BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan pada umumnya berlangsung di sekolah melalui kegiatan pembelajaran merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku. Perubahan itu
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil pembelajaran tersebut berdampak baik bagi mutu pendidikan dan kehidupan bangsa Indonesia. Salah
satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pendidikan adalah dengan melihat prestasi belajar siswa. Menurut Tu’u 2004:75 “prestasi
merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.” Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi siswa antara lain faktor
kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motivasi, kesehatan, cara belajar, lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, sekolah, dan sarana pendukung
dalam belajar. Salah satu faktor penentu prestasi yang terdapat dalam diri siswa adalah
motivasi. Secara umum motivasi merupakan konsep yang menjelaskan siswa dalam melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan dalam belajar. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa apabila siswa memiliki motivasi yang rendah dalam belajar, maka capaian prestasi yang diperoleh kurang maksimal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sardiman 2007:84 yang menyatakan bahwa “hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
1
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.”
SMAN 1 Dukuhwaru merupakan sekolah yang berada di Kabupaten Tegal. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan sekolah ini masih
memiliki masalah belajar pada mata pelajaran ekonomi. Hasil wawancara dengan guru ekonomi kelas XI IPS dan pengamatan pada saat proses pembelajaran
terdapat beberapa masalah, yakni: 1 siswa kurang menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan diajarkan pada
pertemuan berikutnya sudah diketahui, 2 motivasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah yang dapat dilihat dari kurangnya respon siswa ketika
mengikuti kegiatan pembelajaran. 3 siswa belum memiliki ketertarikan terhadap pembelajaran ekonomi yang dapat dilihat dari rendahnya aktivitas siswa dan
tingkat perhatian siswa pada saat pelajaran berlangsung. Hal ini juga didukung hasil penelitian Lintang 2010 yang menyatakan bahwa karakteristik siswa kelas
XI IPS SMAN 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal dalam mengikuti pembelajaran ekonomi adalah sebagai berikut.
Sebanyak 32,64 siswa termasuk kategori kurang baik dalam membuat jadwal belajar dan pelaksanaan kegiatan belajar di kelas. 14,58 siswa
termasuk kategori kurang baik dalam membaca dan membuat catatan selama mengikuti pembelajaran. 46,53 siswa termasuk kategori kurang
baik mengulang bahan pelajaran yang telah disampaikan guru. 17,36 siswa termasuk kategori kurang baik konsentrasi dalam belajar. 15,28
siswa termasuk dalam kategori kurang baik mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Rendahnya motivasi siswa ditandai dengan aktivitas dan ketertarikan yang masih rendah dalam pembelajaran ekonomi. Siswa yang kurang termotivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran akan berdampak pada capaian prestasi belajar
siswa kurang optimal. Hal ini ditandai dengan nilai siswa yang masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu dibawah nilai 7,00.
Tabel 1.1. Ketuntasan Belajar Siswa Standar Kompetensi
Perekonomian Terbuka
Kelas Jumlah
Siswa Ketuntasan Belajar Siswa
KD 1 KD 2
KD 3 Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum Tuntas Jml
Jml Jml
Jml Jml
Jml
XI IPS 1 34
31 91.2
3 8.8
27 79.4
7 20.6
31 91.2
3 8.8
XI IPS 2 35
33 94.3
2 5.7
19 54.3
16 45.7
24 68.6
11 31.4
XI IPS 3 35
32 91.4
3 8.6
18 51.4
17 48.6
22 62.9
13 37.1
XI IPS 4 34
30 88.2
4 11.8
25 73.5
9 26.5
26 76.5
8 23.5
Jumlah 138
126 91.3
12 8.7
89 64.5
49 35.5
103 74.6
35 25.4
Sumber: nilai ulangan harian siswa kelas XI IPS SMAN 1 Dukuhwaru Kab. Tegal, 2013 Keterangan:
KD 1: Mengidentifikasi manfaat dan faktor pendorong perdagangan internasional KD 2: Mengidentifikasi kurs tukar valuta asing
KD 3: Menjelaskan konsep tarif, kuota, larangan eksopr-impor, subsidi, premi, dan dumping
Tabel 1.1. menunjukkan dari tiga kompetensi dasar yang terdapat pada standar kompetensi perekonomian terbuka siswa kurang menguasai kompetensi
dasar mengidentifikasi kurs tukar valuta asing. Hal ini dapat dilihat dari 138 siswa kelas XI IPS hanya 89 siswa atau sebesar 64,5 yang mampu mencapai hasil
