Tujuan, Fungsi dan Sifat Asuransi

Mengingat pentingnya unsur kepentingan sebagai objek dalam suatu perjanjian asuransi, maka dalam Pasal 268 KUHD juga mengatur mengenai kriteria dari kepentingan dalam suatu perjanjian asuransi, Kriteria tersebut antara lain: a. Harus ada dalam setiap asuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250; b. Harus dapat dinilai dengan uang; c. Harus diancam oleh bahaya; d. Harus tidak dikecualikan oleh undang-undang, artinya tidak bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan. Tidak adanya kepentingan dapat mengakibatkan tertanggung tidak berhak menuntut penanggung atas pembayaran ganti rugi apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, walaupun tertanggung telah membayar premi kepada penanggung. Dengan kata lain, setiap asuransi yang diadakan tanpa adanya kepentingan tertanggung dianggap tidak pernah ada sehingga tidak ada hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh asuransi tersebut.

D. Tujuan, Fungsi dan Sifat Asuransi

1. Tujuan Asuransi Tujuan dari semua asuransi ialah menutup semua kerugian diderita selaku akibat dari suatu peristiwa yang bersangkutan dan yang belum dapat ditentukan semula akan terjadi atau tidak. 23 23 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hlm 4. Universitas Sumatera Utara Menurut Abdulkadir Muhammad, tujuan asuransi secara umum antara lain sebagai berikut: 24 a. Teori Pengalihan Resiko Menurut teori pengalihan resiko risk transfer theory, tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya. Tertanggung sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban resiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, pihak tertanggung berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia mengambil alih beban resiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi Sehingga dapat dikatakan bahwa tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan resiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya. Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi penanggung, sejak itu pula resiko beralih kepada penanggung. b. Pembayaran Ganti Kerugian Dalam praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh-sungguh terjadi. Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian resiko berubah menjadi kerugian, maka pada tertanggung yang bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah asuransinya. 24 Abdulkadir Muhammad, op.cit, hlm 12-16. Universitas Sumatera Utara Dalam praktiknya kerugian yang ditimbulkan itu bersifat sebagian partial loss, tidak semuanya berupa kerugian total total loss. Dengan demikian, tertanggung mengadakan asuransi yang bertujuan untuk memperoleh pembayaran ganti kerugian yang sungguh-sungguh dideritanya. Kerugian yang diganti oleh penanggung itu hanya sebagian kecil dari jumlah premi yang diterima dari seluruh tertanggung. Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam polis. Jumlah asuransi yang disepakati itu merupakan dasar perhitungan premi dan untuk memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat terjadinya peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi, pembayaran sejumlah uang itu bukan sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta kekayaan dan tidak dapat dinilai dengan uang. c. Pembayaran Santunan Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian bebas sukarela antara penanggung dan tertanggung voluntary insurance. Akan tetapi, undang-undang mengatur asuransi yang bersifat wajib compulsory insurance, artinya tertanggung terikat dengan penanggung karena perintah undang-undang, bukan karena perjanjian. Asuransi sejenis ini disebut asuransi sosial social security insurance. Asuransi sosial bertujuan melindungi masyarakat dari Universitas Sumatera Utara ancaman bahaya kecelakaan yang mengakibatkan atau cacat tubuh. Dengan membayar sejumlah kontribusi semacam premi, tertanggung berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya. Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka yang terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan undang-undang, misalnya hubungan kerja, dan penumpang angkutan umum. Jadi, tujuan mengadakan asuransi sosial menurut pembentuk undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat, dan mereka yang terkena musibah diberi santunan sejumlah uang. d. Kesejahteraan Anggota Apabila beberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan membayar kontribusi iuran kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu berkedudukan sebagai penanggung, sedangkan anggota perkumpulan berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian atau kematian bagi anggota tertanggung, perkumpulan akan membayar sejumlah uang kepada anggota tertanggung yang bersangkutan. Penyetoran uang iuran oleh anggota perkumpulan semacam premi oleh tertanggung merupakan pengumpulan dana untuk kesejahteraan anggotanya atau untuk mengurus kepentingan anggotanya, misalnya bantuan biaya upacara bagi anggota yang mengadakan selamatan, bantuan biaya penguburan bagi anggota yang meninggal dunia, dan biaya perawatan bagi anggota yang mengalami kecelakaan atau sakit. Universitas Sumatera Utara Asuransi kesejahteraan seperti ini lebih sesuai apabila dikelola oleh perkumpulan Koperasi atau Usaha Bersama karena sesuai benar dengan asas dan tujuan kedua badan hukum tersebut. 2. Fungsi Asuransi Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko secara finansial, asuransi juga memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi sebagai berikut: 25 a. Fungsi Utama Primer 1 Pengalihan Resiko Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko atau kerugian chance of loss dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer” kepada satu atau beberapa penanggung a risk transfer mechanism. Sehingga ketidakpastian uncertainty yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti certainty merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat pembayaran premi. 2 Penghimpun Dana Sebagai penghimpun dana dari masyarakat pemegang polis yang akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun tersebut berupa premi atau biaya asuransi yang dibayar oleh 25 Asuransi Binagriya, Fungsi dan Tujuan Asuransi. online. Tersedia di http:asuransibinagriya.blogspot.com201111disamping-sebagai-bentuk-pengendalian.html, diakses pada tanggal 25 Nopember 2014, pukul 15.00 WIB Universitas Sumatera Utara tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut berkemang, yang kelak akan akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang tertanggung. 3 Premi Seimbang Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang dilakukan oleh masing–masing tertanggung adalah seimbang dan wajar dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung equitable premium. Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarif premi rate of premium dikalikan dengan Nilai Pertanggungan. b. Fungsi Tambahan Sekunder 1 Export Terselubung invisible export Sebagai penjualan terselubung komoditas atau barang-barang tak nyata intangible product keluar negeri. 2 Perangsang Pertumbuhan Ekonomi stimulus ekonomi Adalah untuk merangsang pertumbuhan usaha, mencegah kerugian, pengendalian kerugian, memiliki manfaat sosial dan sebagai tabungan. 3 Sarana tabungan investasi dana dan invisible earnings. 4 Sarana pencegah dan pengendalian kerugian. 3. Sifat Asuransi Asuransi atau pertanggungan di Indonesia sebenarnya berasal dari Hukum Barat, baik dalam pengertian maupun dalam bentuknya. Asuransi sebagai bentuk Universitas Sumatera Utara hukum di Indonesia yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mempunyai beberapa sifat sebagai berikut: 26 a. Sifat Perjanjian Semua asuransi berupa perjanjian tertentu, yaitu suatu pemufakatan antara dua pihak atau lebih dengan maksud akan mencapai suatu tujuan, dimana seorang atau lebih berjanji terhadap seorang lain atau lebih Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. b. Sifat Timbal Balik Persetujuan asuransi atau pertanggungan merupakan suatu persetujuan timbal balik Wederkerige Overeenkomst, yang berarti bahwa masing-masing pihak berjanji akan melakukan sesuatu bagi pihak lain. Pihak terjamin berjanji akan membayar uang premi, pihak penjamin berjanji akan membayar sejumlah uang uang asuransi kepada pihak terjamin, apabila suatu peristiwa tertentu terjadi. c. Sifat Konsensual Persetujuan asuransi atau pertangungan merupakan suatu persetujuan yang bersifat konsensual, yaitu sudah dianggap terbentuk dengan adanya kata sepakat antara kedua belah pihak. d. Sifat Perkumpulan Jenis asuransi yang bersifat perkumpulan Vereeniging adalah asuransi saling menjamin yang terbentuk diantara para terjamin selaku anggota. Asuransi seperti ini disebutkan dalam pasal 286 KUHD yang 26 Wirjono Prodjodikoro, op.cit, hlm 10. Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa asuransi itu takluk pada persetujuannya dan peraturannya. Perkumpulan asuransi diatur dalam Pasal 1635, 1654 dan 1655 KUHPerdata, yang dapat disimpulkan bahwa perkumpulan asuransi saling menjamin merupakan “Zadelijk Lichaam” yang artinya asuransi dalam masyarakat dapat bertindak selaku orang dan dapat mengadakan segala perhubungan hukum dengan orang lain secara sah. Perkumpulan asuransi dapat bertindak ke dalam dan ke luar, yaitu ke dalam dapat mengadakan persetujuan asuransi dengan para anggota selaku terjamin, dan ke luar dengan perbuatan hukum lainnya, persetujuan ini takluk pada ketentuan KUHD, baik dengan anggota sendiri maupun dengan orang lain. e. Sifat Perusahaan Asuransi yang mengatur sifat perusahaan adalah asuransi secara premi dimana diadakan antara pihak penjamin dan pihak terjamin, tanpa ikatan hukum diantara terjamin dengan orang lain yang juga menjadi pihak terjamin terhadap si penjamin. Dalam hal ini pihak penjamin biasanya bukan seorang individu, melainkan suatu badan yang bersifat perusahaan, yang memperhitungkan untung rugi dalam tindakannya. Universitas Sumatera Utara Selain itu, Emmy Pangaribuan mengemukakan bahwa sifat-sifat asuransi atau pertanggungan yang terkandung dalam Pasal 246 KUHD, ialah: 27 a. Bahwa pertanggungan itu pada asasnya adalah suatu perjanjian penggantian kerugian schadevergoeding atau indemniteitscontract. Dalam hal ini jelas bahwa penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan yang diganti itu seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh diderita. b. Bahwa pertanggungan itu adalah suatu perjanjian bersyarat, artinya bahwa kewajiban mengganti rugi dari penanggung hanya dilaksanakan kalau peristiwa yang tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan itu terjadi. Jadi pelaksanaan kewajiban mengganti rugi digantungkan pada satu syarat. c. Pertanggungan adalah suatu perjanjian timbal balik, artinya: bahwa kewajiban penanggung mengganti rugi di hadapkan dengan kewajiban tertanggung membayar premi walaupun dengan pengertian bahwa kewajiban membayar premi itu tidak bersyaratan atau tidak digantungkan pada satu syarat. d. Bahwa kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa tidak tertentu atas mana diadakan pertanggungan. Di sini harus terdapat hubungan sebab dan akibat di antara peristiwa dan kerugian. 27 Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1990, hlm 22-24. Universitas Sumatera Utara

E. Penggolongan Jenis Asuransi