Pengertian Pandangan Para Tokoh tentang Perkawinan Ulang

karena untuk mengantisipasi atau menjaga jika dikhawatirkan atau ditemukan yang menjadi saksi perkawinan di KUA Kantor Urusan Agama diragukan akan kesaksiannya, karena tidak atau kurang memenuhi syarat menjadi saksi. Sehingga, disangsikan perkawinan tersebut kurang sempurna atau bahkan tidak sah jika mengikuti pendapat K.H Ahmad Rifa’i pendiri Rifa’iyah. Karena saksi merupakan salah satu rukun nikah, maka harus diperhatikan atau diperhitungkan. Dalam hal ini yaitu, orang-orang yang telah memenuhi syarat atau sepantasnya menjadi saksi meskipun tidak sepenuhnya bisa sempurna, artinya semua syarat ada pada dirinya tetapi setidaknya mendekati kesempurnaan, sehingga perkawinan bisa lebih sempurna. Akan tetapi, tidak menganggap pernikahan di KUA tidak sah akan tetapi sudah sah, dan alangkah baiknya dan tidak ada salahnya apabila dilakukan perkawinan ulang atau akad nikah baru yang intinya adalah untuk menyempurnakan perkawinan. Adapun syarat menjadi saksi yang memenuhi tingkatan adil menurut Rifa’iyah adalah sebagai berikut : 1. Islam, yaitu orang yang beragama Islam dan tidak sah apabila dari selain orang Islam. 2. Aqil, yaitu orang yang berakal dan tidak sah apabila orang yang hilang ingatan menjadi saksi 3. Baligh, yaitu sudah mencapai usia dewasa dan sudah dikenai beban hukum syari’at dan tidak sah orang yang belum baligh menjadi saksi. 4. Laki-laki, yaitu harus orang laki-laki dan tidak sah apabila perempuan menjadi saksi 5. Merdeka, yaitu orang yang sudah tidak dalam naungan atau dimiliki tuannya dan tidak sah kesaksian seorang budak yang masih dalam hak milik tuannya. 6. Dua orang, yaitu harus terdiri dari dua orang laki-laki kalau hanya satu maka tidak sah. 7. Melihat, yaitu bisa melihat atau tidak buta dan dapat menyaksikan tidak sah kesaksian orang buta atau tidak dapat melihat 8. Mendengar, yaitu bisa mendengar dengan jelas dan tidak sah kesaksian orang tuli atau tidak dapat mendengar. 9. Mampu mengucap, yaitu bisa mengucap dengan jelas dan tidak sah kesaksian orang bisu atau tidak mampu mengucap. 10. Bukan anak, yaitu bukan anaknya sendiri dan tidak sah kesaksian seorang anak keturunannya sendiri. 11. Bukan bapak, yaitu bukan bapaknya mempelai wanita dan tidak sah kesaksian seorang bapak mempelai wanita. 12. Bukan musuh, yaitu harus orang yang dalam keadaan aman atau bebas dari tekanan kedua mempelai. 13. Tidak fasik, yaitu orang yang tidak melakukan dosa besar dan tidak sah kesaksian orang yang sering melakukan disa besar. 14. Bisa menjaga harga diri, yaitu orang yang bisa menjaga kehormatannya dan tidak sah kesaksian orang yang tidak bisa menjaganya.