commit to user tua, kondisi rumah, peralatan rumah tangga yang dimiliki, tampilan fisik
anggota keluarga. c. Aspek Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Berdasarakan penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa aspek persepsi terhadap status sosial ekonomi dapat dilihat dari bagaimana
seseorang memberikan tanggapan secara kognitf, afektif, dan konatif, yang dapat terlihat pada saat individu tersebut berfikir dan merasakan lalu
menunjukkannya dalam sikap dan perilakunya tentang keadaan pekerjaan orang tuanya, tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatannya,
pendidikan anggota keluarganya, kondisi rumahnya, peralatan rumah tangga yang dimilikinya, dan tampilan fisik setiap anggota keluarganya.
3. Tipe-tipe Keluarga Berdasar Status Sosial Ekonomi
Warner dan Langman dalam Friedman, 1992 mengelompokan kelas sosial keluarga menjadi enam kelas, yaitu :
a. Keluarga kelas atas-atas Keluarga yang telah memiliki kekayaan selama dua generasi
digolongkan dalam kelas kelompok keluarga kelas atas yang telah terbentuk atas-atas, sedangkan keluarga yang baru saja menjadi kaya
dikelompokkan dalam kelas orang kaya baru bawah-atas. b. Keluarga kelas atas-bawah
commit to user Orang kaya yang memiliki pertalian persaudaraan dengan keluarga
kelas atas-atas, tetapi mereka kurang memiliki sejarah yang panjang tentang prestise, kekuasaan dan riwayat keluarga.
c. Keluarga kelas menengah-atas Kelas ini terdiri dari kaum professional dalam bidang hukum, akuntan,
dokter; bisnisman tingkat tinggi; manajemen kelas menengah di perusahaan, pengusaha yang berhasil, para professional dalam bidang
pelayanan di universitas, pekerja dibidang kesehatan mental, administrator dalam bidang pelayanan sosial organisasi pemerintahan.
d. Keluarga kelas menengah-bawah Kelas ini terdiri dari usahawan-usahawan kecil, pekerja klerk, pekerja
kerah putih tingkat rendah. Fungsionaris birokrasi, dan tenaga penjualan. Kelas keluarga ini cenderung stabil meskipun ada masalah-masalah yang
menyangkut ekonomi dan pendidikan anak. e. Keluarga kelas pekerja
Keluarga kerah putih atau keluarga pekerja umumnya datang dari latar belakang pedesaan yang pindah ke kota. Kelas ini terdiri dari pekerja
terampil, pekerja semi terampil di pabrik, pekerja pelayan, sejumlah pedagang kecil yang memiliki pekerjaan tetap meskipun kadang kali tidak
dibayar dengan baik. f. Keluarga kelas bawah
commit to user Keluarga kelas bawah adalah keluarga yang berada pada garis
kemiskinan, dengan tingkat kemiskinan yang beragam. Keluarga kelas bawah ini tinggal dikota, tempat tinggal mereka adalah daerah kumuh,
biasanya rumah tua, bobrok, bangunannya diubah menjadi apartemen- apartemen kecil.
Iman 2005 mengelompokkan masyarakat atau keluarga berdasar penggunaan belanja rutin bulanan, status sosial ekonomi masyarakat atau
keluarga dibagi dalam beberapa kelas, sebagai berikut : 1 A1 Rp 2,25 juta ke atas,
2 A2 Rp 1,75 juta – Rp 2,25 juta, 3 B Rp 1,25 juta – Rp 1,75 juta,
4 C1 Rp 800 ribu – Rp 1,25 juta, 5 C2 Rp 600 ribu – Rp 800 ribu,
6 D Rp 400 ribu – Rp 600 ribu, 7 E Rp 400 ribu ke bawah.
Badan Pusat Statistik 2010 menyatakan penduduk dalam kategori miskin dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan pada tahun 2009 sampai tahun 2010
berada pada kisaran dari Rp200.262,00 perkapita perbulan sampai Rp211.726,00 perkapita per bulan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tipe keluarga berdasar status sosial ekonomi menurut Warner dan Langman dalam
commit to user Friedman, 1992 terdiri dari : keluarga kelas atas-atas, keluarga kelas atas-
bawah, keluarga kelas menengah-atas, keluarga kelas menengah-bawah, keluarga kelas pekerja dan keluarga kelas bawah.
D. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
1.
Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
Manusia adalah makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, keberadaannya di dunia selalu membutuhkan orang lain. Seperti yang
dikatakan oleh Kuntjoro 2002 bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik sandang,
pangan, papan, kebutuhan sosial pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan
religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada
saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dan dicintai.
Tambunan 2001 mengatakan bahwa keluarga menjadi struktur sosial yang penting karena interaksi antar anggota keluarga terjadi di sini. Perilaku
seseorang di dalam keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang lainnya. Dalam keluarga seseorang dapat merasakan dirinya dicintai,
commit to user diinginkan, diterima dan dihargai, yang pada akhirnya membantu dirinya
untuk lebih dapat menghargai dirinya sendiri. Situasi keluarga yang tidak bahagia kurang dapat menghasilkan pribadi yang memiliki harga diri yang
positif. Kebahagiaan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh adanya hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, baik hubungan antara orang
tua dan anak maupun hubungan antara anak dengan saudaranya. Menurut Jacinta 2001, level dan kestabilan harga diri pada anak
ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap berbagai aspek yang terkait dalam hubungan komunikasi orangtua dengan
anak, hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Anita Brown dkk. dari University of Georgia. Dibandingkan dengan anak-anak yang
memiliki harga diri yang stabil, anak-anak dengan harga diri yang tidak stabil melaporkan bahwa orangtuanya ternyata suka mengkritik, mengontrol secara
berlebihan, dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan oleh anaknya. Sementara itu, anak-anak dengan harga diri rendah melaporkan
bahwa orangtuanya lebih banyak mengkritik, mengawasi dengan ketat dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya dalam
rentang waktu yang cukup lama dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki harga diri tinggi. Sementara itu, ayah orangtua dari anak-anak
yang memiliki harga diri tinggi dianggap memiliki kemampuan khusus dalam memecahkan masalah atau persoalan hidup.
Branden 1999 berpendapat bahwa seseorang lebih mencari dan menciptakan hubungan-hubungan yang ramah daripada hubungan yang
commit to user mendatangkan permusuhan, kebalikan dari diri yang rendah harga dirinya,
yang selalu berakhir dalam hubungan permusuhan. Hubungan-hubungan individu yang memiliki harga diri yang kokoh dapat diketahui dari tingkat
kebaikan, penghormatan yang lebih tinggi daripada rata-rata dan dari martabat yang saling mendukung satu sama lain. Bersikap apa adanya selain
menghargai diri sendiri juga memberi kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Berkaitan dengan fungsi suatu keluarga Friedman 1992 menyatakan keluarga berfungsi menstabilisasikan kehidupannya yaitu memenuhi
kebutuhan kasih sayang, sosial ekonomi, kebutuhan seksual, keluarga juga memberikan perawatan fisik, dan perhatian emosional serta mengarahkan
perkembangan kepribadian. Menurut Gerungan 2004 keadaan sosioekonomi keluarga tentulah
berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, perlu perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi
anak di dalam keluarganya itu lebih luas, anak mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk menggembangan bermacam-macam kecakapan uang tidak
dapat dikembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hubungan orang tuanya hidup dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami
tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai.
commit to user Selanjutnya oleh Smet 1994 dikatakan bahwa dukungan instrumental
akan lebih efektif untuk kesukaran seperti kemiskinan. Dukungan instrumental yang dimaksutkan disini adalah dukungan berupa materi yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga. Seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut pendapat Friedman 1992 bahwa tekanan ekonomi diakaitkan
dengan rendahnya tingkat stabilitas keluarga, penyesuaian dalam perkawinan, koping keluarga, keterikatan keluarga, komunikasi dalam perkawinan dan
hubungan keluarga yang harmonis. Kondisi ekonomi keluarga yang kurang menguntungkan dapat menjadi pencetus timbulnya masalah dalam keluarga.
