Uji asumsi klasik Hasil Analisis Data dan Interpretasi

commit to user pada linearity sebesar 0,039 p0,05. Oleh karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear.

2. Uji asumsi klasik

a. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antara variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Pada pembahasan ini uji multikolinearias dilakukan dengan melihat nilai inflation factor VIF pada model regresi. Pada umumnya, apabila nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain Priyatno, 2009. Hasil uji multikolinearias penelitian ini sebagai berikut: Tabel 10 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF Constant 25.158 8.900 2.827 .008 Dukungan Sosial Keluarga .441 .128 .564 3.434 .002 .692 1.445 Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi .066 .120 .090 .547 .588 .692 1.445 a. Dependent Variable: Harga Diri commit to user Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai variance inflation factor VIF kedua variabel bebas, yaitu dukungan sosial keluarga dengan persepsi terhadap status sosial ekonomi adalah 1,445. Hal tersebut menunjukkan bahwa antar variabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas, karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5. b. Uji heteroskedastisitas Salah satu asumsi dalam regresi berganda adalah uji heteroskedastisitas. Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi di mana varians dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians, dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak memiliki pola tertentu. Salah satu uji untuk heteroskedastisitas ini adalah dengan melihat penyebaran dari varians tersebut Santosa, 2005. Hasil uji heteroskedastisitas penelitian ini sebagai berikut : Gambar 3 Grafik Scatterplot untuk Pengujian Heteroskedastisitas commit to user Pada grafik di atas terlihat titik-titik yang ada tersebar secara merata, tidak terkumpul pada 1 tempat saja sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan yang lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson DW dengan ketentuan jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari 4-dL maka terdapat autokorelasi, jika d terletak antara dU dan 4-Du maka tidak ada autokorelasi, dan jika d terletak antara dL dan dU atau di antara 4-dU dan 4-dL maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dL dan dU dilihat di tabel DW Priyatno, 2009. Tabel 11 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .619 a .383 .346 6.922 2.068 a. Predictors: Constant, Persepsi Terhadap Status Sosial Ekonomi, Dukungan Sosial Keluarga b. Dependent Variable: Harga Diri commit to user Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,068. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian ini, dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data n 36, serta k=2 jumlah variabel independen diperoleh nilai DW sebesar 2,068 berada di antara 1,587 dU dan 2,413 4-Du, maka data tidak mengalami autokorelasi.

3. Uji hipotesis