pada air sumur gali. 4. Uji kualitatif adalah uji untuk melihat ada atau tidaknya nitrat pada sumur
gali yang diperiksa di laboratorium.
5. Uji kuantitatif adalah uji untuk melihat kadar nitrat air sumur gali yang diperiksa di laboratorium.
(61)
a. Dinding sumur 3 meter dalamnya dari permukaan tanah dan dibuat dari tembok yang tidak tembus air, sehingga tidak terjadi rembesan. b. Lantai sumur gali sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari
dinding sumur dan kedap air.
c. Diatas tanah dibuat tembok (bibir sumur) yang kedap air 80 cm untuk mencegah pengotoran dari permukaan dan untuk keselamatan sipemakai.
d. Jarak septik tank dari sumur gali tidak kurang dari 10 meter. e. Jarak kandang ternak dari sumur gali tidak kurang dari 10 meter. f. Jarak tempat pembuangan sampah tidak kurang dari 10 meter.
g. Jarak tempat penyimpanan pupuk dari sumur gali tidak kurang dari 10 meter.
3.6 Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kandungan nitrat pada air sumur gali di laboratorium akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/ MENKES/ IV/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Jika dari hasil pemeriksaan laboratorium kandungan nitrat dalam air sumur gali kurang dari 50 mg/ liter, maka air sumur gali tersebut dinyatakan memenuhi syarat. Namun apabila hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan nitrat air sumur gali lebih dari 50 mg/ liter, maka air sumur gali tersebut tidak memenuhi syarat untuk dijadikan air minum.
(62)
3.7 Pemeriksaan Sampel di Laboratorium
3.7.1 Pengambilan dan Pengiriman Sampel ke Laboratorium
Sampel akan diambil pada kedalaman 20 cm dari permukaan air sumur gali pada pagi hari, kemudian ditambahkan larutan H2SO4 sampai pH nya < 2, atau didinginkan dengan suhu kurang lebih 4 oC. pengawetan ini diperlukan karena dari lokasi pengambilan sampel sampai ke Laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Sumatera Utara membutuhkan waktu kurang lebih 20 jam. Maka dengan penambahan asam H2SO4 atau dengan cara pendinginan, maka sampel akan tetap representatif sampai dengan 28 hari (Hadi, 2005).
Tahapan dalam pengambilan sampel:
1. Persiapkan botol plastik sebagai wadah sampel, larutan H2SO4, pipet tetes.
2. Botol sampel dibilas dengan air sampel .
3. Botol sampel yang terbuat dari plastik dimasukkun ke dalam air. 4. Sampel diambil sampai botol penuh.
5. Diberi label dan dibawa ke laboratorium. 3.7.2 Peralatan dan Bahan
a. Peralatan yang Diperlukan untuk analisa kandungan nitrat 1. Gelas ukur
2. Kuvet
3. Labu erlenmeyer 4. Pipet Ukur 5. Spektrofotometer
(63)
6. Spidol
b. Bahan yang diperlukan 1. Air sumur gali 2. Aquades
3. Reagent Nitraver 5 3.7.3 Pemeriksaan nitrat
Pemeriksaan kandungan nitrat dilakukan sesuai dengan panduan kerja proses analisa nitrat di Laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Sumatera Utara dengan metode spektrofotometer yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Masukkan program untuk Nitrat (NO3-N).
Tekan 355 enter maka layar akan menunjukkan: Dial nm to 500. b. Putar panjang gelombang hingga tampil 500nm, jika panjang
gelombang sudah tepat maka pada layar akan segera menunjukkan: zero sample, kemudian , mg/L NO3-N Salicylate.
c. Masukkan 25 ml sampel ke kuvet 25 ml.
d. Masukkan 25 ml air aquades kedalam 25 ml cell yang kedua (blanko).
e. Tambahkan masing-masing kuvet diatas dengan satu sachet Notraver Nitrate Reagen Powder Pillow.
f. Tekan: shift timer, 1 menit waktu reaksi.
g. Jika berbunyi beef maka kuvet diguncang sampai reagent larut. h. Tekan: shift timer, 5 menit untuk reaksi.
(64)
i. Jika berbunyi beef, masukkan cell blanko kedalam cell holder dan tutup segera.
j. Tekan: ZERO, maka dilayar akan tampil : Zeroing… Kemudian : 0,0 mg/L NO3-N sebagai Nitrogen.
k. Untuk mengetahui hasil NO3 maka hasil NO3-N dikali dengan 4,427.
(1)
lantai sumur, dinding sumur yang permanen/ kedap air dan jaraknya dari tempat sampah kurang dari 10 meter.
