Pandangan Responden Terhadap Trend Less Cash Society

66 sebagai dosen yang cukup padat di tambah prestasi mereka, banyak yang mencari ilmu atau pun bertugas ke luar kota, bahkan ke luar negeri, sehingga mereka lebih memilih untuk memiliki kartu kredit demi kemudahan dan keamanan dalam transaksi pembayaran. Keadaan ini lebih banyak dialami oleh dosen laki- laki dari pada dosen perempuan, karena dosen perempuan akan lebih memilih berprestasi di lingkungan yang tidak jauh dari keluarga mereka. Daya ramal prediksi model ini menunjukkan sebesar 76,6 persen tepat menggolongkan semua variabel yang diprediksi. Hasil estimasi menunjukan bahwa penggolongan responden yang memiliki nilai variabel tak bebasnya satu Y=1, memiliki tingkat ketepatan prediksi sebesar 60 persen, atau sebanyak 12 dari 20 responden yang memiliki kartu kredit tepat di prediksi memiliki kartu kredit. Sedangkan untuk variabel tak bebas dengan nilai nol Y=0 memiliki tingkat ketepatan prediksi sebesar 88,9 persen, atau sebanyak 24 dari 27 responden yang tidak memiliki kartu kredit tepat di prediksi, sedangkan responden lainnya diprediksi memiliki kartu kredit. Output casewise list pun tepat memprediksi secara keseluruhan pengklasifikasian yang tepat sebesar 76,6 persen, atau hanya 33,4 persen kasus tidak terklasifikasi dengan tepat Lampiran 20.

4.5. Pandangan Responden Terhadap Trend Less Cash Society

Less cash society adalah trend dimana suatu masyarakat tidak lagi menggunakan cash untuk melakukan transaksi pembayaran. Trend ini sudah cukup berkembang di negara-negara maju. Sebagai negara berkembang, tentunya secara perlahan trend ini akan merambah negara kita. Hal ini sudah cukup terlihat 67 dari semakin meningkatnya nilai dan volume transaksi menggunakan kartu di Indonesia Lampiran 18. Lebih dari itu, jumlah penerbit kartu pembayaran pun terus meningkat, mengingat besarnya potensi perkembangan alat pembayaran menggunakan kartu di Indonesia Gambar 6. Sumber : Bank Indonesia, 2005 Gambar 6. Jumlah Penerbit Kartu Kredit, ATM, dan Debet Namun demikian peluang pertumbuhan pembayaran non tunai yang cukup besar tersebut masih menghadapi berbagai kendala. Permasalahan utama menyangkut pengembangan sistem pembayaran di Indonesia adalah kurangnya informasi lengkap mengenai peta potensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Permasalahan lainnya adalah keterbatasan alat pembayarannya sendiri, ketersediaan lembaga penyedia jasa pembayaran non tunai yang masih terbatas baik dari sisi macam, jumlah maupun penyebarannya serta infrastruktur pendukung alat pembayaran, seperti jaringan telekomunikasi dan dukungan teknologi yang belum memadai. Sedangkan dari segi aspek kemasyarakatan terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi seperti tingkat kepercayaan masyarakat terhadap metode pembayaran secara non tunai yang masih rendah. Selain itu, kepastian hukum pembayaran non tunai secara elektronik juga masih 68 lemah dibandingkan dengan pembayaran secara tunai atau menggunakan warkat seperti cek, wesel dan bilyet giro. Hal tersebut tentu berdampak pada kurangnya perlindungan masyarakat dalam melakukan pembayaran secara non tunai Bank Indonesia, 2005. Fungsi Bank Indonesia dalam menstabilkan perekonomian negara, dapat diwujudkan salah satunya melalui pengendalian sistem pembayaran. Peningkatan perputaran ekonomi jelas menuntut dukungan sistem pembayaran yang cepat, aman, efisien, dan handal. Lancarnya sistem pembayaran, selain akan memberikan kepastian masyarakat dalam bertransaksi, secara otomatis juga akan mempercepat peredaran uang velocity of money dan mengurangi floating dana dalam setelmen. Perputaran uang yang semakin cepat dalam masyarakat akan menstimulai kegairahan dan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari money multiplier yang diciptakannya. Karena itu, kelancaran sistem pembayaran melalui transaksi non- tunai akan merupakan faktor penentu keberhasilan terciptanya stabilitas sistem keuangan dan efektifitas kebijakan moneter. Masyarakat memiliki persepsi yang beragam mengenai trend less cash society , termasuk dosen. Dari hasil penelitian ini didapatkan sebanyak 78,72 persen responden berpandangan positif terhadap trend less cash society. Mereka beralasan bahwa dengan adanya trend ini akan lebih efisien, praktis, aman, modern, serta mudah melakukan transaksi pembayaran disamping trend ini juga dapat menghemat pengeluaran negara, karena dapat menurunkan biaya transaksi. Tetapi ada juga yang berpandangan trend ini tidak cocok bagi negara kita 4,26 persen, karena mereka menilai kultur atau kebiasaan masyarakat kita yang masih 69 mengutamakan cash dari pada non-cash. Sementara, responden lain tidak memiliki tanggapan terhadap perkembangan trend ini Gambar 7. 10 20 30 40 50 60 70 80 Persentase Positif Negatif Netral Pandangan Masyarakat Gambar 7. Pandangan Responden Terhadap Trend Cash Less Sosiety Berdasarkan pandangan responden tersebut, mereka memiliki banyak harapan agar trend less cash society dapat terlaksana secara terkendali. Mereka berharap adanya sosialisasi, baik dari pihak perbankan maupun pemerintah untuk menggalakkan trend ini, adanya jaminan keamanan dan kepastian hukum yang jelas dan kuat, penyediaan fasilitas dan infrastruktur untuk menggunakan alat pembayaran non-cash, serta manajemen dan sistem administrasi yang mudah dan baik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik dominan dosen yang memiliki kartu kredit yaitu berusia lebih dari 45 tahun, memiliki total pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan lebih dari lima juta rupiah, tabungan rata-rata per bulan lebih dari dua juta rupah, jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang, lama bekerja lebih dari 20 tahun, pendidikan S2 dan S3, jenis kelamin laki- laki, memiliki jabatan struktural, memiliki pekerjaan lain, dan memanfaatkan teknologi internet untuk banking service. Karakteristik dominan dosen yang tidak memiliki kartu kredit yaitu berusia kurang dari 45 tahun, memiliki total pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari lima juta rupiah, tabungan rata- rata per bulan kurang dari dan sama dengan satu juta rupiah, jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang, lama bekerja kurang dari 20 tahun, pendidikan S1, jenis kelamin perempuan, tidak memiliki jabatan struktural, tidak memiliki pekerjaan lain, dan tidak memanfaatkan teknologi internet untuk banking service. Variabel- variabel yang memiliki hubungan dengan kepemilikan kartu kredit yaitu variabel usia, total pendapatan, pengeluaran dan tabungan rata-rata per bulan, lama bekerja, serta dummy pekerjaan lain. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi dosen dala m kepemilikan kartu kredit yaitu total pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan, lama bekerja, dan dummy jenis kelamin. Tanda dari koefisien dan nilai odds ratio