Pengertian Nilai dan Akhlak

31 dengan alat-alat pengukur, misalnya berat, panjang, luas, isi, dan sebagainya. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas. Sedangkan nilai keruhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi ruhani manusia, misalnya nilai religius, keindahan, nilai moral yang berasal dari kodrat manusia, dan nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia. Nilai ruhani tidak dapat diukur menggunakan alat-alat pengukur yang biasa digunakan untuk mengukur nilai-nilai material, tetapi hanya bisa diukur dengan akal budi dan hati nurani manusia. 31 Nilai, secara singkat dapat dikatakan sebagai hasil penilaianpertimbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu, yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan motivasi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Adapun yang dinamakan norma kaidah adalah petunjuk tingkah laku perilaku yang harus di lakukan atau tidak boleh di lakukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan suatu alasan motivasi tertentu dengan disertai sanksi. 32 Peran utama orang tua adalah memberikan makna kehidupan kepada anaknya dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai untuk menuntutnya, termasuk ke dalam motif ini ialah 31 M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, Bandung: Penerbit Nuansa, Cet.1, 2005 h. 27-28 32 Ibid, h. 27-28 32 motif keagamaan. Manusia membutuhkan nilai untuk kepastian bertindak, tanpa nilai manusia kehilangan pegangan. 33 2. Pengertian Akhlak Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic etimologi, kebahasaan, lughat dan pendekatan terminologik peristilahan. Kata akhlak kalau kita terjemahkan secara bahasa berarti budi pekerti dan sopan santun. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar bentuk infinitif dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan, sesuai dengan timbangan wazan tsulasi majid af’ala-yuf’ilu-if’alan yang berarti al-sajiyah perangai, al-thabi’ah kelakuan, tabiat, watak dasar, al- ‘adat kebiasaan, kelaziman, al- maru’ah peradaban yang baik, dan al-din agama. Dalam Bahasa Arab, kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana disebutkan diatas. 34 Definisi atau pengertian akhlak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan definisi-definisi tersebut justru saling melengkapi. Menurut Abuddin Nata dalam buku Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup yang di tulis oleh Dr. M. Sholihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag, berdasarkan penjelasan para ulama setidaknya ada lima ciri- ciri akhlak, yaitu: 33 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012 Ed.1, Cet.1 h.66 34 M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, h. 17 33 a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadian. b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan main-main atau bersandiwara, seperti dalam film. e. Sejalan dengan cirri yang keempat, perbuatan akhlak khususnya akhlak yang baik adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena ingin dipuji. 35 3. Fungsi Akhlak Dalam Kehidupan Manusia Ada dua macam naluri manusia yang paling kuat yaitu ingin mempertahankan hidupnya di dunia ini dan ingin mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Di samping itu, dalam diri manusia ada hati nurani yang mendapat cahaya Tuhan dan dapat menilai hal-hal yang baik untuk di kerjakan. Di dalam hati nurani manusia juga ada rasa malu jika seseorang melakukan keburukan dan kejahatan. Dengan pendengaran, penglihatan dan hatinya, manusia dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman. Manusia yang berilmu dan berakhlak tidak akan sama dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak 35 M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup, Bandung: Penerbit Nuansa, Cet.1, 2005, h. 23 34 berakhlak. Orang yang beriman, berakhlak, dan berilmulah yang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. 