Lebih lanjut Coopersmith 1967 mengasumsikan bahwa anak-anak dari status keluarga yang tinggi lebih terampil untuk meningkatkan keuntungan
secara signifikan dan untuk menerima perawatan yang lebih terhormat. Keadaan seseorang yang berasal dari status sosial tinggi akan berbeda dengan
kondisi seseorang yang berasal dari kondisi status sosial yang rendah. Peranan ayah sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan anggota
keluarganya, pekerjaan ayah, dan penghasilnya menjadi penunjang kehidupan keluarga. Selain pekerjaan ayah yang menjadi tonggak kehidupan keluarga,
pekerjaan ayah juga mempengaruhi harga diri anaknya, sesuai yang dikatakan Coopersmith 1967 bahwa ayah yang berada di status sosial di atas rata-rata,
memilik anak yang lebih tinggi harga dirinya, misalnya ayah terlibat atau
commit to user bekerja dalam managerial, professional dan dalam aktifitas wirausaha. Begitu
juga sebaliknya bahwa anak yang ayahnya tidak bekerja merasakan atau memiliki harga diri yang lebih rendah.
Menurut pendapat Friedman 1992 keluarga berfungsi sebagai titik tolak penilaian tingkal laku dan memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit
maka keluarga mempengaruhi persepsi-persepsi individu. Keluarga juga mempengaruhi individu dalam memberikan persepsi terhadap suatu hal.
Berdasarkan penjabaran dari beberapa ahli di atas, dukungan sosial keluarga sangat berarti dalam pembentukan harga diri individu. Dukungan
sosial keluarga yang positif berupa pemberian kasih sayang, penerimaan, perhatian akan membuat seseorang memiliki harga diri yang tinggi. Begitu
pula sebaliknya bahwa seseorang yang kurang mendapat atau bahkan tidak mendapat dukungan dari keluarganya akan cenderung memiliki harga diri
yang rendah. Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan dalam mendukung kondisi status sosial ekonomi keluarganya, dengan adanya dukungan keluarga
akan mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Selanjutnya kondisi sosial ekonomi seseorang juga sangat mempengaruhi tingkat harga diri
seseorang. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi juga memiliki harga diri yang tinggi pula, begitupun sebaliknya.
2. Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga Diri
commit to user Menurut Tambunan 2001, yang mempengaruhi perkembangan harga
diri adalah hubungannya dengan orang lain, terutama significant others seperti orang tua, saudara kandung dan teman-teman dekat. Diantara struktur
sosial yang ada, keluarga merupakan hal yang paling penting, karena keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat, baik secara fisik maupun dukungan
sosial. Keluarga merupakan lingkungan yang pertama ditemui oleh individu dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang
manusia. Manusia adalah mahkluk yang tidak bisa hidup sendiri, karena menurut
Atkinson 1983 manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan dukungan, rasa senang, rasa tentram yang diberikan orang lain. Dengan
memusatkan semua perhatian pada masalahnya sendiri akan mengakibatkan keasyikan diri. Dengan berbagai perhatian pada orang lain seringkali akan
membantu seseorang memandang masalah dengan perspektif yang lebih jelas. Selain itu, dengan memperhatikan kesejahteraan orang lain - yang mungkin
saja mengalami kesulitan dan kesepian - dapat menguatkan perasaan harga diri.
Oleh Friedman 1992 keluarga dinilai sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, keluarga memiliki
pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukkan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.
commit to user Smet 1994 menyatakan bahwa perbandingan positif seseorang dengan
orang lain, misalnya seperti orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya akan menambah penghargaan pada dirinya sendiri. Dalam
hal ini adalah perbandingan seseorang dengan orang lain yang lebih rendah atau lebih kurang beruntung keadaannya dari pada dirinya sendiri akan
mampu membuat individu lebih menghargai dirinya sendiri. Menurut Friedman 1992 citra diri individu dan perasaan memiliki dari
individu diperoleh lewat interaksi dengan keluarganya. Keluarga bertindak sebagai sumber utama dari cinta, persetujuan, penghargaan, dan dukungan.
