2. Meter 3. Tempo 1. Kesimpulan STRUKTUR MUSIK TAGANING PADA

50 Gambar 4.3 Contoh notasi gondang dengan teknik didang didang Pelarasan taganing tidak selalu sama antara partaganing yang satu dengan partaganing yang lain. Oleh karena itu, tinggi rendahnya frekwensi bunyi adalah relatif. Melihat hal itu, pada transkripsi dalam tulisan ini garis-garis paranada tidak menunjukkan pada frekwensi nada tertentu, sehingga tanda kunci clef tidak dipakai. Gambar 4.4 Tanda mula pada alat musik perkusi

4. 2. Meter

Untuk dapat menentukan meter dalam gondang sabangunan sangat diperlukan peran ogung dan juga gordang. Pada dasarnya meter yang dipakai dalam semua gondang adalah meter 4. Hal itu terlihat dari siklus ketukan ogung. Ogung oloan akan selalu muncul pada ketukan pertama setiap birama dan ogung ihutan pada ketukan ketiga setiap birama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan 51 bahwa meter yang digunakan pada gondang mula-mula, gondang didang didang, dan gondang sitio-tio adalah meter 4. Gambar 4.5 Meter 4

4. 3. Tempo

Pada umumya ketiga gondang yang dibahas pada tulisan ini relative cepat. Dengan mengunakan sistem Metronom Meter dimana not ¼ mewakili satu ketukan dasar gondang, maka tempo dari ketiga gondang tersebut adalah sebagai berikut: Gondang mula-mula = MM q ± 170 Gondang didang didang = MM q ± 152 Gondang sitio-tio = MM q ± 158 52 4. 4. Frasa

4.4.1. Gondang Mula-mula

A B 53 C D E F G 54 H I J K L M N O 55 Gondang mula mula yang dimainkan oleh bapak Maningar Sitorus memliki durasi yang panjang dan juga frasa yang beragam. Menurut beliau, gondang mula mula seperti ini sudah sangat dimainkan pada acara-acara adat. Selain karena “tujuannya”, hal ini disebabkan oleh durasi yang lama untuk sebuah gondang di awal acara. P Q R S T 56

4.4.2. Gondang Didang didang

A B C B 1 C 1 D D 1 E 57 E 1 F F 1 G H H 1 I I 1 J 58 Frasa yang terdapat pada gondang didang didang berjumlah sepuluh frasa. Frasa A merupakan bagian pembuka prelude, frasa B B 1 ; C C 1 ; D D 1 ; E E 1 ; F F 1 ; G; H H 1 ; dan frasa I I 1 merupakan bagian isi, serta frasa J sebagai bagian penutup.

4.4.3. Gondang Sitio-tio

A B C D 59 E F G H I I 60

4. 5. Motif dan Pola Ritem

4.5.1 Gondang Mula-mula

61 62

4.5.2 Gondang Didang didang

63 64

4.5.3 Gondang Sitio-tio

65 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

Konsep dalihan na tolu sebagai suatu prinsip hidup masih dipegang erat oleh masyarakat Batak Toba hingga saat ini. Hal ini terlihat dari kehidupan sehari- hari dan yang paling nyata adalah pada saat acara-acara adat. Komponen dalihan na tolu harus saling melengkapi dan mengambil peran masing-masing dalam setiap acara-acara adat. Gondang sabangunan sebagai komponen upacara masih dipertahankan walaupun mengalami pergeseran “tujuan” penggunaannya serta perubahan instrumen di dalamnya. Hal ini juga berpengaruh terhadap repertoar yang dimainkan pada acara tersebut juga telah berubah. Si pitu gondang, yang pada awalnya merupakan doa kepada para “penguasa” dan harus dimainkan secara utuh, kini konsep itu telah berubah dimana si pitu gondang hanya dijadikan sebagai pembuka atau pengesahan acara. Menurut bapak Maningar Sitorus, masyarakat Batak saat ini tidak lagi menguasai apa saja repertoar gondang untuk acara tertentu. Gondang yang dimainkan tidak lagi harus berisi doa kepada “penguasa”, namun lebih mengarah kepada pengiring tor tor. Oleh karena sebab di atas, seorang pemusik tidak lagi harus memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang repertoar gondang yang asli untuk dapat mengiringi sebuah acara. Hal ini juga berpengaruh pada proses transmisi gondang menjadi suatu hal yang diabaikan. Tidak ada lagi proses belajar margondang yang lama oleh murid kepada gurunya. 67 Ketiga gondang yang penulis transkripsi dalam tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan. Notasi yang ada belum membahas mengenai aksentuasi ritmis yang sangat kompleks dalam gondang Batak Toba. Namun, dari analisis yang dibuat dapat dilihat bahwa di samping berperan sebagai pembawa melodi dalam gondang sabangunan, taganing yang juga berperan sebagai pembawa ritme sering kali membuat variasi ritmis yang kompleks. Sehingga untuk mendapatkan melodi yang asli sangat sulit apabila dilihat dari permainan taganing. Gondang dimainkan pada si pitu gondang memiliki tempo cepat. Dari ketiga gondang yang dibahas terlihat tempo gondang mula mula adalah yang paling cepat diikuti oleh gondang sitio tio dan gondang didang didang. Dari data rekaman yang penulis peroleh, ketujuh gondang yang dimainkan oelh bapak Maningar Sitorus memiliki tempo yang cepat. Pola-pola ritme yang ada pada ketiga gondang tersebut relatif sama. Pengulangan-pengulangan pola tersebut sangat jelas terlihat pada ketiga gondang. Secara musikal, hal yang sangat menentukan dalam keindahan gondang Batak Toba adalah aksentuasi dalam setiap pukulannya. Apabila dilihat transkripsi yang ada, semuanya mirip dan variasi yang ada merupakan pengembangan dari pola yang lebih sederhana. Namun, apabila didengarkan kembali data rekaman gondang tersebut, maka yang muncul adalah aksetuasi yang kompleks anatara tangan kanan dan kiri. Berdasarkan wawancara dengan bapak Maningar Sitorus, keindahan permainan itu dipengaruhi oleh keyakinan pada yang Maha Kuasa. Dalam hal ini beliau adalah penganut ugamo malim parmalim. Keyakinan beliau bahwa setiap pargonsi justru lebih tinggi posisinya dari seorang pemimpin upacara adat atau pemuka agama. Dia berkeyakinan setiap musik yang dimainkan tidak sepenuhnya 68 karena kemampuan pargonsi tersebut, tetapi karena penyertaan Yang Maha Kuasa dalam acara itu. Untuk bisa seperti itu, maka setiap pargonsi harus menjaga kualitas hidup yang suci dalam kehidupan sehari-hari.

5. 2. Saran