Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
Artinya: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah Amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik
”.
2
Dalam ayat tersebut Allah menjelaskan, bahwa Allah akan selalu mencurahkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang mempunyai akhlak yang
baik serta budi pekerti yang baik, karena apabila seorang tidak mempunyai akhlak dan budi pekerti yang tidak baik, maka akan dapat merusak diri sendiri
dan lingkungan, bahkan dapat merusak moral bangsa ini, karena kelakuan dan perbuatan yang buruk yang sudah tidak memandang lagi nilai dan norma-
norma dalam masyarakat.
3
Persoalan yang melanda bangsa ini sudah cukup kompleks, dari persoalan dampak bencana alam sampai persoalan yang muncul dari sistem
dan tingkat moral masyarakatnya. Persoalan kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, dan korupsi yang sampai saat ini masih belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan sistem dan peningkatan moralitas anak bangsa.
Salah satu manifestasi dari kerukunan adalah pola hubungan yang dialogis dan komunikatif antar pemeluk agama dan antar aliran suatu agama.
2
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya Al-Aliyy Bandung: Diponegoro,
2000. h. 125
3
Imam Badrudin Aba Muhammad Mahmud bin Ahmad al-Ayni, Umdatul Qori fi Syarhil shoheh Bukhory jus-32. Lebanon: Daarul Fikri, 2005. h. 217
3
Hal ini dianggap urgen untuk merumuskan paradigma sosial yang diambil dari nilai-nilai keagamaan. Paradigma sosial keagamaan yang dimaksud adalah
paradigma yang digali dari semangat ketuhanan yang mampu menumbuhkan perilaku keagamaan yang baru yang lebih santun, toleran, dan humanis di
masyarakat. Persoalan apapun yang dihadapi masyarakat dan bangsa ini, maka
Islam harus ditampilkan sebagai faktor nilai yang menjadi komplemen bagi nilai-nilai yang lain dalam memberantas segala bentuk ketertindasan dan
kemunduran masyarakat. Dengan menempatkan Islam sebagai social salvation yang menyelamatkan, maka agama ini akan lebih dapat membumi dan
melebarkan sayap-sayap nilai keagamaannya sehingga tidak dianggap agama primitif yang jauh dari dinamika persoalan sosio-historis.
4
Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mengakar ditengah rakyat terutama dikalangan pedesaan, tetap akan hidup dan
bahkan mungkin akan terus bermunculan pesantren-pesantren baru, dengan berbagai bentuk dan kecenderungannya sebagai salah satu proses interaksi.
Pesantren diterima keberadaannya ditengah masyarakat lebih sebagai sebuah institusi sosial yang memiliki akar nilai historis dalam proses perkembangan
umat Islam di Indonesia. Perkembangan yang mengarah pada peningkatan peran kualitatif pesantren secara lebih riil, sehingga keberadaannya sebagai
proses perkembangan masyarakat.
5
Kehadiran seorang kiai di dalam lingkungan masyarakat sangat berperan dalam membentuk masyarakat yang bermoral dan berakhlakul
4
Syamsul Bakri, Agama, Persoalan Sosial, dan Krisis Moral, komunikasi, vol.3, no.1, Januari-juni 2009. h.39-44
5
Saifullah Mashum, Dinamika Pesantren: Telaah Kritis Keberadaan Pesantren Saat Ini Jakarta, Yayasan Islam al-Hamidiyah dan Yayasan Saifuddin Zuhri, Cet.1, 1998. h.40-41
4
karimah, ia bukan hanya sekedar menempatkan dirinya sebagai pengajar dan pendidik santri-santrinya, melainkan aktif memecahkan masalah-masalah
krusial yang dihadapi masyarakat. Biasanya kiai adalah pemimpin nonformal sekaligus pemimpin spiritual, oleh karena itu dibutuhkan strategi komunikasi
yang baik antara kiai dengan masyarakat yang berada dilingkungan pesantren agar terciptanya keakraban, sehingga kiai mampu mengetahui sejauh mana
watak dan sifat warga masyarakat di lingkungan pesantrennya. Menurut Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dan transformasi
metodologi menuju demokrasi institusi menjelaskan bahwa: ”Kepercayaan masyarakat yang begitu tinggi terhadap kiai dan
didukung potensinya memecahkan berbagai problem sosio-psikis-kultural- politik-religius menyebabkan kiai menempati posisi kelompok elit dalam
struktur sosial dan politik di masyarakat.
6
KH. M. Agus Abdul Ghofur sebagai ketua serta pemimpin Pondok Pesantren Madinatunnajah, juga aktif di organisasi sebagai Anggota syuriah
Nahdlotul Ulama PCNU Pengurus Cabang Nahdlotul Ulama Tangerang, “beliau adalah sosok yang sangat disegani masyarakat lingkungan pondok
pesantren dan perhatian beliau terhadap masyarakat dalam meningkatkan nilai akhlak sangatlah tinggi, terlihat dalam rutinitas yang beliau lakukan di
beberapa Majelis dan pengajian yang beliau adakan.
7
6
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta, Erlangga, 2005. h.29
7
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Eko Sekretaris KH. M. Agus Abdul Ghofur Sabtu 27 April 2013
5
Komunikasi dan interaksi yang terjadi antara kiai dan masyarakat ini diharapkan dapat memberikan efek yang positif dalam meningkatkan nilai
akhlak terhadap masyarakat, lebih khusus masyarakat sekitar Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Kramat. Oleh karena itu dapat dilihat,
betapa pentingnya seorang figur kiai bukan hanya membina serta meningkatkan nilai-nilai agama serta akhlak dan budi pekerti kepada santrinya,
akan tetapi lebih-lebih kepada masyarakat lingkungan yang berada di sekitar Pondok Pesantren Madinatunnajah Jombang Kramat agar terwujudnya
masyarakat yang madani. Sebelum berdirinya Pondok Pesantren Madinatunnajah, wilayah
Jombang Kramat dan sekitanya menurut sejarah akan dibangunnya kristenisasi untuk wilayah Tangerang Selatan ini, dengan disebarkannya agama Kristen di
wilayah ini, kemudian akan di bangun masyarakat yang menganut agama Kristen. “Dengan mendengar akan dibangunnya sebuah kristenisasi sangat
miris mendengarnya, dan tergugahlah hati saya dan hati KH. Mahrus Amin untuk mendirikan Pesantren di Jombang ini, untuk mencegah hal tersebut
terjadi, dan sekarang agama serta budaya Islam sudah tertanam pada masyarakat, dengan usaha dan berdoa kepada Allah SWT terbagunlah
masyarakat yang lebih baik”.
8
Oleh karena itu, penulis tertarik sekali untuk mengetahui dan mengungkap perihal strategi komunikasi yang dilakukan oleh kiai pondok
pesantren terhadap masyarakat sekitar pondok pesantren dalam meningkatkan
8
Wawancara Pribadi dengan KH. M. Agus Abdul Ghofur Pimpinan Pondok Pesantren Madinatunnajah Senin 22 April 2013.
6
nilai akhlak sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi: Strategi Komunikasi KH. M. Agus Abdul Ghofur Dalam Meningkatkan Nilai
Akhlak Pada
Masyarakat Lingkungan
Pondok Pesantren
Madinatunnajah Jombang Ciputat Tangerang Selatan.