belajar diatas KKM, sedangkan 49 siswa atau sebesar 35,5 belum mampu mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Berdasarkan analisis hasil ulangan
harian semester dua kelas XI IPS SMAN 1 Dukuhwaru diketahui bahwa siswa masih kesulitan memahami materi menghitung nilai tukar berdasarkan kurs yang
berlaku. Hal ini bisa dilihat dari Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Ketuntasan Belajar Siswa
Kompetensi Dasar Mengidentifikasi Kurs Valuta Asing
Kelas Jumlah
Siswa Ketuntasan Belajar Siswa
Indikator 1 Indikator 2
Indikator 3 Indikator 4
Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum Tuntas
Tuntas Belum
Tuntas Tuntas
Belum Tuntas
Jml Jml
Jml Jml
Jml Jml
Jml Jml
XI IPS 1 34
22 64.7
12 35.3
18 52.9
16 47.1
34 100
31 91.2
3 8.8
XI IPS 2 35
14 40.0
21 60.0
12 34.3
23 65.7
32 91.4
3 8.6
23 65.7
12 34.3
XI IPS 3 35
13 37.1
22 62.9
6 17.1
29 82.9
32 91.4
3 8.6
24 68.6
11 31.4
XI IPS 4 34
22 64.7
12 35.3
16 47.1
18 52.9
32 94.1
2 5.9
25 73.5
9 26.5
∑XI IPS 138
71 51.4
67 48.6
52 37.7
86 62.3
130 94.2
8 5.8
103 74.6
35 25.4
Sumber: analisis hasil ulangan harian semester 2 kelas XI IPS SMAN 1 Dukuhwaru, 2013 Keterangan:
Indikator 1: Pengertian kurs dan perubahanya Indikator 2: Perhitungan kurs valuta asing
Indikator 3: Perkembangan nilai rupiah terhadap valuta asing Indikator 4: Cara dan alat pembayaran internasional
Tabel 1.2. menunjukkan hasil belajar siswa pada indikator perhitungan kurs valuta asing paling rendah diantara hasil belajar indikator lain yaitu dari 138
siswa kelas XI IPS hanya 52 siswa atau sebesar 37,7 yang memperoleh nilai diatas KKM yang ditetapkan sekolah sedangkan 86 siswa atau sebesar 62,3
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal ini menunjukkan permasalahan utama dalam pembelajaran kompetensi dasar mengidentifikasi kurs valuta asing
yaitu siswa yang kurang menguasai materi menghitung kurs valuta asing. Pada materi perhitungan kurs valuta asing siswa dituntut untuk memahami
arti dan definisi kurs valuta asing, menafsirkan perubahan kurs valuta dengan benar, penerapan kurs jual maupun kurs beli yang diterapkan money changer
dalam menjual beli valuta asing kepada masyarakat, dan siswa juga harus mampu menghitung nilai tukar valuta. Materi perhitungan kurs valuta asing biasa
disajikan dengan berbagai contoh soal cerita. Soal cerita dalam perhitungan nilai
valuta merupakan soal perhitungan matematis yang berbentuk cerita, sehingga pemahaman siswa terhadap soal cerita tidak hanya faktor komputasi saja tetapi
siswa juga harus memahami makna soal cerita tersebut. Pada materi ini biasa di sampaikan dengan metode ceramah untuk
memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada siswa karena sifat pokok bahasan kurs valuta asing yang informatif dan faktual. Akan tetapi penerapan
metode ceramah yang kurang bervariasi berdampak pada siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Ketika siswa merasa bosan dan kurang
termotivasi, akan berimplikasi pada rendahnya capaian prestasi siswa. Kondisi yang demikian maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana yang menyenangkan, dan dapat meningkatkan motivasi siswa, serta menerapkan keterlibatan aktif mereka dalam rangka meningkatkan
prestasi belajar. Salah satu upaya meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran perhitungan kurs valuta asing yaitu dengan menerapkan metode ceramah bervariasi. Ceramah bervariasi merupakan ragam mengajar dengan
mengaplikasikan berbagai metode yaitu dengan memadukan ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Metode ini sebagai salah satu cara meningkatkan motivasi
siswa, dan mengurangi rasa bosan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa 2009:78
yang menyatakan “variasi dalam pembelajaran merupakan perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.” Dengan menerapkan metode ceramah bervariasi pada materi
perhitungan kurs valuta asing, siswa tidak hanya mendapatkan informasi yang aktual dari ceramah saja, tetapi juga siswa dapat berfikir kritis, mengekspresikan
pendapatnya secara bebas, serta siswa dapat menyumbangkan gagasanya melalui kegiatan diskusi. Implementasi metode ini yakni guru menyampaikan uraian
materi, selanjutnya guru memberikan peluang kepada siswa untuk bertanya jawab, setelah itu dilakukan diskusi antar siswa.
Selain menerapkan ceramah bervariasi, penerapan model pembelajaran bermain peran juga salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang
dapat memotivasi siswa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar materi perhitungan kurs valuta asing. Model pembelajaran bermain peran merupakan
ragam mengajar untuk meningkatkan interaksi guru dan siswa dan sebagai upaya pemecahan masalah yang menyangkut dengan kehidupan sosial melalui peragaan
tindakan. Melalui model pembelajaran bermain peran, materi perhitungan kurs valuta asing yang terdiri dari konsep teoritis mengenai definisi kurs valuta asing,
cara menafsirkan perubahan nilai tukar valuta asing, dan perhitungan matematis nilai tukar valuta berdasarkan kurs yang berlaku dalam bentuk soal cerita dapat
disajikan dalam bentuk yang lebih konkret sehingga siswa tidak berfikir abstrak dalam memahami setiap materi yang diberikan guru.
Model pembelajaran bermain peran dapat menciptakan pembelajaran materi perhitungan kurs valuta asing dengan suasana permainan yang
menyenangkan dan dapat memotivasi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi Prasetyo 1997 sebagaimana dikutip Sugiharti 2009:19, “model
pembelajaran bermain peran dapat menjadikan siswa banyak beraktifitas dalam
pembelajaran dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan merupakan suatu bentuk motivator sehingga siswa lebih antusias dalam belajar,
dengan demikian hasil belajarpun meningkat.” Perpaduan ceramah bervariasi dan model pembelajaran bermain peran
merupakan ragam variasi mengajar yang menerapkan keterlibatan aktif siswa dan guru, serta interaksi antar individu tersebut dalam dramatisasi. Ketika siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran, maka akan memaksimalkan hasil dari apa yang ia pelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Magnesen sebagaimana dikutip Tu’u
2004:77, “orang belajar 10 dari apa yang ia baca, 20 dari apa yang ia dengar, 30 dari apa yang ia lihat, 50 dari apa yang ia lihat dan dengar, 70
dari apa yang ia katakan, dan 90 dari apa yang ia katakan dan lakukan.” Perpaduan ceramah bervariasi dan model pembelajaran bermain peran
dapat membantu siswa dalam meningkatkan interaksi antara siswa maupun dengan guru, mendorong siswa berfikir kritis, serta dapat meningkatkan
kemampuan siswa memahami perasaan dirinya dan perasaan orang lain. Melalui perpaduan metode ceramah bervariasi dan model pembelajaran bermain peran,
selain dengan kegiatan diskusi siswa juga dapat memecahkan permasalahan sosial, sesuai dengan permainan peran yang dilakukan. Selain itu juga siswa dapat
meningkatkan keterampilan serta dalam mencari solusi dalam berbagai upaya pemecahan masalah. Dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, maka akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Penerapan perpaduan ceramah bervariasi dan model pembelajaran bermain
peran siswa merupakan implementasi pembelajaran dengan memadukan metode
ceramah yang disertai sesi tanya jawab, metode diskusi antar siswa, dan model pembelajaran bermain peran. Adapun langkah-langkahnya yaitu: 1 guru
menceritakan situasi sosial yang dilanjutkan sesi tanya jawab dengan siswa, 2 siswa memilih melakukan diskusi dalam menentukan para pelaku, 3 siswa
mempersiapkan pelaku, 4 siswa melakukan permainan peran dengan menerapkan kurs jual dan kurs beli dalam kegiatan jual beli valuta asing, 5 guru
mengontrol ketika permainan peran berlangsung, 6 guru mengakhiri permainan peran dengan diskusi, 7 siswa menilai atau memberi tanggapan, 8 siswa
menyimpulkan hasil permainan peran. Berdasarkan hasil penelitian penerapan model pembelajaran bermain peran
yang dilakukan oleh Sugiharti 2009:21 “rata-rata keberhasilan siswa di kelas
eksperimen adalah 64,7, sedangkan rata-rata keberhasilan siswa di kelas kontrol adalah 55. Hasil tersebut menujukkan bahwa penerapan model bermain peran
dapat meningkatkan keber hasilan belajar siswa.” Hal ini juga didukukung oleh
Chandrawati 2010 dalam penelitianya menyebutkan bahwa “hasil penelitian sebelum treatment menunjukkan nilai pada waktu pre test rata-rata 66,5
sedangkan pada waktu post test 76,17.” Hasil penelitian ini menunjukan aktivitas siswa dalam pembelajaran bermain peran dan hasil pembelajaran siswa dengan
menerapkan pembelajaran metode bermain peran menunjukan hasil yang positif, terlihat dari peningkatan signifikansi dari segi aktivitas dan hasil pembelajaran.
Dari uraian tersebut peneliti melakukan penelitian mengenai penerapan perpaduan ceramah bervariasi dan model pembelajaran bermain peran untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian tindakan kelas dengan judul
“
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Perhitungan Kurs Valuta Asing Melalui Perpaduan Metode
Ceramah Bervariasi dan Model Pembelajaran Bermain Peran Kelas XI IPS SMAN 1 Dukuhwaru Kabupaten Tegal.”
1.2 Rumusan Masalah