Anggota keluarga membagi tugas-tugas untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain demi persahabatan, cinta dan dukungan. Adanya dukungan sosial
yang baik dalam keluarga tercermin dari adanya saling memberi dan saling menerima dukungan baik fisik maupun psikologis bagi setiap anggota
keluarga. Keluarga memiliki banyak fungsi, salah satunya menurut Friedman
1992 adalah fungsi afektif keluarga yang meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan psikososial keluarga, dengan fungsi ini maka keluarga
menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama yaitu membentuk sifat- sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin hubungan secara akrab dan harga diri. Secara umum dapat dilihat bahwa seseorang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat
suportif kondisinya jauh lebih daripada seseorang yang tidak memiliki keuntungan ini. Akan terdapat perbedaan antara individu yang mendapat
commit to user dukungan sosial yang baik dengan individu lain yang tidak mendapat
dukungan. Berdasarkan uraian diatas, dukungan sosial keluarga adalah dukungan
yang berasal dari keluarga, apabila seseorang mendapatkan dukungan sosial tersebut maka akan memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada orang lain
yang tidak mendapat dukungan sosial dari keluarganya.
3.
Hubungan antara Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
Menurut Coopersmith 1967 harga diri berhubungan dengan aspirasi dan pengaharapan, penyeleksian persepsi dan memori, keteguhan dan
kemandirian penilaian, dan kemampuan menghubungkan dengan kenyataan. Seseorang yang memiliki perbedaan pada harga dirinya akan berbeda pula
dalam mempersepsikan sesuatu. Penelitian yang dilakukan oleh Bruner dan Goodman dalam Rakhmat,
1999 dalam penelitian tersebut terdapat dua kelompok anak yang disuruh untuk mengukur bermacam-macam uang recehan. Kelompok anak-anak yang
miskin cenderung memberikan ukuran uang yang lebih besar daripada kelompok anak-anak kaya. Ini menunjukkan bahwa nilai sosial satu objek
bergantung pada kelompok sosial yang menilai. Adanya perbedaan status sosial ekonomi dari individu akan memberikan perbedaan penilaian pada
setiap orang, baik itu penilaian terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap hal yang lain.
commit to user Menurut Gerungan 2004 anak-anak dengan latar belakang sosial
ekonomi yang rendah, yaitu bahwa anak-anak itu lebih cepat menyesuaikan dirinya dengan sebuah tugas pekerjaan yang baru daripada anak-anak dari
latar belakang sosial ekonomi yang mencukupi. Kemampuan penyesuain diri tersebut berhubungan dengan tingkat harga diri seseorang.
Penelitian yang dilakukan Coopersmith 1967 bahwa pekerjaan ayah dan penghasilannya merupakan sumber utama bagi status ekonomi keluarga,
akan tetapi banyak pula ditemui banyak wanita atau isteri yang bekerja. Pada wanita atau isteri pada tingkat status sosial yang di atas rata-rata bekerja
karena alasan intelektual dan kepuasan diri sendiri, pada wanita atau isteri pada status sosial rata-rata bekerja untuk meningkatkan standar
kehidupannya, sedangkan pada wanita yang berada pada status sosial di bawah rata-rata bekerja untuk membantu pemenuhan kebutuhan dasar untuk
hidup. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa orang tua yang bekerja, dalam hal ini adalah ayah dan ibu akan mempengaruhi harga diri anak-
anaknya. Anak yang memiliki orang tua yang bekerja cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada anak yang memiliki orang tua
pengangguran. Oleh Coopersmith 1967 dikatakan bahwa kelas sosial memberi
pengaruh yang positif pada harga diri, seseorang yang memiliki status sosial yang tinggi atau rata-rata lebih memiliki harga diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki status sosial rata-rata atau kelas pekerja.
commit to user Uraian di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki
perbedaan pada harga diri akan berbeda pula dalam mempersepsikan sesuatu. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung
memiliki harga diri yang lebih tinggi dari pada seseorang yang memiliki status sosial yang lebih rendah. Pekerjaan orang tua juga mempengaruhi
harga diri pada anak-anaknya. Persepsi seseorang terhadap status sosial ekonominya akan berbeda-beda.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara keseluruhan hubungan antara dukungan sosial keluarga dan persepsi terhadap status sosial ekonomi dengan
harga diri dapat digambarkan sebagai berikut :
2
1
3
Gambar 1 Bagan Kerangka Berpikir Hubungan antara Dukungan Sosial Keluarga dan
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi dengan Harga Diri
Keterangan : anak panah nomer 1
: hipotesis 1 anak panah nomer 2
: hipotesis 2 anak panah nomer 3
: hipotesis 3 Dukungan Sosial Keluarga
Persepsi terhadap Status Sosial Ekonomi
Harga Diri
commit to user
E. Hipotesis