antar tenaga kesehatan, merupakan sistem pembelajaran yang bagus, dan IPE akan mengalami hambatan bila di terapkan di USU.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dosen FK membutuhkan kontribusi dosen dari profesi lain dalam mengajar, membutuhkan IPE agar dapat
membuat mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan lebih berkompeten dan dapat berkomunikasi terapetik lebih baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniawan 2013 menyatakan bahwa mayoritas dosen FKIK Unsoed memiliki persepsi baik terhadap IPE dan tidak ada
nilai persepsi yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Netherwood dan Ruth 2014 didapatkan hasil bahwa dosen cendrung memiliki persepsi yang baik pada
IPE. Begitu pula dengan Cameron et al 2009, dalam Fauziah 2010 menunjukkan peserta IPE Faculty Development Course in May 2006 mempunyai persepsi yang
baik terhadap IPE, dan pemahaman terhadap IPE mempunyai persentase terendah. Menurut Hall 2005 tingginya kebutuhan pada IPE disebabkan tingginya
tingkat kebutuhan berkolaborasi antar profesi kesehatan. Oleh karena itu penerapan IPE dalam sistem pembelajaran sangat diharapkan demi tujuan
meningkatkan kompetensi masing-masing profesi berdasarkan kompetensinya Fauziah, 2010.
2.2 Motivasi pada IPE
Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan Wijono, 2010 dalam Halawa, 2014. Motivasi juga sering diartikan sebagai
dorongan. Dorongan tersebut merupakan gerakan untuk melakukan sesuatu dari jiwa dan jasmaniah. Sehingga juga disebut suatu drifing force yang menggerakkan
seseorang untuk bertingkah laku dan memiliki target dalam setiap hal yang
Universitas Sumatera Utara
dikerjakannya As’ad, 1995 dalam Halawa, 2014. Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis dan merupakan suatu proses yang
dapat menimbulkan prilaku dalam bentuk kesiapan untuk mencapai tujuan dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, Erwina 2007 membagi tiga komponen motivasi berdasarkan teori ekspektasi. Tiga komponen motivasi
tersebut terdiri dari daya tarik, harapan, dan kemauan. Hasil pengukuran motivasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi
dosen Fakultas Ilmu Kesehatan sedang 69.8 pada IPE. Secara rinci, motivasi dosen FKep berada pada kategori tinggi 66.7 dan motivasi dosen FK sedang
75.7. Komponen motivasi tertinggi pada dosen Fakultas Ilmu Kesehatan adalah komponen harapan pada IPE sebesar 71.6. Komponen motivasi dosen
FKep yang tertinggi yaitu komponen harapan mencapai 100 begitu pula dengan komponen motivasi tertinggi pada dosen FK adalah harapan sebesar 43.3.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosen Fakultas Ilmu Kesehatan berharap komunikasi antar mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan akan
lebih baik, adanya fasilitas belajar yang memadai untuk menunjang pembelajaran bersama antar mahasiswa program studi ilmu-ilmu kesehatan, tidak akan terjadi
masalah pada jadwal perkuliahan di masing-masing program studi ilmu kesehatan, dan IPE segera diterapkan di USU.
Hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa dosen Fakultas Ilmu Kesehatan USU memiliki harapan yang tinggi pada IPE sehingga dapat dimaknai memiliki daya
tarik dan kemauan untuk penerapan IPE sebagai media pembelajaran bersama. Mercer et al 2014 meyebutkan bahwa motivasi mahasiswa keperawatan lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi dibanding mahasiswa kedokteran dan mahasiswa psikologi pada IPE. Hanya saja dalam penelitian tersebut yang menjadi sampel penelitian adalah
mahasiswa bukan dosen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salima et al 2014 kepada guru sekolah dasar, didapatkan hasil bahwa terdapat motivasi yang tinggi
dalam menggembangkan kurikulum IPE di tingkat pendidikan dasar. Penelitian tersebut juga tidak menggunakan dosen sebagai sampel, namun dalam penelitian
tersebut dapat dilihat bahwa guru sebagai tenaga pendidik memiliki harapan yang tinggi pada penerapan IPE. Begitu pula dengan Bruno 2014 menunjukkan
bahwa IPE akan berjalan apabila terdapat motivasi yang tinggi dari dosen sebagai pendidik profesional dalam penerapan dan pengembangan IPE.
2.3 Kesiapan pada IPE