Latar Belakang Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam Pemberian Kredit(Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Lima Puluh)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah bank tentulah tidak asing lagi di telinga masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan. Dewasa ini keberadaan bank sudah mengalami perkembangan dan menyebar hampir ke semua pelosok negeri baik itu bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, bank milik asing, serta bank milik campuran. Perkembangan perbankan tidak luput dari pengaruh perkembangan perdagangan di dunia. Perkembangan perdagangan di dunia menyebabkan perkembangan perbankan di dunia terutama di Indonesia menjadi semakin pesat. Perkembangan perdagangan bermula dari daratan Eropa yang akhirnya menyebar ke seluruh benua di dunia seperti Asia, Amerika, dan Afrika. Keberadaan bank di Indonesia sendiri sudah dimulai sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda yang memperkenalkan dunia perbankan kepada masyarakat Indonesia. Pada masa itu terdapat beberapa bank milik Pemerintah Hindia Belanda yang memiliki peranan penting. Oleh Belanda, bank digunakan sebagai alat untuk memperlancar transaksi perdagangan, baik untuk negaranya sendiri maupun untuk negara lain. Di samping itu terdapat pula bank-bank yang dimiliki oleh warga pribumi, China, Jepang, Eropa dan lainya. Lalu pada masa setelah kemerdekaan, perkembangan perbankan di Indonesia semakin maju. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah bank di Universitas Sumatera Utara Indonesia yang dikarenakan dilakukannya nasionalisasi terhadap beberapa bank milik Pemerintah Hindia Belanda oleh Pemerintah Indonesia sebagai upaya menjadikan bank-bank tersebut menjadi bank milik Indonesia. Dalam masyarakat, bank ditafrsirkan sebagai salah satu tempat bagi masyarakat untuk menyimpan uang, meminjam uang ataupun menukar uang. Sehingga dapat diartikan bahwa bank identik dengan uang. Penafsiran tersebut tidak dapat disalahkan karena kedudukan bank itu sendiri sebagai lembaga keuangan. Bank dapat dikatakan sebagai bagian inti dalam sistem keuangan suatu negara. Hal ini dikarenakan bank merupakan faktor pendukung sistem perekonomian suatu negara. Bank yang sehat dan berjalan baik serta stabil akan memberikan pengaruh yang positif bagi perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank diartikan sebagai: “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dari pengertian di atas, jelas bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya yang lazim dilakukan bank dalam lalu lintas pembayaran. Kedua fungsi itu tidak bisa dipisahkan. Sebagai badan usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya Universitas Sumatera Utara dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja. 1 Dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Jadi, dapat diartikan bahwa kredit dapat berbentuk barang atau berbentuk uang. Baik kredit berbentuk barang maupun kredit berbentuk uang dalam hal pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran atau cicilan tertentu. Kredit dalam bentuk uang lebih dikenal dengan istilah pinjaman. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. Kredit bank tersebut bukan hanya digunakan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah saja melainkan oleh semua lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. 2 Pengertian kredit diatur dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” 1 Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukun Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm 136. 2 Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. RajaGrafindo Persada, Edisi Revisi, Jakarta, 2014, hlm 81. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kewajiban pihak debiturpeminjam atas kredit yang diberikan kepadanya yaitu tidak semata-mata melunasi utangnya melainkan juga membayar bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya antara pihak debitur dan pihak kreditur. Adapun dari pengertian kredit juga dapat kita temukan beberapa unsur esensial dari kredit, yaitu: 1. Kepercayaan, yaitu harus ada keyakinan dari kreditur yang memberikan kredit mengenai kemampuan serta kemauan debitur dalam melunasi kredit tersebut sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan di antara kedua belah pihak. Kepercayaan kreditur dalam memberikan fasilitas kredit tersebut timbul setelah dilakukan penelitian dan penyelidikan yang mendalam mengenai debitur yang bersangkutan. 2. Jangka waktu, yaitu tenggang suatu waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan pelunasannya oleh debitur atau suatu masa dimana debitur wajib melunasi kredit yang diberikan pihak kreditur dan masa tersebut telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian kredit. 3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu baik berupa uang atau tagihan yang dapat dinilai dengan uang, serta bunga atau imbalan yang telah disepakati oleh para pihak dan kemudian dicantumkan dalam perjanjian kredit. 4. Resiko, yaitu adanya kemungkinan atas hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi antara tenggang waktu pemberian kredit dan pelunasan kredit meskipun terkadang ada resiko yang timbul karena kesengajaan debitur yang tidak mau melunasi utangnya, seperti debitur wanprestasi atau meninggal Universitas Sumatera Utara dunia sebelum jangka waktu kredit berakhir. Oleh karena adanya hal-hal yang tidak pasti tersebut maka pada praktiknya, pemberian kredit harus dipersyaratkan adanya jaminan kredit. Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum memberikan kredit, bank melakukan analisis kredit yang seksama, teliti dan cermat, dengan didasarkan pada data yang aktual, dan akurat, sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusannya. Oleh karena itu, setiap pemberian kredit tentunya telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai dengan asas perkreditan yang sehat. Demikian pula pemberian kreditnya juga telah didasarkan pada penilaian jujur, objektif, dan terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya tersebut dapat melunasi kembali pada waktunya oleh nasabah dan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet. 3 Jaminan kredit yang disetujui dan diterima bank selanjutnya akan mempunyai beberapa fungsi dan salah satunya adalah untuk mengamankan pelunasan kredit bila pihak peminjam cidera janji. Bila kredit yang diterima pihak peminjam tidak dilunasinya sehingga disimpulkan sebagai kredit macet, jaminan Mengingat pelaksanaan pemberian kredit oleh bank mengandung resiko maka jaminan kredit sangat berperan penting. Terhadap jaminan kredit yang diajukan kepada bank, maka bank akan melakukan penilaian baik dari aspek hukum maupun aspek ekonomi sebelum menerimanya berdasarkan peraturan yang berlaku maupun peraturan intern bank yang bersangkutan. 3 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. G ramedia Pustaka Utama, Cetakan ke 2, Jakarta, 2003, hlm 255. Universitas Sumatera Utara kredit yang diterima bank akan dicairkan untuk pelunasan kredit macet tersebut. Dengan demikian, jaminan kredit mempunyai peranan penting bagi pengamanan pengembalian dana bank yang disalurkannnya kepada pihak peminjam melalui kredit. 4 Dalam hal ini bank bekerjasama dengan pihak asuransi untuk mengamankan pengembalian dana yang disalurkan kepada masyarakat berupa kredit. Dengan adanya kerjasama tersebut maka bank dapat memberikan kredit kepada debitur secara aman, karena apabila dalam perjalanan perjanjian kredit tersebut terjadi resiko yaitu kredit macet, maka resiko akan diambil alih dan ditanggung oleh pihak asuransi. Namun di sisi lain bank juga memiliki kewajiban Fungsi lainnya ialah untuk meyakinkan bank bahwa debitur mempunyai kemampuan serta kemauan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya dan menggunakan dana tersebut secara baik sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kredit macet ataupun sebagai solusi penyelesaian apabila terjadi kredit macet. Dalam menanggulangi resiko, bank juga dibantu dengan adanya perusahaan asuransi. Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan non perbankan yang berfungsi mengalihkan resiko dan memberikan ganti kerugian apabila terjadi suatu hal yang bersifat tidak tentu khusunya dalam pelaksanaan pemberian kredit oleh bank. Karena alasan tersebutlah maka bank menggunakan jasa asuransi sebagai pengalihan resiko dalam pemberian kredit kepada debitur. 4 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indoesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm 4. Universitas Sumatera Utara yaitu membayar premi sesuai dengan yang diperjanjikan dan besarnya premi biasanya sudah ditentukan oleh pihak asuransi. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian asuransi, pengalihan resiko dari pihak bank sebagai tertanggung kepada pihak perusahaan asuransi sebagai penanggung harus diimbangi dengan adanya pembayaran premi oleh tertanggung, dimana premi yang dibayarkan harus seimbang dengan beratnya resiko yang dialihkan, meskipun dapat diperjanjikan lain sesuai dengan kesepakatan yang dicapai antara pihak tertanggung dan pihak penanggung. Salah satu bank di Indonesia yang menggunakan jasa perusahaan asuransi sebagai pengalihan resiko dalam pemberian kredit yaitu PT. Bank Sumut. Bank ini didirikan pada tanggal 4 Nopember 1961 dengan sebutan Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara BPDSU. Sesuai dengan ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah Tingkat I Sumatera Utara maka pada tahun 1962 bentuk usaha dirubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Lalu pada tahun 1999, bentuk hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara atau disingkat PT. Bank Sumut yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan, JL. Imam Bonjol No. 18 Medan. Sebagai bank terkemuka di Indonesia, tentulah PT. Bank Sumut memiliki visi dan misi yang harus dilaksanakan. Visi PT. Bank Sumut adalah menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat dan misi PT. Bank Sumut Universitas Sumatera Utara yaitu mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara professional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance. 5 Untuk mencapai visi dan misinya tersebut, PT. Bank Sumut menawarkan beberapa produk perbankan kepada masyarakat dan salah satunya adalah kredit. Kredit yang ditawarkan oleh PT. Bank Sumut pun sangat beragam jenisnya, antara lain yaitu, Kredit Rekening Koran, Kredit Angsuran Lainnya, Kredit SPK, Kredit Multiguna, Kredit Pensiun, Kredit Kepemilikan Rumah KPR, serta Kredit Program. Oleh karena jenis kredit yang ditawarkan sangat beragam, maka dalam pelaksanaan pemberiannya akan ada resiko yang ditanggung oleh pihak bank. Apabila resiko tersebut tidak dapat ditangani oleh pihak bank secara baik tentu akan menimbulkan kerugian yang besar yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran pengoperasian PT. Bank Sumut sendiri. Atas alasan untuk mengalihkan resiko tersebutlah, maka pihak PT. Bank Sumut bekerjasama dengan perusahaan asuransi. Di sinilah peranan perusahaan asuransi dinilai sangat penting dan dibutuhkan oleh PT. Bank Sumut. Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis terdorong untuk menulis skripsi dengan judul: “ASPEK HUKUM PENGGUNAAN JASA ASURANSI OLEH BANK SEBAGAI PENGALIHAN RESIKO DALAM PEMBERIAN KREDIT Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Lima Puluh”. 5 Bank Sumut, Visi dan Misi Bank Sumut. online. Tersedia di http:www.banksumut.comvisi.php. diakses pada tanggal 21 Oktober 2014, pukul 20.00 WIB Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah