kepada penagdilan. Penawaran yang sedemikian, diikuti dengan penitipan, membebaskan si berhutang dan berlaku baginya sebagai
pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut undang-undang sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas
tanggungan si berpiutang.”
Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, konsinyasi ini berbeda
dengan yang diatur dalam peraturan lain yang dimana dalam hal kegiatan konsinyasi ini dapat dilakukan jika sebelumnya terdapat hubungan hukum
antara para pihak misalnya seperti hutang piutang.
2. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Dalam Keppres No.55 Tahun 1993 dinyatakan bahwa “Dalam hal tanah,
bangunan, tanaman atau benda yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki bersama-sama oleh beberapa orang, sedangkan satu atau beberapa orang
dari mereka tidak dapat ditemukan, maka ganti rugi yang menjadi hak orang yang tidak dapat diketemukan tersebut dikonsinyasikan di
pengadilan negeri setempat oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah
”.
8
Dalam Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 tidak disebutkan kegiatan konsinyasi yang diakibatkan oleh penolakan pemilik lahan. Konsinyasi
8
Pasal 17 ayat 2 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993.
yang dikenal di dalam Keppres No.55 Tahun 1993 hanyalah untuk keperluan penyampaian ganti rugi yang telah disepakati, akan tetapi orang
yang bersangkutan tidak diketemukan
9
3. Perpres No 36 Tahun 2005 jo Perpres No 65 Tahun 2006 Tentang
Pengadaan Tanah
Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
Dengan berlakunya Perpres Nomor 36 Tahun 2005, ada sedikit perbedaan dalam tata cara konsinyasi tanah untuk kepentingan umum, Menurut Pasal
10 ayat 2 Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 dinyatakan dalam hal kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum yang telah diadakan
musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak tercapai kesepakatan, panitia pengadaan tanah menetapkan besarnya ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dan menitipkan ganti rugi uang kepada pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi lokasi
tanah yang bersangkutan. Dengan berlakunya Peraturan Presiden ini terjadi perubahan yang sangat
besar dalam hal pengadaan tanah. Pemerintah dapat menitipkan uang kepada pengadilan apabila jalan musyawarah tidak menemukan hasil
dalam artian pemilik lahan tetap menolak penawaran harga yang ditentukan oleh pemerintah. Namun ada dampak negatif dari
9
Abdulrrahman, Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Bandung : Citra Aitya Bakti, 1994, h. 66.