Dari hasil analisa dapat dilihat juga bahwa beberapa sumur yang keseluruhan karakter fisiknya telah memenuhi syarat juga tidak terbebas dari kontaminasi nitrat. Hal ini dikarenakan kontaminasi nitrat tidak hanya dipengaruhi oleh karakter fisik sumur melainkan juga dipengaruhi oleh struktur tanah disekitar sumur. Semakin besar ukuran pori akan menyebabkan makin cepat dan makin dalam meresapnya zat pencemar dalam tanah. Pola pencemaran tanah oleh bakteri secara horizontal dapat mencapai 11 meter dan vertikal dapat mencapai 2 meter. Sedangkan pencemaran bahan kimia secara horizontal dapat mencapai 95 meter dan secara vertikal dapat mencapai 9 meter (Wagner & Lanoix dalam Munif, 2012).
Menurut Todd dalam Munif (2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi tercemarnya air tanah pada suatu lokasi. Faktor-faktor tersebut adalah: kedalaman muka air tanah dari tempat pembuangan limbah, penyerapan tanah dilihat dari ukuran butir, arah dan kemiringan muka air tanah, permeabilitas tanah, dan jarak horisontal antara sumber pencemar dengan sumur.
Selain ditinjau dari karakteristik fisik sumur galinya sendiri, keberadaan sumur gali yang terletak ditengah perkebunan sawit dengan posisinya yang berada pada lokasi tempat yang sangat rendah memungkinkan limpasan pupuk dari lokasi yang lebih tinggi dapat dibawa oleh air hujan masuk kedalam sumur tersebut.
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar didalam badan air dapat menyebabkan gangguan GI (Gastrointestina), diare campur darah , disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Keracunan kronis akan
(2)
mengakibatkan depresi, sakit kepala dan gangguan mental. Terutama nitrit akan bereaksi dengan hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi normal metHb akan menimbulkan Methemoglobinaemia. Pada bayi Methemoglobinaemia sering ditemui karena enzim pembentukan enzim pengurai metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Sebagai akibat Methemoglobinaemia, bayi akan kekurangan oksigen, mukanya akan tampak membiru dan karenanya penyakit ini dikenal sebagai penyakit ‘blue babies’ (Soemirat, 2002).
(3)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari tujuh karakteristik sumur gali yang dinilai, hanya ada 5 (12,5%) sumur gali yang memenuhi seluruh persyaratan karakteristik fisik sumur gali.
2. Dari hasil analisa kandungan nitrat pada sampel air sumur gali di Laboratorium Badan Pengendalian Lingkungan Daerah Sumatera Utara, terbukti bahwa semua sampel air mengandung nitrat dengan konsentrasi yang bervariasi.
3. Dari seluruh sampel air sumur gali yang diuji, ada satu sampel air yang kandungan nitratnya melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yang menyatakan bahwa kadar nitrat maksimal pada air minum tidak boleh melebihi 50 mg/ Liter. Sampel air yang kadar nitratnya melebihi baku mutu itu adalah air dengan sampel nomor 31 yang kandungan nitratnya mencapai 100,0502 mg/Liter.
6.2 Saran
1. Kepada Kepala Desa Sari Makmur agar mengupayakan alternatif sarana sumber air minum yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Kepada masyarakat Desa Sari Makmur agar melakukan pengawasan dan pemantauan kualitas air secara rutin dan melengkapi persyaratan fisik sumur
(4)
gali seperti dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur dan jarak sumur ke sumber pencemaran.
3. Pada peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya diharapkan agar melakukan penelitian lanjutan untuk menurunkan kadar nitrat pada sumber air sumur gali.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R.2004. Kimia Lingkungan. Andi. Yogyakarta
Aswar, A.1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara Sumber Widia, Jakarta
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan lingkungan. EGC, Jakarta
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. UI-Press, Jakarta
Depkes RI. 2009. Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Riau Tahun 2007. Depkes RI, Jakarta
--- 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/MENKES/PER/IV/2010. Depkes RI, Jakarta
--- 1990. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Depkes RI, Jakarta
Dinas perkebunan Riau. 2010. Riau Info Sawit
(diakses pada 28 November 2011)
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kodoatie, dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air terpadu. Andi, Yogyakarta. Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Swadaya. Jakarta.
Lumbangaol ,P. 2010. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit.
Munif. A. 2009. Sumur Sehat Environmental Sanitation’s Journal, Lumajang. --- 2012. Pola Pencemaran Sumur Gali Oleh Tinja. HAKLI
(6)
---. 2002. Metodologi Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Ompusunggu, H. 2009. Analisa Kandungan Nitrat air Sumur Gali masyarakat disekitar TPA Sampah Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten deli serdang 2009. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ricki , M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu., Yogyakarta
Ruse, M. 1999.
Nitrates and Nitrites
.
IPCS, Newcastle. UnitedKingdom
Available from:
(Diakses 21 desember 2011)
Soemirat, J. 2002. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Utama, W. 2007. Keracunan Nitrit – Nitrat.
Desember 2011 )
Widodo, P. 2008. Potensi Pencemaran Air Tanah Oleh Pemakaian Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Melon Di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Skripsi Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2008, Surakarta
WHO. 2007. Nitrate and Nitrite in Drinking Water. WHO Press, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland