Teori Simpul Filariasis Patogenesis Filariasis

2.1.4 Teori Simpul Filariasis

Teori Simpul Pada Penyakit Filariasis Simpul 1 Simpul 2 Simpul 3 Simpul 4 Sumber. Achmadi, 1991 Gambar 2.2 .Teori Simpul Patogenesis Penyakit Filariasis

2.1.5 Gejala Klinis Filariasis

Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Pada kronisnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi W.Barofti, B.malayi dan B.Timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi Sehat Sakit Faktor Manusia 1.umur 2.jenis kelamin 3.imunitas Nyamuk Anopheles Nyamuk Aedes Nyamuk Culex Penderita Filariasis Hewan Faktor Nyamuk 1.siklus gonotrofik 2.frekuensi menggigit manusia Faktor Agent 1.Wucheria bancrofti 2.Brugia malayi 3.Brugia timori Variabel lain yang berpengaruh Suhu udara, kelembaban, tempat perkembangbiakan nyamuk, kebiasaan keluar rumah, pemakaian kelambu, pekerjaan. Universitas Sumatera Utara oleh B.malayi, B.timori. Infeksi W.bancrofti dapat menyebabkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin, tetapi infeksi oleh B.malayi, B,timori tidak menimbulkan kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin.

2.1.5.1 Gejala Klinis Akut

Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan timbulnya abses. Abses dapat pecah dan kemudian mengalami penyembuhan dengan meninggalkan parut, terutama di daerah lipat paha dan ketiak. Parut lebih sering terjadi pada infeksi B.malayi, B.timori dibandingkan karena infeksi W.bancrofti, demikian juga dengan timbulnya limfangitis dan limfadenitis tetapi sebaliknya pada infeksi W.bancrofti sering terjadi peradangan buah pelir orkitis, peradangan epididimus epididimitis dan peradangan funikulus spermatikus funikulitis. Dinkes Sumut, 2010

2.1.5.2 Gejala klinis Kronis

Gejala klinis kronis terdiri dari limfedama, lymp scrotum, kiluria, hidrokel a. Limfedema Pada infeksi W.bancrofti terjadi pembengkakan seluruh kaki, seluruh lengan, skrotum, penis, vulva vagina dan payudara, sedangkan pada infeksi Brugia terjadi pembengkakan kaki dibawah lutut, lengan dibawah siku dimana siku dan lutut masih normal. b. Lymph Scrotum Adalah pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum, kadang-kadang pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah pecah dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian. Ditemukan juga lepuh vesicles besar dan Universitas Sumatera Utara kecil pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi pakaian. Ini mempunyai resiko tinggi terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan jamur, serangan akut berulang dan dapat berkembang menjadi limfeda skrotum. Ukuran skrotum kadang-kadang normal kadang-kadang sangat besar c. Kiluria Adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di ginjal pelvis renal oleh cacing filaria dewasa spesies W.bacrofti sehingga cairan limfe dan darah masuk ke dalam saluran kemih. Gejala yang timbul adalah sebagai berikut: 1. Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan kadang-kadang di sertai haematuria 2. Sukar kencing 3. Kelelahan tubuh 4. Kehilangan berat badan d. Hydrocele Adalah pelebaran kantung buah zakar karena tertumpuknya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hydrocele dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah zakar dengan gambaran klinis dan epidemiologis sebagai berikut: 1. Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat besar sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi. 2. Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus 3. Kadang-kadang akumulasi cairan limfe di sertai dengan komplikasi yaitu komplikasi dengan Chyle Chylocele, darah Haematocele atau nanah Pyocele. Uji transiluminasi dapat di gunakan untuk Universitas Sumatera Utara membedakan hidrokel dengan komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi. Uji transiluminasi ini dapat di kerjakan oleh dokter puskesmas yang telah di latih. 4. Hydrocele banyak ditemukan di daerah endemis W.bancrofti dan di gunakan sebagai indikator adanya infeksi W,bancrofti. DinKes Sumut, 2010.

2.1.6 Patogenesis Filariasis

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit, seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknya larva infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secara umum pekembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran kelenjar limfe, kerusakan katup saluran limfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat di kulit. Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis tersebut disebabkan karena cacing filaria dewasa yang tinggal dalam saluran limfe menimbulkan pelebaran dilatasi saluran limfe bukan penyumbatan obstruksi sehingga terjadi gangguan fungsi sistem limfatik : 1. Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi lambat dan tekanan hidrostatiknya meningkat, sehingga cairan limfe masuk kejaringan menimbulkan edema jaringan. Adanya edema jaringan akan meningkatkan keretanan Universitas Sumatera Utara kulit terhadap infeksi bakteri dan jamur yang masuk melalui luka-luka kecil maupun besar. keadaan ini dapat menimbulkan peradangan akut acute attack 2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui saluran limfe ke kelenjar limfe. Akibatnya bakteri tidak dapat dihancurkan fagositosis oleh sel Reticulo Endothelial System RES bahkan mudah berkembang biak dapat menimbulkan peradangan akut acute attack 3. Infeksi bakteri berulang akan menyebabkan serangan akut berulang recurrent acute attack sehingga menimbulkan berbagai gejala klinis sebagai berikut : a. Gejala peradangan lokal berupa peradangan oleh cacing dewasa bersama-sama dengan bakteri Yaitu : 1. Limfangitis : peradangan di saluran limfe 2. Limfadenitis : peradangan di kelenjar limfe 3. Adeno limfangitis ADL : peradangan saluran dan kelenjar limfe 4. Abses lanjutan ADL 5. Peradangan oleh spesies Wuchereria bancrofti di daerah genital alat kelamin dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis, dan orkitis b. Gejala peradangan umum berupa demam, sakit kepala, sakit otot, rasa lemah. 4. Kerusakan sistem limfatik termasuk kerusakan saluran limfa kecil yang ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe sehingga dapat terjadi limfedema. 5. Pada penderita limfedema serangan akut berulang oleh bakteri atau jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan pembentukan jaringan ikat fibrose tissue formation sehingga Universitas Sumatera Utara terjadi peningkatan stadium limfedema dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang timbul piting akan menjadi pembengkakan menetap non piting. Oemijati, 2006

2.1.7 Diagnosis Filariasis

Dokumen yang terkait

Analisis Determinan Daya Saing Ekonomi Kabupaten Batu Bara

1 59 70

ia NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten Labuhan Batu Selatan Tahun 2012

12 174 140

Evaluasi Lahan Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica)

2 72 89

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Hubungan Karakteristik Penderita dan Sanitasi Rumah serta Lingkungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Pidie

3 97 128

Hubungan Sanitasi Lingkungan Perumahan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Penyakit Filariasis di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2005

0 35 181

Analisis Pekerjaan Alternatif Nelayan Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara (Studi Kasus: Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara)

0 39 74

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DENGAN KEJADIAN DBD DI KENAGARIAN SALIDO KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2013.

0 0 9

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KECAMATAN KAMPUNG RAKYAT KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN TAHUN 2012

0 0 14