36 Menurut Armawati Arbi dalam bukunya Psikologi Komunikasi Dan tabligh, Din Syamsuddin menjelaskan sebagai berikut 37 : “Islam adalah agama etik etichal religion, yaitu agama yang berorientasi pada pengembangan etika dalam arti yang seluas- luasnya atau apa yang disebut dalam Islam dengan akhlak. Akhlak, dalam hal ini, mengandung konotasi etik dan etos sekaligus. Keberagamaan yang tertinggi, dengan demikian akan diukur dari sudut derajat manifestasi etika dan etos sosial dalam kehidupan seorang muslim.” 4. Akhlak Sosial Islam Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dengan begitu bisa dikatakan akhlak merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak dari seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara pada pembentukan akhlak yang mulia. Ini tergambar misalnya bahwa shalat dimaksudkan untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, puasa berujung pada ketakwaan, zakat untuk membersihkan harta dan jiwa, sedangkan ibadah haji menitikberatkan pada pengorbanan fisik, harta, dan persaudaraan universal. 38 Akhlak yang mulia berakar dari pancaran keimanan. Itulah sebabnya, kata „iman dan amal saleh’ selalu disebut bertautan dalam 36 M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup h.100-101 37 Armawati Arbi, Psikolgi Komunikasi Dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012, Ed.1 Cet.1, h.274 38 Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, Jakarta: Pustaka Zaman, Cet-1, 2000 h.71-73 35 Alquran. Artinya, keimanan yang kuat akan mendorong seorang Muslim untuk senantiasa melakukan perbuatan yang baik. Akhlak sosial Islam bermula dari kesalehan pribadiindividu. Dari kesalehan pribadi itulah yang akan membentuk keluarga yang saleh. Dan, keluarga yang saleh merupakan salah satu indikator bagi suatu tatanan masyarakatsosial yang bermoral. 39 Jika akhlak sosial Islam telah dihayati oleh setiap individu masyarakat dan teraplikasikan dalam derap langkah kehidupan, maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang dicita-citakan bersama. 40 Sebagai pegangan operatif dalam menjalankan pendidikan keagamaan kepada anak, mungkin nilai-nilai akhlak berikut ini patut sekali dipertimbangkan oleh orang tua untuk ditanamkan kepada anak dan keturunannya 41 : a. Silaturrahmi dari bahasa Arab, shilat al-rahm: Yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga, dst. Sifat utama Tuhan adalah kasih rahm, rahmah sebagai satu-satunya sifat Ilahi yang di wajibkan sendiri atas Diri-Nya. Maka manusia pun harus cinta kepada sesamanya, agar Allah SWT cinta kepadanya. “Kasihlah kepada orang di bumi, maka Dia Tuhan yang ada di langit akan kasih kepadamu .” 39 Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, Jakarta: Pustaka Zaman, Cet-1, 2000 h. 71-73 40 Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim, h.71-73 41 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997. Cet.1 h. 134 36 b. Persaudaraan ukhuwah: Yaitu semangat persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman biasa disebut ukhuwah islamiyah seperti disebutkan dalam Alquran, yang intinya ialah hendaknya seseorang tidak mudah merendahkan golongan yang lain, kalau-kalau mereka itu lebih baik daripada diri sendiri; tidak saling menghina, saling mengejek, banyak berprasangka, suka mencari-cari kesalahan orang lain, dan suka mengumpat membicarakan keburukan seseorang yang tidak ada di depan kita 42 c. Persamaan al-musawah: Yaitu pandangan bahwa semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya, dan lain-lain, adalah sama dalam harkat dan martabat. Tinggi rendah manusia hanya ada dalam pandangan Tuhan yang tahu kadar taqwa itu. Prinsip ini dipaparkan dalam Kitab Suci sebagai kelanjutan pemaparan tentang prinsip persaudaraan berdasarkan kemanusiaan ukhuwah insaniyah. d. Adil dari perkataan Arab “adl”: Yaitu wawasan yang “seimbang” atau “balanced” dalam memandang, menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang, dst. Jadi tidak secara apriori berdasarkan teori daripada kenyataan menunjukkan sikap positif atau negatif. Sikap kepada sesuatu atau seseorang dilakukan hanya setelah mempertimbangkan segala segi tentang sesuatu atau seseorang tersebut secara jujur dan seimbang, dengan penuh i ’tikad baik dan bebas dari 42 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997. Cet.1, h. 135 37 prasangka. Sikap ini juga disebut tengah wasth dan Alquran menyebutkan bahwa kaum beriman dirancang oleh Allah SWT untuk menjadi golongan tengah ummat wasath agar dapat menjadi saksi untuk sekalian umat manusia, sebagai kekuatan penengah. 43 e. Baik Sangka husn-u’zh-zhann: Yaitu sikap penuh baik sangka kepada sesama manusia, berdasarkan ajaran agama bahwa manusia itu pada asal dan hakikat aslinya adalah baik, karena diciptakan Allah SWT dan dilahirkan atas fitrah atau kejadian asal yang suci. Sehingga manusia itu pun pada hakikat aslinya adalah makhluk yang berkecenderungan kepada kebenaran dan kebaikan. f. Rendah Hati tawadhu’: Yaitu sikap yang tumbuh karena keinsyafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah SWT, maka tidak sepantasnya manusia “mengklaim” kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dan perbuatan yang baik, yang itu pun hanya Allah SWT yang akan menilainya. Lagi pula, seseorang di haruskan rendah hati karena “Di atas setiap orang yang tahu berilmu adalah Dia Yang Maha Tahu Maha Berilmu. Apalagi sesama orang yang beriman, sikap rendah hati itu adalah suatu kemestian. Hanya kepada mereka yang jelas-jelas menentang kebenaran, kemudian mem bolehkan untuk bersikap “tinggi hati.” g. Tepat Janji al-wafa’: Salah satu sifat orang yang benar-benar beriman ialah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian. 43 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997. Cet.1, h. 134- 135 38 Dalam masyarakat dengan pola hubungan yang lebih kompleks dan luas, sikap tepat janji lebih-lebih lagi merupakan unsur budi luhur yang amat diperlukan dan terpuji. 44 h. Lapang Dada insyirah: Yaitu sikap penuh kesediaan menghargai orang lain dengan pendapat-pendapat dan pandangan-pandangannya, seperti dituturkan dalam Alquran mengenai sikap Nabi sendiri disertai pujian kepada beliau. Sikap terbuka dan toleran serta kesediaan bermusyawarah secara demokratis terkait erat sekali dengan budi luhur lapang dada ini. i. Dapat dipercaya al-amanah, “amanah”: Salah satu konsekuensi iman ialah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya. Amanah sebagai budi luhur adalah lawan dari khianat khiyanah amat yang tercela. Keteguhan masyarakat memerlukan orang-orang para anggotanya yang terdiri dari pribadi-pribadi yang penuh amanah dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. j. Perwira ‘iffah atau ta’affuf: Yaitu sikap penuh harga diri namun tidak sombong jadi tetap rendah hati, dan tidak mudah menunjukkan sikap memelas atau iba dengan maksud mengundang belas kasihan orang lain dan mengharapkan pertolongannya. k. Hemat qawamiyah: Yaitu sikap tidak boros israf dan tidak pula kikir qatr dalam menggunakan harta, melainkan sedang qawam 44 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997. Cet.1, h. 135 39 antara keduanya. Apalagi Alquran menggambarkan bahwa orang yang boros adalah teman setan yang menentang Tuhannya. 45 l. Dermawan al-munfiqun, menjalankan infaq: Yaitu sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia, terutama mereka yang kurang beruntung seperti; para fakir- miskin dan terbelenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya, dengan mendermakan sebagian harta-benda yang dikaruniakan dan diamanatkan Tuhan kepada mereka. Sebab manusia tidak akan memperoleh kebaikan sebelum mendermakan sebagian dari harta- benda yang dicintainya itu. Nilai-nilai kemanusiaan inilah yang akan membentuk akhlak mulia, dan tentunya masih dapat ditambah dengan deretan nilai akhlak yang lain. Namun kiranya itu akan sedikit membantu mengidentifikasi dari sebuah nilai akhlak. 46

D. Masyarakat

1. Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia seperti halnya dengan kelompok dengan jumlah yang lebih besar. Hidup bersama dalam masyarakat berbeda-beda. Arti hidup dalam masyarakat tergantung kepada 45 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997. Cet.1, h. 136 46 Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, h. 137 40 aktualisasi dirinya dan sampai dimana penyerahan dirinya kepada Allah SWT. 47 Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut kehidupan