Pasal 267 KUHD tersebut bukan merupakan ketentuan hukum yang memaksa. Dewasa ini jenis-jenis asuransi tertentu seperti asuransi yang
menanggung resiko profesi justru menjamin kerugian atau tuntutan yang timbul sebagai akibat dari kesalahan sendiri sepanjang kesalahan tersebut
tidak disengaja dan bukan merupakan tindakan kriminal.
E. Bentuk Perjanjian Pengalihan Resiko Melalui Asuransi
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kita dapat mengalihkan resiko yang akan kita hadapi kepada pihak lain yaitu kepada pihak perusahaan
asuransi. Pengalihan resiko dari tertanggung kepada penanggung tersebut dibuat dalam bentuk perjanjian pengalihan resiko yang biasanya disebut perjanjian
asuransi. Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam
KUHD. Sebagai perjanjian maka ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian dalam KUHPerdata berlaku juga bagi perjanjian asuransi. Di samping itu, asuransi
sebagai perjanjian khusus maka berlaku juga syarat-syarat khusus yang diatur dalam KUHD.
Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata, ada 4 empat syarat sah suatu perjanjian, yaitu kesepakatan para pihak, kecakapan atau kewenangan para
pihak untuk membuat perjanjian, adanya objek yang diperjanjikan, dan kausa yang halal atau tidak melanggar peraturan perundang-undangan, tidak
bertentangan dengan ketertiban umum ataupun kesusilaan. Selain itu ada syarat yang diatur dalam Pasal 251 KUHD yaitu kewajiban pemberitahuan, maksudnya
tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek
Universitas Sumatera Utara
asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat mengadakan asuransi. Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi tersebut batal
Perjanjian asuransi sebagai perjanjian pengalihan resiko antara tertanggung dengan penanggung dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini merupakan
suatu keharusan sesuai dengan ketentuan Pasal 255 KUHD yang menyatakan bahwa asuransi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis.
Polis ini bertujuan sebagai satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa telah terjadi perjanjian pengalihan resiko antara tertanggung dan
penanggung melalui asuransi yang didasarkan atas kesepakatan para pihak. Akan tetapi, walaupun polis belum dibuat, asuransi sudah terjadi sejak
tercapai kesepakatan di antara para pihak. Kesepakatan itu dibuktikan dengan nota persetujuan yang ditandatangani oleh tertanggung. Jadi, hak dan kewajiban
tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan berdasarkan nota persetujuan.
Perjanjian asuransi dibuat dalam bentuk tertulis dikarenakan undang- undang mengharuskan pembuktian dengan alat bukti tertulis berupa akta yang
disebut polis. Akan tetapi, apabila polis belum dibuat, pembuktian dapat dilakukan dengan catatan, nota, surat perhitungan, telegram, dan sebagainya.
Surat-surat ini disebut bukti permulaan the beginning of writing evidence. Apabila permulaan bukti tetulis ini sudah ada, barulah dapat digunakan alat bukti
biasa yang diatur dalam hukum acara perdata. Pengertian polis asuransi adalah dokumen perjanjian pengalihan resiko
tertanggung kepada penanggung yang memuat persyaratan dan kondisi-kondisi
Universitas Sumatera Utara
yang mengikat kedua belah pihak termasuk hak dan kewajiban para pihak. Polis tersebut adalah instrumen yang menjadi dasar hukum, sehingga pengalihan resiko
dari tertanggung kepada penanggung terlaksana berdasarkan hukum. Polis asuransi sebagai alat bukti tetulis tidak boleh memuat kata-kata atau
kalimat yang memungkinkan perbedaan interpretasi yang akan mempersulit tertanggung dan penanggung dalam merealisasikan hak dan kewajiban mereka
dalam pelaksanaan asuransi. Polis juga harus memuat syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban untuk
mencapai tujuan asuransi. Setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa, harus memenuhi syarat-syarat
khusus berikut ini, yaitu:
37
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi;
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga;
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan;
d.
Jumlah yang diasuransikan nilai pertanggungan;
e. Bahaya-bahaya atau evenemen yang ditanggung oleh penanggung;
f. Saat bahaya atau evenemen mulai berjalan dan berakhir yang menjadi
tanggungan penanggung; g.
Premi asuransi; h.
Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak.
37
Lihat Pasal 256 KUHD
Universitas Sumatera Utara
Pada asuransi-asuransi tertentu, selain syarat-syarat khusus yang telah dikemukakan di atas, dalam polisnya harus dimuat juga ketentuan-ketentuan
tambahan, misalnya pada asuransi hasil pertanian, asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan laut dan perbudakan.
Polis asuransi dapat dibagi dalam beberapa jenis. Ditinjau dari urutan dan tanggung jawab atas klaim yang timbul, jenis polis dapat dibagi menjadi sebagai
berikut:
38
1. Polis Utama Primary Policy, yaitu polis yang langsung bertanggung
jawab atas klaim yang timbul yang dijamin dalam polis sampai batas jumlah pertangunggan yang telah disepakati.
2. Polis Lapisan Atas Excess Layer Policy, yaitu polis yang bertanggung
jawab atas klaim yang dijamin dalam polis yang besarannya di atas jumlah yang dijamin di bawah polis utama sampai batas jumlah pertanggungan
yang telah disepakati. Selanjutnya, dari bentuk dan isi perjanjian, polis dapat pula dibagi menjadi
sebagai berikut:
39
1. Polis Baku atau Standar, yaitu polis yang isinya telah dibuat oleh
penanggung berdasarkan bentuk umum yang dipergunakannya untuk jenis asuransi tertentu. Polis Baku dapat dibuat berdasarkan praktik masing-
masing perusahaan atau sebagai polis standar yang diterapkan oleh industri asuransi untuk jenis asuransi tertentu. Bentuk polis ini dapat pula
38
Junaedy Ganie, op.cit, hlm 118.
39
Junaedy Ganie, loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh jenis perjanjian yang dianut oleh reasuradur yang dipergunakan.
2. Polis Dirancang Khusus Manuscript atau tailor-made policy, yaitu polis
yang dirancang berdasarkan kesepakatan antara penanggung dan tertanggung atau wakilnya untuk keperluan tertentu.
Pembagian jenis polis berdasarkan urutan tanggung jawab dan berdasarkan bentuk perjanjian belum dikenal dalam KUHD. Mengenai penyerahan polis
ditentukan bahwa polis harus ditandatangani dan diserahkan oleh penanggung dalam tempo 24 dua puluh empat jam setelah permintaan, kecuali apabila karena
ketentuan undang-undang ditentukan tenggang waktu yang lebih lama. Dalam praktiknya, penanggung yang mendapat keuntungan dengan cara
mengambil alih resiko dari tertanggung dan menerima sejumlah premi sebagai imbalannya. Untuk itu, penanggung membuat polis yang bentuk dan isinya sudah
dibakukan serta dicetak. Kemudian, polis tersebut diserahkan kepada tertanggung yang berminat mengadakan asuransi agar diteliti dan dipahami isinya. Apabila
tertanggung setuju, penanggung akan menyelesaikan dan menandatangani polis kemudian diserahkan kepada tertanggung. Akan tetapi, apabila tertanggung tidak
setuju, dia tidak perlu mengadakan asuransi dengan penanggung. Dalam praktik hukum kontrak bisnis, asas ini disebut take it or leave it.
Berdasarkan uraiain di atas, maka perjanjian pengalihan resiko melalui asuransi yang dibuat tertulis dalam bentuk polis tersebut dinilai penting terutama
dalam hal pembuktian, untuk memberikan kejelasan mengenai hak dan kewajiban para pihak yang terlibat dalam perjanjian pengalihan resiko tersebut.
Universitas Sumatera Utara
71
BAB IV ASPEK HUKUM PENGGUNAAN JASA ASURANSI SEBAGAI
PENGALIHAN RESIKO DALAM PEMBERIAN KREDIT OLEH PT. BANK SUMUT CABANG LIMA PULUH
A. Prosedur Pelaksanaan Perjanjian Pengalihan Resiko Melalui Asuransi Pada PT. Bank Sumut Cabang Lima Puluh
Telah dikemukakan di awal bahwa PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh sebagai salah satu cabang pembantu PT.Bank Sumut memiliki beraneka jenis
kredit yang ditawarkan kepada nasabah debitur. Pada proses pemberian kredit tersebut PT. Bank Sumut menggunakan jasa asuransi dengan maksud dan tujuan
untuk melindungi PT. Bank Sumut dari resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur serta mengalihkan resiko atas kredit tersebut baik sebagian maupun
keseluruhan kepada pihak perusahaan asuransi. Pengalihan resiko dalam pemberian kredit oleh bank kepada perusahaan asuransi ini dikenal sebagai
asuransi kredit. Istilah asuransi kredit itu sendiri memiliki pengertian yaitu proteksi yang
diberikan oleh Asuransi kepada Bank UmumLembaga Pembiayaan Keuangan atas resiko kegagalan Debitur di dalam melunasi fasilitas kredit atau pinjaman
tunai cash loan seperti kredit modal kerja, kredit perdagangan dan lain-lain yang diberikan oleh Bank UmumLembaga Pembiayaan Keuangan.
Dalam hal ini, PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh yang diwakili PT. Bank Sumut Kantor Pusat bekerjasama dengan beberapa perusahaan asuransi seperti
Universitas Sumatera Utara
PT. Asuransi Kredit Indonesia Askrindo, PT. Asuransi Bangun Askrida dan PT. Asuransi Jiwasraya. Pengalihan resiko kepada pihak asuransi oleh PT. Bank
Sumut tersebut dituangkan ke dalam suatu perjanjian yaitu perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan pihak perusahaan asuransi. Perjanjian kerjasama
dengan beberapa pihak asuransi memiliki isi yang berbeda-beda pula, artinya tidak hanya memperjanjikan mengenai asuransi kredit tetapi juga asuransi
jaminan kredit seperti asuransi kebakaran serta juga mencakup mengenai Asuransi Kredit Pemutusan Hubungan Kerja PHK.
Salah satu contoh perjanjian kerjasama yang memuat Asuransi Kredit PHK yaitu perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan PT. Asuransi
Bangun Askrida Tentang Program Asuransi Kreasi, dimana yang menjadi tertanggungpeserta asuransi adalah PNS, CPNS, Anggota DPRD, pegawai
BUMNBUMD, pegawai Bank Sumut, dan Swasta Nasional pegawai tetap. Asuransi Kredit PHK adalah suransi yang memberikan perlindungan dan
menjamin tertanggung selaku penerima kreditdebitur apabila mengalami pemutusan hubungan kerja PHK sehingga tidak dapat melanjutkan
kewajibannya kepada bank atau pemberi kredit kreditur, maka terhadap resiko- resiko tersebut perusahaan asuransi sebagai penanggung berkewajiban melunasi
pinjaman atau kewajiban tertanggung.
40
40
OJK, Asuransi Kredit dan Asuransi Kredit PHK, online. Tersedia di http:sikapiuangmu.ojk.go.ididarticle116asuransi-kredit-dan-asuransi-kredit-phk. diakses pada
tanggal 3 Maret 2015, pukul 21.00 WIB
Oleh karena adanya perbedaan isi perjanjian kerjasama tersebut maka nantinya penggunaan perjanjian kerjasama
Universitas Sumatera Utara
akan didasarkan pada jenis kredit yang diberikan oleh PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh kepada nasabah debitur.
Secara umum prosedur pelaksanaan perjanjian pengalihan resiko atau perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh yang diwakili PT.
Bank Sumut Kantor Pusat dengan beberapa perusahaan asuransi tersebut di atas dapat dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama dimulai dengan adanya
permohonan kredit dari debitur, lalu untuk mengatasi resiko kredit yang mungkin terjadi di kemudian hari, PT. Bank Sumut mengajukan perjanjian kerjasama
dengan pihak perusahaan asuransi dengan memenuhi segala persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan asuransi.
Perjanjian kerjasama mengenai asuransi kredit ini berisikan hal-hal yang harus dijelaskan lebih terperinci antara lain, yaitu:
1. Perjanjian yaitu berupa surat perjanjian asuransi kredit antara Tertanggung
dan Penanggung. 2.
Debitur Tertanggung yaitu badan hukum, Perserikatan Perdata atau perorangan yang mengadakan perjanjian dengan Tertanggung.
3. Jumlah Pertanggungan adalah Plafond kredit maksimum kredit yang
tercantum dalam perjanjian kredit pada saat ditandatanganinya perjanjian kredit antara Tertanggung dan Debitur Tertanggung.
4. Baki Debet adalah jumlah pada suatu saat yang terdiri dari pokok
terhutang ditambah bunga, denda bunga, dan biaya administrasi Bank yang diatur dalam Perjanjian Kredit.
Universitas Sumatera Utara
5. Jumlah kerugian Tertanggung adalah keseluruhan jumlah kerugian yang
diderita Tertanggung sebagai akibat tidak dilunasinya kredit oleh Debitur Tertanggung kepada Tertanggung pada saat timbulnya hak Tertanggung
untuk mengajukan klaim. 6.
Maksimum Penggantian Kerugian adalah jumlah maksimum ganti rugi yang dibayar oleh Penanggung atas kerugian yang diderita oleh
Tertanggung. 7.
Tanggungan sendiri Tertanggung adalah bagian dari jumlah kerugian Tertanggung yang menjadi beban sendiri Tertanggung.
8. Deklarasi jumlah Pertanggungan deklarasi yaitu nota permintaan
Penutupan Pertanggungan oleh Tertanggung kepada Penanggung, atas kredit yang diberikan Tertanggung kepada Debitur Tertanggung.
9. Nota Penutupan Pertanggungan adalah nota yang menyatakan kesediaan
Penanggung untuk memberikan penutupan pertanggungan atas kredit yang direalisasi Tertanggung.
Kredit yang ditutup pertanggungannya itu adalah kredit yang memenuhi syarat-syarat yaitu kredit diberikan berdasarkan norma-norma perkreditan yang
sehat, wajar, sesuai dengan prinsip-prinsip kredit. Selain itu juga harus sesuai dengan sistem, prosedur, dan syarat-syarat umum pemberian, pengelolaan, dan
pengawasan kredit dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian asuransi kredit.
Tahap kedua yaitu debitur yang telah memenuhi persyaratan pengajuan permohonan kredit dan persyaratan kepesertaan asuransi, seperti salah satunya
Universitas Sumatera Utara
yaitu debitur berusia setinggi-tingginya 70 tujuh puluh tahun saat masa kredit berakhir, diwajibkan untuk membayar premi sesuai dengan isi perjanjian kredit
yang telah disepakati. Pada saat permohonan kredit disetujui oleh PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh, maka pada saat itu juga debitur dibebankan untuk
membayar premi serta biaya administrasi lainnya. Dalam perjanjian kredit antara debitur dengan PT. Bank Sumut KCP Lima
Puluh, pembayaran premi ini dimasukan dalam pasal yang mengatur tentang biaya administrasi, dimana perhitungan pembayaran premi yang akan dibayar
didasarkan pada perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan pihak asuransi yaitu jumlah uang pertanggungan sebesar nilai kredit dikali tarif premi
sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama. Selanjutnya pihak perusahaan asuransi akan menerbitkan serta
menyampaikan 1 satu polis induk atau Nota Penutupan Pertanggungan NPP kepada PT. Bank Sumut sehingga debitur dapat mengetahui bahwa kredit tersebut
telah diasuransikan dan apabila dalam masajangka waktu pertanggungan, yaitu sama dengan jangka waktu kredit, terjadi salah satu resiko kredit yang
dipertanggungkan seperti debitur wanprestrasi, debitur diberhentikan dari jabatannya, ataupun debitur meninggal maka PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh
sebagai pihak yang berhak dapat mengajukan klaim dengan melampirkan syarat- syarat yang telah diatur dalam perjanjian kerjasama.
Syarat-syarat yang harus dilampirkan pun berbeda-beda disesuaikan dengan resiko kredit yang terjadi. Lalu, pihak asuransi akan melaksanakan
penyelesaian klaim dengan jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian
Universitas Sumatera Utara
kerjasama setelah syarat pengajuan klaim lengkap diterima. Namun, pihak asuransi juga berhak menunda realisasi pembayaran klaim sampai kelengkapan
persyaratan pengajuan klaim tersebut dipenuhi. Keseluruhan prosedur tersebut diatur secara jelas dan terperinci di dalam
perjanjian kerjasama, seperti hak dan kewajiban para pihak, syarat-syarat, jangka waktu berlaku dan berakhirnya perjanjian ataupun hal-hal lain yang berkaitan
dengan kegiatan pertanggungan tersebut dimuat ke dalam perjanjian dan dilaksanakan dengan tetap memperhatikan dan menyesuaikan ketentuan
perundang-undangan yang terkait. Perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan pihak asuransi yang
memenuhi syarat-syarat sah perjanjian ini mengikat para pihak sehingga para pihak wajib menghormati dan menaati perjanjian kerjasama tersebut serta segala
ketentuan yang benar dan sah adalah ketentuan-ketentuan yang ada pada perjanjian tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi para pihak untuk
mengubah atau menambah isi dari perjanjian kerjasama tersebut apabila dianggap perlu dengan berdasarkan persetujuan kedua belah pihak yang kemudian diatur
dalam perjanjian khusustambahan atau addendum yang merupakan bagian yang mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari perjanjian kerjasama tersebut.
B. Tanggung Jawab Pihak Asuransi Apabila Debitur Wanprestasi Meninggal Dunia Sebelum Jangka Waktu Kredit Berakhir Pada PT.
Bank Sumut Cabang Lima Puluh
Perjanjian kerjasama yang dibuat antara PT. Bank Sumut dengan pihak asuransi mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal terjadinya salah satu resiko kredit pada PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh, maka dengan adanya perjanjian kerjasama tersebut, resiko tersebut tidak
lagi menjadi beban PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh melainkan resiko tersebut dialihkan kepada pihak perusahaan asuransi dan menjadi kewajibantanggung
jawab pihak perusahaan asuransi yang bersangkutan. Adapun resiko kredit yang paling umum terjadi pada PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh yaitu debitur
wanprestasi dan debitur meninggal dunia. Konsep mengenai wanprestasi sendiri lahir dari adanya perikatan yang
dalam studi kasus ini adalah perikatan yang berasal dari adanya perjanjian kredit, sehingga menimbulkan suatu hubungan hukum antara kreditur yaitu pihak bank
dan debitur. Hubungan hukum tersebut menimbulkan hak dan kewajiban baik bagi kreditur maupun debitur, dimana kreditur berkewajiban memberikan kredit
dan berhak atas pembayaran kredit tersebut beserta bunga dalam jangka waktu yang telah disepakati, sedangkan debitur berhak memperoleh kreditpinjaman dan
berkewajiban membayar kembali kredit tersebut beserta bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati.
Timbulnya wanprestasi itu adalah ketika debitur tidak melakukan kewajibannya dan kreditur tidak memperoleh haknya. Hal ini sesuai dengan
pengertian wanprestasi yang diutarakan Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H, yaitu, “wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam
perikatan.”
41
41
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm 241.
Universitas Sumatera Utara
Ketika terjadinya wanprestasi, maka pihak PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh berhak mengajukan klaim setelah perjanjian kredit tersebut mencapai
jangka waktu berakhirsetelah tanggal jatuh tempo perjanjian kredit. Lalu sesuai dengan perjanjian kerjasama, diantaranya perjanjian kerjasama PT.Bank Sumut
dengan PT. Askrindo, maka pihak PT. Askrindo akan bertanggung jawab melaksanakan pembayaran klaim setelah semua syarat pengajuan telah dipenuhi
oleh bank. Dalam hal jumlah kerugian Tertanggung lebih kecil atau sama dengan
70 dari plafond kredit, maka besarnya ganti rugi ditetapkan 70 dari jumlah kerugian Tertanggung. Apabila jumlah kerugian Tertanggung lebih besar 70
dari plafond kredit, maka besarnya ganti rugi didasarkan pada ketentuan maksimum penggantian kerugian yaitu 50 dari palfond kredit. Bagian jumlah
kerugian Tertanggung yang tidak dapat diganti oleh Penanggung merupakan tanggungan sendiri Tertanggung.
Dalam pelaksanaan klaim maka PT. Askrindo menerapkan asas ideminitas dan asas kepercayaan, yang berarti bahwa Tertanggung menerima ganti rugi tidak
melebihi jumlah kerugian yang dideritanya, serta berlaku juga asas subrogasi, dimana Tertanggung yang telah mendapatkan Tertanggung hak ganti kerugian
dari penanggung, maka Tertanggung tidak boleh lagi mendapatkan hak dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak terhadap pihak ketiga itu beralih
kepada Penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian kepada Tertanggung. Selanjutnya apabila debitur meninggal sebelum jangka waktu kredit
berakhir sehingga menyebabkan debitur tidak dapat melunasi kredit, maka hal ini
Universitas Sumatera Utara
akan menjadi tanggung jawab daripada pihak perusahaan asuransi, seperti diantaranya dalam perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan PT.
Askrida yang memberikan perlindungan kepada debitur atas resiko meninggal dunia setinggi-tingginya sebesar uang pertanggungan. Namun yang dimaksud
meninggal dunia dalam perjanjian ini adalah resiko kematian 24 dua puluh empat jam yang terjadi di seluruh dunia dan karena sebab apapun dan bukan
karena resiko-resiko yang dikecualikan. Resiko-resiko yang dikecualikan tersebut adalah kematian secara langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh: 1.
Bunuh diri atau dihukum mati oleh PengadilanPejabat yang berwenang. 2.
Karena terlibat dalam perkelahian, kecuali sebagai seseorang yang mempertahankan diri.
3. Karena akibat kecelakaan pesawat penumpang udara yang tidak
diselenggarakan oleh perusahaan dengan jadwal tetap dan teratur. 4.
Karena akibat perang, perang saudara, perbuatan kekerasan karena pemberontakan huru-hara, pengacauan dan perbuatan terror lainnya.
5. Sebagai akibat perbuatan kejahatan yang dilakukan sengaja atau
kekhilafan besar atau mereka yang berkepentingan dalm polis ini dan atau ahli warisnya.
PT. Askrida akan melakukan pembayaran klaim setelah pihak bank melampirkan syarat-syarat klaim sebagai berikut:
1. Surat Permohonan Klaim dari PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh
Universitas Sumatera Utara
2. Fotocopy identitas diri debitur atau ahli waris yang masih berlaku
KTPSIMIdentitas lainnya 3.
Surat Keterangan Kematian dari Kepala DesaKelurahan setempat Asli dan atau fotocopy yang dilegalisir oleh yang berwenang
4. Surat Keterangan sebab meninggal dunia dari Rumah Sakit jika debitur
meninggal dunia di Rumah Sakit, atau Surat Keterangan dari Kepolisian jika meninggal dunia karena kecelakaan, dari instansi yang berwenang.
5. Fotocopy Perjanjian Kredit antara PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh
dengan debitur 6.
Rekening Koran Kredit pada saat debitur meninggal dunia 7.
Surat Pernyataan Kesehatan disaat debitur menerima kredit Khusus mengenai resiko debitur meninggal dunia akibat kecelakaan, PT.
Askrida di dalam perjanjian kerjasama menyebutkan bahwa akan memberikan santunan sebesar Rp5.000.000,- lima juta rupiah di samping pembayaran klaim.
Santunan tersebut akan diberikan kepada ahli waris dari debitur yang meninggal dunia tersebut. Lainnya halnya dengan perjanjian kerjasama antara PT. Bank
Sumut dengan PT. Askrindo, dimana PT. Askrindo akan menanggung serta bertanggung jawab atas kerugian yang diderita PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh
akibat debitur meninggal dunia dengan membayar ganti rugi yang ditetapkan sebesar 100 dari sisa kredit yang belum dilunasi debitur, sehingga kredit debitur
yang meninggal dunia tersebut pada PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh dianggap lunas.
Universitas Sumatera Utara
C. Kewajiban Pihak Asuransi Dalam Pengembalian Restitusi Kepada Debitur Apabila Kredit Berjalan Lancar Pada PT. Bank Sumut Cabang
Lima Puluh
Restitusi merupakan istilah lain dari pengembalian premi asuransi. Restitusi ini juga dikenal dengan istilah no claim bonus. Pada umumnya bila tidak
terjadi resiko atau dengan kata lain kredit berjalan lancar hingga jangka waktu kredit berakhir, maka uang premi yang dibayar oleh debitur sebelumnya dianggap
hangus atau tidak ada pengembalian premi asuransi. Sedikitnya pengetahuan debitur mengenai asuransi yang dikenakan dalam
kredit yang diberikan kepadanya menyebabkan banyak debitur yang kurang mengetahui apa saja hak dan kewajiban yang melekat padanya. Para debitur pada
umunya hanya mengetahui bahwa kewajibannya adalah membayar premi atas asuransi tersebut tanpa mengetahui adanya pengembalian uang premirestitusi. Di
sisi lain, ada pula debitur yang menganggap dan mengasosiasikan bahwa asuransi sebagai bentuk investasi, sehingga ketika tidak ada restitusi debitur tersebut
merasa dirugikan. Atas permasalahan tersebut maka pada kesempatan ini harus ditekankan
kembali bahwa asuransi merupakan produk proteksi dan bukan investasi. Sesuai dengan fungsi utama asuransi itu sendiri yaitu pengalihan resiko dimana asuransi
merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi. Sehingga apabila tidak ada restitusi, debitur tidak perlu
merasa dirugikan sebab selama janga waktu pertanggungan dan pembayaran premi, debitur telah mendapatkan perlindungan dari resiko dari pihak asuransi.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, apabila kemudian resiko yang dipertanggungkan tidak terjadi sama sekali, bukan berarti debitur dirugikan.
Kemudian perlu juga diketahui oleh para debitur bahwa ada beberapa perusahaan asuransi yang memberlakukan pengembalian premi dan agar debitur
memperolehnya ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi serta pihak asuransi memiliki persentase, teknis pelaksanaan dan perhitungan tersendiri
mengenai hal ini. Salah satu perusahaan asuransi yang memberlakukan pengembalian premi asuransirestitusi adalah PT. Askrida. Sebagaimana hal
tersebut ada diatur dalam perjanjian kerjasama antara PT. Bank Sumut dengan PT. Asuransi Bangun Askrida Tentang Program Asuransi Kreasi.
Dalam Pasal 10 perjanjian kerjasama tersebut memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengembalian premi asuransi serta tekni pelaksanaannya. Adapun isi
Pasal 10 tersebut menyatakan bahwa: Dengan diberlakukannya Tabel Tarif Premi maka untuk restitusi diatur
hal-hal sebagai berikut : 1.
Untuk penutupan asuransi atas debitur “PA Kreasi” dengan perhitungan premi berdasarkan table Mortalitas apabila di kemudian
hari yang bersangkutan melaksanakan penutupan asuransi untuk menjamin kredit dari pengembalian Kredit Lunas maju, maka kepada
debitur tersebut tidak diberikan restitusi premi.
2. Untuk penutupan asuransi yang telah berjalan dengan memakai tarif
sebelumnya yaitu 5
o
lima perseribu per tahun, apabila di kemudian hari debitur tersebut mengambil kredit lunas maju, PIHAK KEDUA
tetap memberikan restitusi premi kepada PIHAK PERTAMA dengan perhitungan yang berlaku yaitu 35 X premi yang telah dibayarkan X
sisa jangka waktu kredit dibagi jangka waktu kredit, yang dihitung sejak PIHAK KEDUA menerima surat permohonan restitusi dari
PIHAK PERTAMA.
Adapun teknis pelaksanaannya adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Pada saat realisasi kredit apabila debitur mengambil kredit
kembali, debitur harus membayar premi asuransi sebesar 100 dari jumlah premi yang harus dibayar.
b. Bulan berikutnya PIHAK PERTAMA menagih secara kolektif
kelebihan pembayaran premi para debitur yang lunas sebelum kredit jatuh tempo kepada PIHAK KEDUA.
c. PIHAK KEDUA akan membayarmengembalikan kelebihan
pembayaran premi dimaksud pada PIHAK PERTAMA sesuai dengan daftar kolektif yang disampaikan oleh PIHAK PERTAMA.
d. Restitusi resmi berlaku kepada kredit yang telah direalisasikan.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa adanya kewajiban restitusi daripada pihak asuransi yang memberlakukan pengembalian premi
asuransi akan timbul ketika debitur melunasi kredit pada PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh sebelum jangka waktu kredit berakhir atau kredit jatuh tempo,
sedangkan bagi debitur yang berhasil melunasi kredit sesuai dengan jangka waktu kredit maka premi yang dibayar oleh debitur sebelumnya hangus dan tidak ada
kewajiban daripada pihak perusahaan asuransi untuk memberikan pengembalian premi asuransirestitusi kepada debitur tersebut.
D. Pengawasan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Praktik Penggunaan Jasa Asuransi Oleh PT. Bank Sumut Cabang Lima Puluh
Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang dikenal dengan nama Otoritas Jasa Keuangan OJK adalah lembaga baru yang didirikan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011. Lembaga ini didirikan unruk melakukan pengawasan atas industri jasa keuangan secara terpadu. Menurut ketentuan Pasal
1 angka 1 UU OJK, dirumuskan bahwa, “Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari
Universitas Sumatera Utara
campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang penagturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang ini.” OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di
dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
42
Dengan adanya OJK, pengawasan atas semua industri jasa keuangan akan disatukan ke dalam satu atap, yaitu perbankan, pasar modal, asuransi, dana
pensiun, lembaga keuangan nonbank. Undang-undang hanya mengecualikan industri perdagangan berjangka saja dari pengawasan OJK. Selain itu, latar
belakang didirikannya OJK ini juga karena semakin rumitnya produk keuangan serta pemasaran atas produk ini dilakukan lintas industri seperti produk pasar
modal seperti reksadana ditawarkan juga oleh bank atau produk asuransi juga ditawarkan oleh bank bancassurance.
43
Berdasarkan ketentuan Pasal 6 UU OJK, dapat diketahui bahwa OJK memiliki tugas uantuk melaksanakann pengaturan dan pengawasan terhadap
kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Dalam Pasal 7
42
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005, hlm 217.
43
Ibid, hlm 218.
Universitas Sumatera Utara
juga dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya di sektor perbankan, OJK mempunyai wewenang sebagai berikut:
44
a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:
1 perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan 2
kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;
b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:
1 likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
2 laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;
3 sistem informasi debitur;
4 pengujian kredit credit testing; dan
5 standar akuntansi bank;
c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:
1 manajemen risiko;
2 tata kelola bank;
3 prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan
4 pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan
44
Lihat Pasal 7 UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan
Universitas Sumatera Utara
5 pemeriksaan bank.
Penggunaan jasa perusahaan asuransi sebagai pengalihan resiko oleh PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh merupakan salah satu bagian dari manajemen
resiko yang dilakukan oleh bank. Sehingga dalam proses pelaksanaannya tersebut juga diatur dan diawasi oleh OJK. Pengawasan tersebut semula dilakukan oleh
Bank Indonesia dan kini beralih kepada OJK. Adapun berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa pengawasan OJK saat ini masih dilakukan
terhadap kantor-kantor cabang utama PT. Bank Sumut yang berada di Medan dan belum sampai kepada kantor-kantor cabang pembantu. Untuk saat ini pengawasan
OJK belum menyentuh kantor-kantor cabang pembantu PT. Bank Sumut salah satunya PT. Bank Sumut KCP Lima Puluh, dengan tidak menutup kemungkinan
untuk dilakukannya pengawasan oleh OJK terhadap kantor-kantor cabang pembantu PT. Bank Sumut di kemudian hari.
Pengawasan OJK terhadap PT. Bank Sumut dilakukan dengan mengambil sample dari beberapa kantor cabang utama untuk kemudian dilakukan penyidikan
dan pemeriksaan. Dalam hal ini OJK akan memeriksa tingkat kesehatan bank dimana salah satu indikatornya yaitu tingkat resiko kredit macet yang dimiliki
oleh bank serta OJK juga memeriksa perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Bank Sumut dalam menangani resiko kredit tersebut untuk memastikan bahwa
perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi yang terdaftar dan berada di bawah pengawasan OJK. Pengawasan yang dilakukan oleh OJK ini juga
merupakan upaya OJK untuk mencapai tujuannya, yang salah satunya adalah melindungi kepentingan konsumennasabah dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
87
BAB V PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, mengenai “Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam
Pemberian Kredit Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Lima Puluh,” maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan