kompetensi, yakni: 1 kompetensi kepribadian, 2 kompetensi manajerial, 3 kompetensi kewirausahaan, 4 kompetensi supervisi dan 5 kompetensi sosial.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif tercermin bahwa kepala sekolah di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen se-Kota Semarang telah
menjalankan peranya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kepemimpinan kepala sekolah sebesar 67,7 masuk dalam kategori baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novitasari 2012 yang menunjukan kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
signifikan terhadap kinerja guru. Septiana 2013 mengungkapkan hal serupa bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja guru. Berdasarkan pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat membuktikan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap
kinerja guru. Artinya upaya peningkatan kinerja guru dapat dilakukan melalui peningkatan kepemimpinan kepala sekolah.
4.2.2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru
Hasil uji hipotesis H dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja Guru dinyatakan diterima karena hasil
uji parsial uji t variabel motivasi kerja memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 0,05. Garis persamaan regresi linear berganda juga menunjukkan nilai positif
yakni 0,724 yang berarti kenaikan satu satuan motivasi kerja dapat meningkatkan kinerja guru sebesar 0,724. Beradasarkan uji partial motivasi kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja guru, dengan pengaruh sebesar 37,57. Hasil analisis data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK Bidang Keahlian Bisnis dan
Manajemen se-Kota Semarang. Artinya semakin tinggi motivasi guru untuk bekerja semakin tinggi pula kinerjanya, begitupun sebaliknya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Robbins 2002: 55 yang menyatakan bahwa “motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan
menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu”. Gibson Suwarto, 2010:116 juga menyatakan bahwa kekuatan motivasi yang
ampuh dapat mempengaruhi kinerja yang lebih tinggi. Dalam bekerja guru memiliki dorongan untuk unggul, berprestasi dan meraih kesuksesan. Guru juga
memiliki kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dengan cara yang diinginkan. Di samping itu guru juga memiliki hasrat untuk menjalin hubungan
persahabatan dan kedekatan antar personal dengan orang-orang di lingkungan ia bekerja
Hasil analisis statistik deskriptif variabel motivasi kerja memberikan informasi bahwa rata-rata guru SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen di
Kabupaten Semarang memiliki motivasi kerja yang tinggi. Hal ini berarti rata-rata guru memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas, prestasi yang ingin
dicapai, pengembangan diri, serta kemandirian dalam bertindak yang baik sesuai dengan indikator motivasi kerja menurut Uno 2011:72.
Penelitian ini juga didukung dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaliri 2008, dengan hasil bahwa motivasi kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja guru. Sejalan pula dengan penelitian Pratiwi 2013 serta Sutriantono 2013 yang menyimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh
terhadap kinerja guru.
Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru dapat dilihat melalui hasil pengujian dengan bantuan program SPSS windows release versi 19
yang menunjukan bahwa variabel motivasi kerja mempengaruhi variabel kinerja guru sebesar 23,04. Dengan adanya pengaruh yang cukup besar ini dapat
diartikan bahwa untuk meningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan cara meningkatkan moivasi kerja para guru tersebut. Sejalan dengan pendapat
Sardiman 2011: 74 yang mengemukakan bahwa motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan
bergelayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
4.2.3. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja