Sedangkan yang dimaksud dengan Peraturan Desa ialah produk hukum tingkat desa yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan
Desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa pasal 55 PP No 72 tahun 2005. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
desa, dengan demikian maka pemerintahan desa harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan-peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta harus memperhatikan kondisi sosial
budaya masyarakat desa setempat dalam upaya mencapai tujuan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat jangka panjang, menengah dan jangka
pendek.
1.5.3.3 Hubungan Kerja Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa
BPD
Hubungan kerja Kepala Desa dengan BPD, dilakukan melalui pengertian dan kedudukan, tugas dan fungsi serta kemampuan melaksanakan tugas dan
fungsi tersebut. Tugas dan fungsi Kepala Desa dalam UU NO. 32 Tahun 2004 tidak merinci apa saja yang menjadi tugas dan fungsinya tersebut, tetapi
menekankan supaya di atur lebih lanjut oleh Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota berdasarkan Peraturan Pemerintah. Secara umum dapat dikatakan bahwa
tugas dan fungsi Kepala Desa adalah : a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa
b. Membina kehidupan masyarakat desa dalam arti sosial dan ekonomi 25
Universitas Sumatera Utara
c. Memelihara kehidupan yang harmonis di tengah-tengah masyarakat desa d. Mewakili desa dalam beberapa peristiwa hukum dan atau menunjuk kuasa
hukumnya. Badan
Permusyawaratan Desa
BPD yang
anggota-anggotanya merupakan wakil dari penduduk desa yang di tetapkan dengan cara musyawarah
dan mufakat, berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Pasal 210 ayat 1 dan Pasal
209 UU No. 32 Tahun 2004. Kedudukan Kepala Desa dan BPD dapat dikatakan. Pertama, sebagai
pihak yang bermitra kerja dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa, karena BPD bersama Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa. Di samping itu,
Kepala Desa memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa, BPD secara institusional mewakili penduduk desa bertindak sebagai pengawas terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Di sisi lain adanya fungsi BPD untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kedua, Kepala Desa
bertanggung jawab kepada penduduk desa melalui BPD dalam arti kultural dan etika.
Selanjutnya mengenai kemampuan melaksanakan tugas dan fungsi dapat dikatakan sebagai pelengkap dalam harmonisasi atau disharmonisasi hubungan
kerja. Hubungan kerja dalam mekanisme kemitraan mengenai penetapan Peraturan Desa, pada kelaziman umum, tedapat kondisi penyusunan rencana
perundang-undangan dapat dilakukan oleh salah satu pihak, namun yang prinsip- 26
Universitas Sumatera Utara
prinsip rancangan Peraturan Perundang-undangan wajib mendapat persetujuan dari pihak lain sebagai mitra yang dtentukan. Hal yang sama berlaku dalam
mekanisme peyusunan dan pengesahan Rancangan Peraturan Desa. Rancangan Peraturan Desa dapat dibuat oleh Kepala Desa atau BPD dan mendapat
pengesahan dari salah satunya. Dinamika penetapan peraturan desa pada umumnya dapat terlaksana
sesuai harapan walaupun melalui beberapa ketegangan akibat adanya tuntutan perubahan dan perbaikan naskah atau materi yang diusulkan, dan hal itu adalah
suatu kewajaran. Ketegangan yang sesungguhnya terjadi apabila Peraturan Desa dilaksanakan dengam Keputusan Kepala Desa.
Hubungan kerja BPD, secara institusional mewakili penduduk desa, bertindak sebagai pengawas terhadap penyelenggaraan Pemerintah Desa. Obyek-
obyek pengawasan dapat berupa implementasi Peraturan Desa, mekanisme pelayanan masyarakat, operasionalisasi pemerintahan secara umum dan
pelaksanaan program
pembangunan desa.
Pekerjaan menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat sesungguhnya merupakan fungsi namun dalam
aplikasi penyaluran aspirasi tersebut diperlukan kerja kemitraan. Kemitraan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa antara Kepala Desa dan BPD adalah suatu
keniscayaan. Bagaimana mungkin aspirasi masyarakat dapat terwujud jika tidak dibarengi dengan kesungguhan dan tekad yang tinggi dari semua unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa. BPD menjembatani antara aspirasi yang tumbuh, Kepala Desa operator aspirasi dan BPD secara berkelanjutan memotivasi
27
Universitas Sumatera Utara
tumbuhnya aspirasi, terwujudnya aspirasi menuju peningkatan partisipasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan.
Pertanggungjawaban Kepala Desa secara normatif, UU No 32 tahun 2004 tidak mengatur tentang pertanggungjawaban tersebut, tetapi secara etika dan
kultural, pertanggungjawaban Kepala Desa adalah hal pokok terutama dalam membangun “TRUST’ dan peningkatan pemberdayaan.
Semenjak adanya otoritas formal ditingkat desa dalam bentuk institusi pemerintahan desa, Kepala Desa selalu lahir sebagai hasil pemilihan langsung
oleh penduduk desa. Oleh karena itu wajar apabila Kepala Desa melaporkan kinerja yang telah dicapainya kepada penduduk yang memilihnya.
Sebagai pemimpin yang terpilih, tampilan Kepala Desa adalah sosok kebapakan yang terbuka apalagi dalam lingkungan masyarakat gemeinschaft, rasa
tanggung jawab merupakan hal yang di junjung tinggi, pemimpin lah yang pertama-tama harus bertanggung jawab terhadap kelompok yang dipimpinnya.
1.5.4 Pertanian